JAKARTA, MENARA62.COM – Pelaku bisnis kuliner sekarang sangat kreatif. Mereka tidak hanya mencoba mengesplor menu makanan yang sudah ada dengan ide dan bahan material baru agar produk kuliner lebih enak. Acapkali, mereka juga memiliki ide-ide untuk memberikan penamaan produk yang unik sehingga menarik calon konsumen.
Itu pula yang tergambar pada ajang cooking competition yang digelar PPJI dalam rangkaian Rakernas 2020. Kompetisi memasak yang digelar secara virtual tersebut diikuti oleh peserta yang cukup banyak dari berbagai wilayah tanah air. Dalam sepekan digelar, 12 peserta akhirnya masuk ke babak final. Mereka unjuk kebolehan di depan tiga juri yang merupakan chef professional yakni Chef Norman Ismail, Chef Muto, dan Chef Noldy Herling.
“Namanya terus terang unik-unik, belum pernah ada dan itu bikin kami surprise banget, ternyata pelaku industri kuliner memang kreatif,” kata Chef Muto.
Beberapa nama menu unik yang muncul pada kompetisi memasak PPJI antara lain laksamana mengamuk dan sultan basiram. Beberapa menu lainnya merupakan menu yang sudah familiar di tengah masyarakat seperti kue jongkok dan pepes ikan. Meski sudah popular, tetapi ide peserta menambah material atau bumbu dalam menu tersebut menjadi kreativitas yang menghasilan masakan dengan rasa yang enak.
Chef Muto mengakui penamaan produk kuliner dapat mempermudah pelaku industri kuliner memasarkan produknya. Sebut saja kue odading Mang Sholeh dari Bandung. Odading sebenarnya buka jenis produk kuliner baru. Orang selama ini lebih mengenalnya sebagai kue bantal.
Tetapi dengan memberi nama odading, lalu diviralkan melalui media sosial, masyarakat menjadi penasaran untuk membelinya. Padahal odading Mang Sholeh dari Bandung, belum tentu rasanya seenak kue bantal yang ada di Jakarta atau tempat lain.
Selama proses penjurian yang dilakukan secara virtual, para chef juga menemukan adanya kreativitas dari para peserta untuk menambah bumbu atau komponen lain dalam menu masakan yang disajikan. Hanya dengan melibat komposisi, perbandingan, penggunaan material dan proses memasaknya, tim juri bisa menilai mana menu yang enak dan unik.
“Nggak perlu kita mencicipi makanan tersebut, kalau lihat komposisi bumbunya, cara masaknya, prosesnya, lalu kita wawancara dengan peserta, kita sudah bisa membayangkan bagaimana rasa masakannya. Dari situ kita menilai,” tegas chef Muto.
Ia mengaku surprise dengan tampilkan seorang anak muda dari Kepulauan Riau yang memenangkan kompetisi memasak dengan menu andalan berupa minuman laksamana mengamuk. Juri mencoba menggali informasi terkait resep, bahan material hingga perjuangan si pemilik menu dalam menyajikannya.
Selain peserta dari tanah air, kompetisi memasak dengan kategori kudapan, minuman, dan makanan berat tersebut juga diikuti peserta dari luar negeri.
Senada juga dikemukakan Chef Noldy Herling, dari Indonesian Chef Association (ICA). Ia mengakui semua peserta kompetisi memiliki kreativitas yang baik sehingga mampu menyajikan menu-menu yang unik dan enak.
“Kita menilai dari berbagai unsur, mulai dari kreativitas peserta hingga inovasinya. Ada kalanya menu mereka biasa saja, tetapi begitu kita lihat komposisinya, krativitasnya dalam mengolah, ini jadi daya tarik tersendiri,” jelas Chef Noldy.
Ia mengambil contoh bagaimana peserta menyajikan menu nasi goreng. Menu ini sangat popular dan menjadi masakan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tetapi para peserta komperisi mencoba berkreasi bagaimana nasi goreng tidak sekadar jadi masakan yang ‘biasa’.
Kreativitas masyarakat dalam menciptakan menu-menu kuliner ini diakui Chef Noldy menjadi potensi besar untuk membangkitkan sektor kuliner Indonesia. Menu-menu unik umumnya akan membuat orang tertarik untuk membelinya. Apalagi jika sudah viral di media sosial.
Chef Noldy berharap pelaku industri kuliner yang sudah berhasil memviralkan produknya agar konsisten menjaga standar, menjaga kualitas dan rasa serta menjaga agar harga tidak naik. Ini penting karena sejatinya kuliner yang sudah viral sering menimbulkan inspirasi bagi orang lain untuk ikut membuat produk yang sama atau menirunya.
Dalam kesempatan tersebut, Chef Noldy juga membagi tips bagi pelaku industri kuliner pemula. Menurutnya berbisnis kuliner itu tidak mudah, tetapi juga bukan hal yang sulit. Tidak mudah karena kuliner selalu berhubungan dengan cita rasa dan selera. Makin enak sebuah produk kuliner, akan semakin banyak konsumen yang membeli.
“Bukan hal yang sulit juga, sebab semua orang bisa menjadi pengusaha kuliner. Tidak harus yang sudah jago masak. Apalagi sekarang pelatihan masak sangat mudah diakses oleh masyarakat, media sosial kita menawarkan banyak pelatihan dan menu-menu yang bisa dicoba,” lanjutnya.
Kuncinya adalah kerja keras dan konsistensi menjaga semangat untuk berbisnis. Adakalanya seorang pemula sudah merasa putus asa ketika produk yang dijual tidak laku, atau laku hanya sedikit.
“Kalau jualannya kurang laku, harusnya cari tahu masalahnya. Apakah dari cita rasanya kurang, atau cara pemasarannya yang harus diubah. Jadi saya berpendapat jangan pantang menyerah,” tukasnya.
Demikian juga dalam hal membuat produk kuliner. Meski kini di channel Youtube panduan membuat produk kuliner sudah sangat banyak, ditambah resep-resep menu masakan yang gampang di copy paste di website-website, Chef Noldy menyarankan agar sebelum dijadikan menu andalan, seorang pelaku industri kuliner harus berani uji coba berulangkali, bongkar pasang material masakan hingga ditemukan komposisi yang tepat.
Selain menjadi juri dalam cooking competition, dalam Rakernas PPJI 2020, dua dari tiga chef tersebut kata Astrid Enricka, Ketua Panitia Rakernas, juga melakukan demo masak dengan menampilkan menu-menu tradisional seperti ayam suwir dan tongseng.
“Menu yang ditampilkan sederhana, semua orang kenal tongseng. Tapi disini chef menampilkan dengan kreasi bahan baku. Misal tongseng tidak harus pakai daging kambing, tapi bisa diganti dengan daging ayam daging sapi bahkan ikan,” tandas Astrid.
Ia senang karena rangkaian Rakernas PPJI 2020 berjalan sukses dan mendapatkan sambutan luar biasa baik dari anggota PPJI maupun masyarakat luas.