YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Konsorsium perguruan tinggi Indonesia Higher Education Leader (iHiLead) merancang program Professional Lecturer Goes to Industry. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran agar banyak lulusan terserap di dunia industri.
Konsorsium iHiLead penerima hibah Erasmus+ Uni Eropa terdiri tujuh universitas di Indonesia. Ketujuh perguruan tinggi adalah Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Negeri Semarang (Unnes), President University, Universitas Brawijaya (UB), dan STIE Malangkucecwara.
Tujuh perguruan tinggi tersebut telah terhimpun dalam konsorsium nasional sejak awal 2021. Mereka merumuskan dan melaksanakan Pilot Program iHiLead dengan bentuk pelatihan kepemimpinan bagi pimpinan di tujuh perguruan tinggi anggota konsorsium di Indonesia.
Pelatihan ini diikuti oleh 14 orang peserta dan telah dilaksanakan di kampus-kampus di dalam dan luar negeri. Di antaranya, University of Granada Spanyol.
Peserta Piloting iHiLead dibagi menjadi empat kelompok, dan setiap kelompok diberi tugas untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah project perubahan. Salah satu kelompok menggagas suatu program ‘Professional Lecturer Goes to Industry.’ Kelompok ini terdiri Dr Desi Harneti Putri Huspa (Universitas Padjadjaran), dr Rr Sri Ratna Rahayu, MKes, PhD (Universitas Negeri Semarang), Dr Farid Setiawan, MPdI (Universitas Ahmad Dahlan) dan Pangesti Rahman, SE (Universitas Islam Indonesia).
Dijelaskan Desi Harneti Putri, Project Leader iHiLead, program ini digagas untuk menjawab permasalahan yang diangkat dari salah satu universitas anggota konsorsium. Permasalahan dianalisis berdasarkan fakta yaitu begitu banyak mahasiswa pasca magang di dunia industri, tetapi belum dapat terserap secara maksimal. Fenomena ini terjadi pada banyak perguruan tinggi di Indonesia.
Sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran di Indonesia hingga mencapai 6,97 % pada Februari 2021 (sumber : Biro Pusat Statistik). Tentu banyak faktor yang memicu kondisi tersebut, salah satunya adalah kompetensi dosen dalam melaksanakan proses pendidikan yang masih terdapat gap yang cukup besar dengan kebutuhan industri.
“Program Professional Lecturer Goes to Industry ini merupakan pengembangan dari Program Dosen Magang di Industri dari Direktorat Sumber Daya Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini didesain dalam bentuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian) di industri,” kata Desi.
Melalui program ini, tambah Desi, dosen diberikan kesempatan melihat dan terlibat langsung pada dunia industri dan dunia kerja, sehingga dapat berdampak pada proses pembelajaran di kelas. Selain itu, dosen juga dapat mengajukan program hibah penelitian dan pengabdian yang disediakan oleh kampus.
“Hibah tersebut harus berkolaborasi dengan mitra dari dunia industri atau dunia kerja. Semua itu dirancang untuk membangun link and match antara perguruan tinggi dengan dunia industri,” jelas Desi.
Rancangan Program Professional Lecturer Goes to Industry telah diwujudkan dalam bentuk Buku Panduan. Saat ini, buku tersebut sedang diujicobakan di salah satu perguruan tinggi anggota konsorsium nasional.
Uji coba ini, pertama, dimaksudkan untuk memperoleh masukan yang konstruktif dari masyarakat akademik. Sehingga buku panduan yang telah dirancang benar-benar dapat diterapkan dengan baik. Kedua, ujicoba juga dimaksudkan untuk membangun ekosistem baru di lingkungan dosen agar menjalin relasi dengan dunia industri.
Untuk menyempurnakan Buku Pedoman Program Professional Lecturer Goes to Industry, Desi dan kawan kawan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang bertajuk Professional Lecturer Goes to Industry, MBKM Based – Lecturer Competency Development, Jumat (9/12/2022). FGD yang dilaksanakan secara Daring ini mengundang para koordinator iHiLead di setiap perguruan tinggi anggota konsorsium nasional, untuk menerima masukan dan pendapat.
Peserta FGD di antaranya, Dr Ing Ir Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI (UII), Prof apt Melisa Intan Barliana, PhD. (Unpad), Dorojatun Prihandono, SE, MM, PhD (UNNES), Afit Istiandaru, SPd, MPd (UAD), Prof Devanto Shasta Pratomo, SE, MSi, PhD (UB), Andi Ina Yustina, MSc, CMA (President Univesity), Ir Dwi Nita Aryami, M.M, PhD (STIE Malangkucecwara).
“Buku Pedoman ini sebaiknya dapat berfungsi sebagai pedoman bagi semua stakeholder yang terlibat, seperti industri, universitas, fakultas, program studi, dosen universitas, praktisi kolaborator, dan mahasiswa,’ harap Ilya Mahardika. (*)