JAKARTA, MENARA62.COM– Kongres Wanita Indonesia (Kowani) mengusulkan pejuang perempuan asal Aceh Laksamana Malahayati sebagai calon pahlawan nasional. Dari 169 pahlawan nasional, baru 12 diantaranya perempuan.
“Jumlahnya masih sangat minim, tidak lebih dari 8 persen. Padahal fakta sejarah banyak perempuan Indonesia yang patut dijadikan pahlawan nasional,” kata Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto saat mendampingi Mensos Khofifah Indar Parawansa membuka Kowani Fair 2017 seperti dikutip dari Antara, Kamis (1/6/2017).
Karena itu Kowani mengusulkan Laksamana Malahayati untuk mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai pahlawan nasional. Tahapan pengusulan Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional telah dilakukan dengan baik, termasuk rekomendasi dan diskusi dengan sejumlah tokoh.
“Hanya satu syarat lagi yang belum terpenuhi yaitu rekomendasi dari Gubernur Aceh yang merupakan daerah asal Laksamana Malahayati. Kita usahakan agar segera terpenuhi,” katanya.
Menurut Giwo, pejuang perempuan yang bernama Keumalahayati dan merupakan keturunan Kesultanan Aceh tersebut sudah diakui dunia, maka selayaknya pemerintah memberikan penghargaan dengan gelar pahlawan nasional.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang membuka Kowani Fair mengatakan mendorong agar Kowani segera memenuhi kelengkapan administrasi persyaratan pahlawan nasional.
“Saya cek memang ada kebutuhan tambahan rekomendasi dari Gubernur Aceh. Mudah-mudahan besok bisa kita dapatkan karena 16 Juni akan ada rapat tim yang akan menggodog persyaratan ini dan yang memenuhi kualifikasi untuk diusulkan kepada tim dewan gelar lalu diteruskan ke presiden,” ujar Khofifah.
Laksamana Malahayati adalah seorang muslimah yang menjadi laksamana perempuan pertama di dunia berasal dari Kesultanan Aceh.
Pada tahun 1585-1604, memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan “Inong balee”(janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda 11 September 1599. Ia sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, dan mendapat gelar “Laksamana”untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan Laksamana Malahayati.