SOLO, MENARA62.COM – Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar acara Sumpah Profesi Ners untuk angkatan ke-24, Rabu (28/12) di Gedung Auditorium Mohammad Djazman UMS.
Sebanyak 73 mahasiswa profesi Ners disumpah oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPW PPNI), Dr., Sri Rejeki, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat dengan dibacakan naskah sumpah yang diikuti oleh calon Ners.
Rektor UMS Prof., Dr., Sofyan Anif, M.Si., berpesan kepada para calon Ners untuk selalu mengupdate ilmu, dan selalu mengembangkan diri. Tidak hanya ilmu dan keterampilan di bidang keperawatan saja, namun juga meningkatkan kemampuan dalam teknologi.
“Anda harus sadar, anda punya pengetahuan yang dapat dikembangkan 5-10 tahun ke depan. Salah satu tanda SDM yang unggul yaitu SDM yang responsif. Responsif terhadap kemajuan Iptek, responsif terhadap kemajuan zaman,” papar Anif.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Dr., Umi Budi Rahayu, S.Fis.,Ftr.,M.Kes juga menyampaikan pesannya, agar mereka tidak melupakan UMS sebagai almamater, dan bahwa lulusan Ners ini dapat memajukan almamater terutama di bidang Keperawatan.
Ketua Program Studi Profesi Ners UMS Ns., Vinami Yulian, M.Sc., Ph.D melaporkan bahwa 73 orang calon Ners itu meraih predikat cumlaude dengan rerata IPK 3,98.
Lebih lanjut, Vinami menyebutkan terdapat 3 lulusan terbaik. Predikat lulusan terbaik disematkan kepada 3 mahasiswa yang meraih nilai ujian Uji Kompetensi dan Ujian Klinis (OSCE) tertinggi yaitu pertama, Erdiana Isnaini yang berasal dari Boyolali, kedua, Kharisma Putri Maharani dari Sukoharjo dan ketiga, Nurul Maulifatil dari Semarang.
Pada kegiatan Sumpah Profesi Ners ini, Febrianto Kurniawan salah satu perwakilan mahasiswa menyampaikan kesan dan pesannya kepada teman sejawatnya untuk tetap menjaga silaturahmi dengan nama Ikatan Alumni (IKA) UMS dan tetap menjaga dan mengharumkan nama baik kampus di manapun berada.
“Bukan seberapa megah bangunan ataupun IPK yang tertera di ijazah, karena pada akhirnya itu semua hanya kunci pembuka peluang masa depan. Secanggih apapun teknologi berkembang, sebanyak apapun robot perawat diciptakan itu tetap tidak bisa menggantikan ‘sentuhan terapeutik’ seorang perawat kepada pasien,” ungkap Febrianto. (Maysali)