BANDUNG, MENARA62.com–Â Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Ikatan Alumni Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Ikapsi Unpad) bekerjasama mengadakan klinik psikososial bagi Penyintas Banjir Bandang Garut. Kegiatan ini diadakan di hunian rumah susun sementara penyintas banjir bandang garut, yang bertempat di Kampung Gandasari, Desa Mangkurakyat, Kec. Cilawu, Kabupaten Garut.
Kegiatan yang diinisiasi oleh MDMC dalam rangka masa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Psikolog Klinis yang terlibat adalah Psikolog Iip Fariha dari Unpad, didampingi dua orang konselor dan tim relawan MDMC. Kerjasama ini dilaksanakan pada Rabu dan Kamis, tanggal 11-12 Januari 2017 kemarin.
Di dalam hunian yang terdiri dari empat lantai tersebut, tinggal 94 KK yang terdiri dari 376 warga penyintas bencana banjir bandang Garut. Sebagian dari penyintas masih belum kembali bekerja seperti biasa, sebagian di antara mereka adalah pensiunan TNI, ada pula yang merupakan pedagang dan tukang bangunan.
Berdasarkan hasil studi terdahulu, diketahui bahwa penghuni rusun mengalami tingkat stres tinggi, dan beberapa di antaranya ditemui mengalami trauma pasca bencana. Penanganan klinis lalu dilakukan bagi mereka yang dilaporkan mengalami trauma, untuk kemudian setelahnya akan dilakukan observasi untuk mengetahui efektivitas terapi yang dilakukan.
Warga didapati masih merasa cemas dan khawatir karena belum mendapatkan kepastian perihal kehidupan mereka di masa yang akan datang. Tempat tinggal mereka yang berada di lokasi bencana, tepatnya di pinggiran Sungai Cimanuk, tidak dapat lagi ditempati karena akan dijadikan jalur hijau. Sedangkan keberadaan mereka di rusun hanya sementara, antara 6 bulan hingga 1 tahun lagi.
Beberapa warga masih teringat dengan kejadian saat bencana, dan kondisi tersebut muncul apabila dipicu dengan stimulus seperti suara air atau angin kencang. Mereka merasa takut, gedung yang mereka tempati tidak cukup aman.
Bapak Mamat, yang ditunjuk sebagai pengelola gedung dan juga merupakan penyintas bencana, telah kehilangan rumahnya, meskipun seluruh anggota keluarganya selamat. Ketika baru ditemui, beliau mengaku masih merasakan sesak jika mengingat kejadian tersebut, dimana ia membawa istri dan dua orang anaknya untuk berlindung di mesjid setempat.
“Saya merasakan badan menjadi lebih ringan dan lebih tahu apa yang akan dilakukan berikutnya,” ujar Pak Mamat .
Warga mengharapkan adanya kepastian dari pemerintah terkait dengan tempat tinggal dan pekerjaan mereka, dan sampai kapankah mereka akan mendapatkan bantuan.
Terlepas dari itu, anak-anak umumnya terlihat sudah kembali bermain dan bersekolah. Ada 125 anak, dan di antara anak-anak tersebut ada yang kehilangan anggota keluarganya. Kendati demikian, relawan mengajak mereka untuk kembali aktif berkegiatan. Ada Aula besar di gedung ini yang dapat menampung kegiatan warga. Ada pengajian rutin untuk para orang tua, latihan menari dan vokal untuk remaja, dan sepak bola untuk anak-anak.
Kegiatan klinik psikososial ini rencananya akan diadakan selama bulan Januari, dan tim psikososial akan kembali lagi ke lokasi rusuntara untuk memantau perkembangan dan mendapatkan laporan dari warga. (Hesti/Ikapsi/rul)