JAKARTA, MENARA62.COM–Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, tidak ada pesantren yang tidak cinta kepada tanah airnya, NKRI. Kalau ada lembaga pendidikan Islam yang ekstrim, pasti itu bukan pesantren.
“Jadi kita mesti jelas dulu, apa yang dimaksud dengan pesantren itu,” ujar Menag di Jakarta, Rabu (17/5/2017), seperti dilansir situs kemenag.go.id.
Menurut Menag, pesantren mempunyai tradisi dan sejarah panjang di Indonesia. Pesantrem bahkan sudah ada sebelum NKRI merdeka. “Ajaran prinsip yang diterapkan di pesantren, bahwa Tanah Air adalah tempat mengimplementasikan nilai-nilai agama. Kalau kita tidak cinta dan tidak menjaga Tanah Air ini, maka tidak ada tempat menerapkan nilai-nilai agama. Padahal menerapkan nilai-nilai agama merupakan kewajiban. Maka, menjaga Tanah Air merupakan kebajikan juga,” kata Menag.
“Ajaran ekstrim bertolak belakang dengan nilai-nilai pokok yang diajarkan pesantren,” sambungnya.
Menag menambahkan, ada tiga hal yang diajarkan di pesantren. Pertama, nilai-nilai Islam yang menebarkan kedamanian, kasih sayang. Sebab, itu adalah esensi Islam.
“Islam itu asal katanya salam yang berarti kedamaian. Jadi nilai-nilai Islam menjunjung tinggi harkat martabat,” kata Menag.
Kedua, pesantren tidak mengklaim, memonopoli kebenaran. Pesantren tidak mengajarkan santrinya untuk merasa hanya dirinyalah yang paling benar, jadi tidak ada yang memonopoli kebenaran. “Santri sadar betul dengan kerendahan hatinya, dengan keterbatasan pada dirinya, maka kebenaran itu juga ada di mana mana,” ucap Menag.
Ketiga, semua pondok pesantren mengajarkan cinta Tanah Air.
Menag mengaku, saat ini Kementerian Agama terus menggalakkan kegiatan untuk terus menumbuhkan dan meneguhkan kecintaan kepada NKRI. Hal itu antara lain dilakukan melalui kegiatan upacara bendera, pramuka, dan lainnya.