JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 hingga kini belum ada tanda-tanda berakhir. Padahal penyakit yang dipicu oleh virus corona tersebut dalam tiga bulan ini telah mampu memporakporandakan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi hingga lapangan pekerjaan.
Dalam ‘kelelahan’ yang sudah sedemikian panjang, banyak masyarakat yang kemudian mengembangkan asumsi dan teorinya masing-masing. Karena itu, muncullah asumsi “teori konspirasi”, menolak diperiksa, mengambil paksa pasien positif Covid-19, menolak menjalani protap penguburan jenazah terduga Covid-19 dan lainnya.
Karena itulah, setiap pandemi harus disertai dengan pengelolaan persepsi publik. Tanpa pengelolaan persepsi publik, maka tekanan yang diakibatkan oleh pandemi akan semakin berat dan merambah kemana-mana.
“Inilah pentingnya mengelola persepsi masyarakat terkait pandemi covid-19 ini, agar timbul pemahaman yang benar dan agar timbul semangat kebersamaan, kesetiakawanan sosial kesehatan,” kata Zaenal Abidin, praktisi kesehatan pada Forum Sedekah Ilmu yang terselenggara atas kolaborasi antara Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Koalisi Literasi Gizi (Koalizi), Literasi Sehat Indonesia (Lisan), Dep. Kesehatan BPP. Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan, dan www.sadargizi.com, pekan lalu.
Perlu diingat, bahwa kesenjangan pesepsi dapat berakibat “bencana berkelanjutan.” Misalnya saja kepanikan masyarakat yang berlebihan. Padahal panik dapat mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga rentan terinfeksi Covid-19. Panik menjadikan masyarakat resah, cemas, stres, dan emosi,
“Oleh sebab itu, setiap pandemi memerlukan adanya manajemen persepsi,” kata dr Zaenal yang juga Ketua Umum PB IDI periode 2012-2015.
Hal yang sama, juga berkaitan dengan pemberitaan. Pemberitaan yang tepat menurut dr Zaenal akan menimbukan kesadaran kolektif di tengah masyarakat, bahwa pandemi itu sudah dekat atau pendemi itu sangat berbahaya, sehingga perlu perlawanan secara kolektif pula.
“Pemberitaan memiliki peran sentral dalam menghadapi setiap kejadian pandemi, epidemi, atau bencana lain di hadapi oleh masyarakat. Sebab, pemberitaan yang simpang siur akan membingungkan masyarakat. Sementara kebingungan akan menimbukan kepanikan dan keresahan baru,” lanjutnya.
Zaenal mengingatkan bahwa manajemen persepsi dan manajemen pemberitaan yang konsisten serta kredibel merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini.