JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PP & PA) susun buku panduan pencegahan Covid-19 yang diperuntukkan bagi keluarga. Panduan protokol kesehatan keluarga tersebut disusun bekerjasama dengan Kemenkes, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19.
Edward Andriyanto Soetardhio, seorang psikologi klinis mengatakan protokol keluarga sejalan dengan fungsi keluarga yaitu penambahan jumlah anggota keluarga, perawatan fisik, sosialisai anak, kontrol sosial, pengasuhan, kasih sayang dan semangat , dan memberikan penghidupan.
Menurut Tonang Dwi Ardyanto, Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit UNS di dalam keluarga, anak muda adalah pengantar covid tertinggi di barengi dengan lansia yang rentan karena faktor imunologinya lemah, ditambah komorbid (riwayat penyakit) dan faktor mobilitas tubuh kurang gerak, kurang paparan sinar matahari, dan trained- immunity yang sudah lemah.
“Sebenarnya sejak awal angka kematian Covid-19 lebih rendah dar pada SARS DAN MERS, perbedaan utamanya adalah pada kemampuan penularan jumlah besar dalam waktu singkat dengan masa inkubasi panjang (14 hari). Kita yang muda yang banyak aktivitas, banyak mobilitas dan banyak paparan untuk tidak membawa pulang covid ke rumah,” ujarnya dalam temu media oleh Kemen PPPA Jum’at, (6/11/2020).
Menurutnya, peran keluarga sangat penting untuk mencegah dalam mengatasi penularan Covid-19. Ini dapat dimulai dari perawatan fisik seperti cuci tangan pakai sabun, makan makanan sehat, olahraga, mengenakan masker, disinfektan, dan sosialisasi anak .
Selain itu keluarga juga perlu menerapkan 3K yaitu kaji informasi yang masuk agar keluarga tetap positif (mengisi waktu dengan melihat ataupun membaca informasi dari sumber- sumber berita terpercaya), Kelola emosi yaitu dengan memanejemen stress, dan Kembangkan sumber daya (saling mengingatkan dan kontrol sosial).
Selain itu, Edward juga menjelaskan jika kondisi keluarga di tengah pandemi sangat berbeda jauh dari keadaan normal. Selama pandemi diketahui konflik dan perceraian meningkat , KDRT (karena stress) 3 kali lipat lebih tinggi, masalah psikologis (kecemasan, stress hingga depresi), masalah finansial, masalah akses koneksi, dan learned helplessness yang merupakan ketidakberdayaan yang terjadi karena terus-menerus menghadapi situasi negatif.