JAKARTA, MENARA62.COM – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menganjurkan anak-anak muda mengambil pelajaran dari fenomena alam “super blue blood moon” yang akan terjadi pada pukul 18.45 sampai dengan pukul 22.11 WIB.
“Gerhana bulan ini momentum yang baik bagi mereka yang belum pernah melihatnya. Kejadian yang setelah sekian lama baru terjadi lagi,” kata Nasir di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (31/01).
Ia menganjurkan bagi anak-anak muda yang belum pernah tahu soal gerhana bulan bisa belajar dari momen ini. Ini merupakan fenomena alam yang perlu diketahui.
Untuk lebih mengetahui tentang fenomena alam seperti gerhana bulan ini, ia mengatakan masyarakat bisa belajar dan mencari informasi secara lengkap dengan peneliti-peneliti LAPAN yang memang menguasainya.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melalui Pusat Peraga Iptek (PP-Iptek) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mengadakan kegiatan pengamatan gerhana bulan total sejak pukul 17.30 WIB sampai dengan 18.00 WIB yang diisi dengan science show. Pada pukul 18.00 WIB sampai dengan 18.15 WIB dilakukan pemutaran film Gerhana.
Tepat pukul 18.45 WIB kegiatan pengamatan dilakukan berlanjut dengan diskusi. Kegiatan tersebut mengambil tempat di “Dark Entrance”.
Fenomena alam yang terjadi Rabu malam ini yakni gerhana bulan yang terjadi bersamaan pada saat bulan yang merupakan satelit alami bumi berada di titik terdekat dengan bumi yang dikenal dengan istilah “supermoon”. Dan kebetulan lainnya adalah purnama esok hari adalah yang kedua terjadi di bulan Januari 2018.
Bulan purnama sudah terjadi pada 1 Januari 2018 dan kembali akan terjadi pada 31 Januari 2018. Dengan alasan itu maka dikenal dengan istilah “blue moon” atau bulan biru.
Jadi nanti malam, kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, bulan akan tampak lebih besar dari purnama biasanya karena berada pada titik terdekat dengan bumi dan pada saat bersamaan akan terlihat merah seperti darah karena terjadi gerhana bulan.
Pada saat gerhana bulan terjadi, ia menjelaskan bahwa satelit bumi selalu menampakkan warna merah seperti darah karena itu disebut “blood moon”.
“Publik menganggap fenomena ini berbeda, tapi secara astronomis gerhana bulan pada saat bulan di titik terdekat dengan bumi ini fenomena biasa. Ini menjadi luar biasa karena media massa menamakannya ‘super blue blood moon’ karena bulan purnama yang kedua ini akan tampak lebih besar dan berwarna merah,” ujar Thomas.