Ringkasan “visi-misi” Bung Karno ini berdasarkan “Mencapai Indonesia Merdeka” dalam Ir. Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi (Djakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964), jilid pertama, cetakan ketiga, hlm. 257-324.
Mentjapai Indonesia Merdeka
Seperti diungkapkan di bagian awal karya ini, Sukarno menuliskannya di Pangalengan pada 30 Maret 1933. Pangalengan, suatu kota kecil pegunungan di sebelah selatan kota Bandung. “Sekembali … dari … tournée … ke Jawa Tengah … membangkitkan Rakyat sedjumlah 89.000 orang,” Sukarno “berpakansi beberapa hari [di sana] melepaskan kelelahan badan.”
Ia sendiri menyebut karyanya ini “risalah”, juga “vlugschrift”, yang dua-duanya berarti karangan ringkas, brosur, pamflet.
Risalah ini ditujukan kepada “orang yang baru mendjejakkan kaki di gelanggang perjoangan”. Agar tidak “terlalu tebal” dan “terlalu mahal”, “hanya garis-garis besar sahaja” yang dikemukakan. “Mitsalnya fatsal ‘Di Seberang Jembatan Emas’ kurang jelas, sehingga akan dipaparkan lebih rinci dalam karya lain.
Di luar pengantar yang tanpa sub-judul, risalah ini terdiri dari 10 sub-judul:
- Sebab-sebabnya Indonesia Tidak Merdeka 2. Dari Imperialisme-Tua ke Imperialisme-Modern
- Dari Imperialis Tua Ke Imperialis Modern
- “Indonesia, Tanah Yang Mulya”…
- “Di Timur Matahari Mulai Bercahaya, Bangun dan Berdiri, Kawan Semua”…
- Gunanya Ada Partai
- Indonesia Merdeka Suatu Jembatan
- Sana Mau ke Sana, Sini Mau ke Sini
- Machtsvorming, Radikalisme, Massa-Aksi
- Diseberangnya Jembatan Emas
- Mencapai Indonesia-Merdeka!
Hanya rakyat yang mau merdeka bisa merdeka
Tilak
Selatan dari Bandung adalah satu tempat-pegunungan yang bernama Pangalengan. Ditempat itu saya, sekembali saya dari saya punya tournee tempohari ke Djawa Tengah yang membangkitkan Rakyat sejumlah 89.000 orang, bervakansi beberapa hari melepaskan kelelahan badan. Didalam vakansi itu saya menulis ini risalah, ini vlugschrift.
Isinya buat kaum ahli-politik tidak baru, tapi buat orang yang baru menjejakkan kaki digelanggang perjuangan ada faedahnya juga.
Untuk menjaga jangan sampai risalah ini menjadi terlalu tebal,— dus juga jangan sampai terlalu mahal harganya —, maka hanya garisgaris besar sahaja yang bisa saya guratkan. Misalnya fatsal “Diseberang jembatan-emas” kurang jelas. Tetapi insya Allah akan saya bicarakan nanti special didalam risalah lain, yang juga akan bernama “Diseberang Jembatan-Emas”.
Moga-moga risalah ini banyak dibaca oleh Marhaen.
SUKARNO
Maret 1933