YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Di zaman penjajahan, pencak silat dibatasi. Tidak setiap orang boleh mempelajarinya. Selain itu, Belanda juga mengontrol ketat pengajaran pencak silat. Belanda takut jika pencak silat tersebar dan dapat digunakan sebagai alat perlawanan. Akibatnya, pencak silat diajarkan secara rahasia. Demikian disampaikan anggota MPR RI M. Afnan Hadikusumo di sela-sela acara Sosialisasi Empat Pilar Bernegara dan Milad Tapak Suci ke-59 yang diselenggarakan MPR Bersama Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah (31/7/2022) di Aula LPMP Kalasan Yogyakarta.
Ditambahkannya bahwa Pencak Silat memiliki empat aspek utama meliputi : Pertama, aspek mental spiritual. Pencak Silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Sentuhan pencak silat yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan dimulai dari tingkat dasar dan akan sangat membantu pembentukan kader bangsa yang berjiwa patriotik, berkepribadian luhur, disiplin, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, aspek seni budaya. Budaya dan permainan seni dalam pencak silat salah satu aspek yang sangat penting. Pada umumnya, istilah itu menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat dengan musik dan budaya tradisional. Ini untuk mengembangkan aspek seni yang indah dalam gerak yang serasi dan dilandasi rasa cinta kepada budaya bangsa.
Ketiga, aspek bela diri. Aspek ini bertujuan untuk mengembangkan aspek bela diri yang terampil dalam gerak efektif. Ini untuk menjaga keselamatan atau kesiagaan fisik dan mental yang dilandasi sikap kesatria, tanggap, dan mengendalikan diri.
Keempat, aspek olah raga. Pada aspek ini dalam pencak silat sangat penting. Karena pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Aspek lain yang bisa dikembangkan ialah kompetisi, artinya olah raga bisa dipertandingkan dalam bentuk perorangan atau regu. Untuk tujuan utama antara lain, tujuan untuk mencapai kesehatan, rekreasi, dan prestasi. Empat hal itu pula yang selama ini disandang oleh Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci.
Di era global saat ini, Tapak Suci dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi dan tantangan jaman. Jika dulu musuh utama bangsa Indonesia adalah melawan penjajahan bangsa asing, maka saat ini Tapak Suci harus bisa menjadi katalisator persatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama dan antar golongan.
Saat ini Tapak Suci bukan saja menjadi warisan budaya bangsa Indonesia akan tetapi sudah menjadi kekayaan dunia. Dibuktikan dengan makin berkembangnya perguruan beladiri ini berkembang sampai di dua puluh dua negara. Dengan pesatnya perkembangan Tapak Suci ini, maka sudah menjadi kewajiban bagi para pengurusnya untuk selalu meningkatkan kualitas para atlitnya menjadi atlit dunia.
Sementara itu, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Organisasi Otonom Drs. H. Dahlan Rais, M.Hum., dalam kesempatan yang sama berharap, agar Tapak Suci dapat menjadi pemersatu bangsa dan berada di garda terdepan dalam menjaga NKRI dari pengaruh budaya yang merusak generasi muda.
Tapak Suci sebagai organisasi otonom Muhammadiyah harus selalu menjadi teladan di wilayahnya dan membawa nilai-nilai ke Muhammadiyahan dalam setiap gerak dan langkahnya.
Sementara itu, Pendekar Besar Drs. H. Ahmad Jam’an sebagai Ketua Panitia acara Milad ke-59 manyampaikan, bahwa Tapak Suci memiliki peran penting untuk merajut kebinekaan di tengah keberagaman. Maka seluruh keluarga besar Tapak Suci baik itu pendekar, kader, dan siswa harus memiliki pandangan yang konstruktif di era globalisasi dan era disrupsi saat ini. (*)