JAKARTA, MENARA62.COM – Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) meluncurkan aplikasi Collaborative Muhammadiyah (Comma) di gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta pada Sabtu (9/12/2023). Mengambil tema “Cahaya Kasih untuk Masa Depan Anak Asuh”, Comma diluncurkan secara resmi oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti.
Ikut hadir Ketua PP Muhammadiyah dr. Agus Taufiqurrahman, Ketua MPKS PP Muhammadiyah Dr. Mariman Darto, Co-Founder dan President Kitabisa Al Fatih Timur, Rektor UMJ Prof. Dr. Mamun Murod, Rektor UMT Dr. H. Ahmad Amarullah, Rektor ITB AD Dr. Yayat Sujatna, Rektor IBM Bekasi Dr. Jaenudin, Wakil Rektor I UMBARA Dr. Syaiful Rahim, Warek IV UHAMKA Dr. M. Dwi Fajri, Head of Human Capital BPJS Kesehatan Andi Afdal Abdullah, artis Ridwan Abdul Ghani dan Adhytia Putri. Peluncuran Comma dipandu oleh MC, Nurlina Rahman, Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya (LBS) PWM DKI Jakarta.
Comma adalah aplikasi penggalangan dana yang ditujukan bagi masyarakat luas yang ingin berpartisipasi aktif dalam pengasuhan anak asuh di panti asuhan binaan Muhammadiyah serta anak-anak lain yang membutuhkan. Comma bertujuan meringankan beban panti asuhan dan mengoptimalkan potensi perkembangan anak asuh agar dapat mandiri dan menjadi sumber daya unggul di masa mendatang.
Dalam sambutannya Prof Mu’ti menyampaikan selamat dan sukses kepada MPKS atas peluncuran program Comma. Menurutnya Muhammadiyah sejak awal lahir sebagai organisasi yang memberikan respon dan perhatian sangat tinggi terhadap persoalan-persoalan social. “Dari beberapa kajian buku-buku Muhammadiyah masa awal, saya justeru melihat bahwa Muhammadiyah ini lahir sebagai gerakan social dari pada sebagai gerakan keagamaan,” katanya.
Karena itu jelas Mu’ti, gerakan sosial menjadi DNA dari Muhammadiyah. Hanya saja, hal yang membedakan Muhammadiyah dengan gerakan social lainnya adalah bagaimana Muhammadiyah memahami dan menyelesaikan masalah-masalah itu.
Lebih lanjut Mu’ti menjelaskan bahwa kesalehan dan kepedulian social merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Sehingga dalam banyak hal ukuran orang bertakwa adalah kepeduliannya terhadap masalah yang dihadapi oleh sesama.
Mu’ti menjelaskan bahwa di Muhammadiyah selain QS Ali Imron 104, juga ada surat Al Maun. “Di situlah kita memahami bagaimana Al Qur’an itu oleh Ahmad Dahlan menjadi referensi teologis untuk kita menolong sesama,” ujarnya.
Hanya saja, cara menolongnya itu tidak dalam bentuk belas kasihan yang menekankan pada aspek charity. Tetapi kepada aspek bagaimana mereka memiliki kemandirian untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. “Inilah yang kemudian dalam kontek gerakan-gerakan social itu saya sering memperkenalkan berbagai adagium yang mungkin penting kita menyukseskan program ini seperti 2G dan 2S,” katanya.
Sebelumnya, Ketua MPKS PP Muhammadiyah Dr. Mariman Darto dalam sambutannya mengatakan satu dari lima anak asuh Muhammadiyah adalah anak yatim, anak piatu dan anak yatim piatu. Sisanya atau sekitar 80 persen merupakan anak dhuafa.
“Muhammadiyah saat ini mengasuh 8.911 anak yatim, yatim piatu dan anak piatu. Jumlah ini tidak termasuk yang 80 persen anak dhuafa. Jadi jumlahnya memang besar sekali,” jelasnya.
Mereka kata Mariman, membutuhkan dana untuk keperluan sehari-hari, tidak hanya makan minum, pakaian dan sekolah tetapi juga untuk kebutuhan lainnya. Jika mengacu pada angka yang digunakan Kitabisa untuk biaya hidup per anak Rp2 juta per bulan, maka total untuk anak yatim, yatim piatu dan piatu, Muhammadiyah membutuhkan dana Rp26,733 miliar per bulan. Jika ditambah dengan 80 persen anak dhuafa yang disantuni Muhammadiyah, maka rata-rata dibutuhkan dana Rp320,76 miliar per bulan atau Rp1,6 triliun per tahun.
“Lazismu tidak akan cukup dananya untuk membantu mereka. Karena itu dibutuhkan kolaborasi antar sesama, antar lembaga untuk bisa membantu anak-anak ini,” tegasnya.
Hadirnya Comma diharapkan dapat menjangkau lebih banyak lagi para donatur baik warga Muhammadiyah maupun di luar Muhammadiyah untuk bersama-sama membantu anak-anak yang kurang beruntung tersebut.
Menurutnya, dalam era digital, penggalangan dana online telah menjadi sarana yang efektif untuk mengumpulkan dana dari berbagai individu dan kelompok. Melalui platform online, Muhammadiyah dapat mencapai lebih banyak orang yang peduli dengan tujuan mereka dan ingin berkontribusi.
Dalam konteks ini, penggalangan dana online untuk anak asuh Muhammadiyah memainkan peran penting dalam memastikan akses pendidikan yang setara dan berkualitas bagi semua anak-anak, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka. Ini adalah bentuk nyata dari semangat solidaritas dan kepedulian sosial, yang merupakan nilai inti dari ajaran Islam dan juga prinsip-prinsip Muhammadiyah.