25.9 C
Jakarta

National Unity Day, Cara Rusia Mengobati Luka Masa Lalu

Baca Juga:

SAMARTA, MENARA62.COM — Senin, (4/11/2019), Bukanlah hari Senin biasa yang menyebalkan bagi pekerja-pekerja Rusia. Pasalnya, Senin ini bertepatan dengan National Unity Day, atau Hari Persatuan Nasional Rusia.

Hari Persatuan Nasional Rusia, adalah hari raya termuda di Rusia. Hari raya yang mulai diterapkan sejak tahun 2005 ini, merupakan hari raya pertama yang dibuat oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Hari Persatuan Nasional ini dirayakan untuk seluruh rakyat Rusia. Peringatan ini dihelat untuk merayakan kemenangan, kebersamaan, dan persatuan seluruh rakyat. Hari Persatuan untuk kebersamaan, terlepas dari apapun etnisnya, agamanya dan latar belakang sosialnya.

Presiden

President Vladimir Putin, merayakan langsung hari raya ini di Moscow. Ia bersama seluruh pemuka agama dari semua agama yang ada di Rusia, mengirimkan doa dan karangan bunga untuk seluruh pahlawan Rusia.

Hari raya ini, juga dimaksudkan untuk mengenang sejarah Kuzma Minin dan Dmitry Pozharsky. Mereka berdua menggalang pasukan pada tahun 1612 untuk membebaskan Moscow yang sempat direbut Polandia.

Hari raya ini dimeriahkan di seluruh kota Rusia. Semua warga berkumpul dan saling menghormati keberagaman etnis dan agama di Rusia.

Terlebih di Samara. Kota yang multi etnis ini, merayakan Hari Persatuan Nasional dengan meriah. Acara-acara dan pawai dihelat. Tepi Sungai Volga yang tenang dan indah, diubah menjadi meriah dengan acara festival dan pawai-pawai.

Pelajaran untuk Indonesia

Hari Persatuan Nasional di Rusia, perlu dijadikan pelajaran bagi pemerintah Republik Indonesia. Pelajaran tentang bagaimana wujud nyata keberpihakan pemerintah pada toleransi dan persatuan rakyatnya.

Perlu diketahui, Putin mengadakan hari raya ini juga untuk mengobati luka masa lalu. Yakni tentang kekejaman rezim Komunis Soviet dalam mengatur pemerintahan. Pada masa itu, etnis dikendalikan, kebebasan berbicara, dan ekspresi keberagamaan apapun, dilarang dan diberangus.

Indonesia juga bisa menjadikannya contoh nyata keberpihakan untuk mengobati dan berdamai dengan luka masa lalu, pelanggaran HAM di Indonesia. Salah satunya dengan menetapkannya sebagai hari raya, dan pemerintah aktif berbelasungkawa serta berdiskusi secara terbuka untuk mengobati luka masa lalu.

Pemerintah mengajak rakyat mengobati luka masa lalu. Caranya, dengan saling memaafkan apa yang terjadi di masa lalu, dan mengerti di masa kini, serta memastikan tak akan terjadi kesalahan yang sama di masa depan. Untuk masa depan yang lebih baik, perayaan dan konser musik bukan hal yang salah untuk dihelat.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!