29.4 C
Jakarta

Orang Tua Berperan Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak

Baca Juga:

Orang Tua Berperan Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak. Dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, maka tidak bisa dilakukan hanya oleh pihak sekolah. Sebab pihak sekolah tidak bisa mendidik siswa secara keseluruhan.

Terdapat bagian orang tua yang tidak bisa dilimpahkan kepada pihak sekolah. Akan tetapi hal ini tidak dapat dipahami oleh sebagian besar orang tua. Bagi orang tua seperti ini, ketika dia memasukkan anaknya ke sekolah, membayar biaya sekolah dan memenuhi keperluan sekolah anaknya, tugasnya sudah selesai.

Itulah salah satu sebabnya, orang tua banyak yang berusaha mencari sekolah yang favorit bagi anak-anaknya. Dengan alasan, di sekolah favorit, semua sudah bisa diatur oleh pihak sekolah, dan dia merasa anaknya akan sukses dalam pendidikan. Seterusnya akan mendapatkan kemudahan dalam melanjutkan pendidikan berikutnya atau mencari pekerjaan.

Ini pula yang menjadi latar belakang, masih ada orang tua yang memersoalkan masalah zonasi dalam penerimaan siswa baru. Dia tidak senang dengan sekolah tertentu, walaupun dekat dengan tempat tinggalnya, karena dia anggap sekolah itu kurang bermutu. Maka seribu satu alasan logis, mereka cari untuk mencerca konsep zonasi sekolah.

Tentu kita bisa saling menyalahkan dalam konteks yang demikian ini. Dapat dipahami bahwa setiap orang tua selalu mencari pola pendidikan yang sesuai dengan harapannya. Malah ada orang tua yang tidak masalah baginya jika harus melakukan berbagai cara untuk mewujudkan keinginan tersebut. Termasuk diantaranya dengan mengeluarkan dana besar.

Di berbagai sekolah, biaya pendidikan amat sangat mahal. Bahkan untuk masuk saja perlu biaya puluhan hingga ratusan juta Rupiah. Tentu dalam satu aspek, hal ini cukup beralasan.

Padahal sebenarnya, jika kita menginginkan kemajuan dalam pendidikan anak-anak, banyak aspek yang mesti diperhatikan. Salah satunya adalah partisipasi orang tua. Justru keterlibatan orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak sangat signifikan.

Partisipasi

Di negara kita, keterlibatan orang tua lebih sering diasosiakan dalam bentuk memberi sumbangan pembangunan gedung. Maka jika ada undangan pertemuan antara orang tua dengan pihak sekolah, ikhwal yang paling sering dibahas adalah soal kekurangan dana dalam pembangunan ruang kuliah, mushalla, taman, dan bangunan fisik lainnya. Itu memang penting, tapi konteksnya bukan di situ.

Dalam hal ini partisipasi orang tua yang dimaksudkan adalah dalam menaruh perhatian terhadap pendidikan anak itu sendiri. Bagaimana kemajuan pelajarannya, semangat belajar, prestasi yang diraih, dan dorongan moril kepada anak menyelesaikan permasalahan yang mungkin dihadapinya. Apakah ada persoalan antara dia dengan teman-temannya, sekolah atau gurunya. Atau sekedar memberikan apresiasi atas prestasi yang dia raih. Ini yang selama ini jarang atau hampir tidak pernah dilakukan oleh sebagian besar orang tua.

Orang tua, dengan alasan kesibukan pekerjaan, berdakwah, arisan, main game, dan reuni dengan teman-temannya, mereka melupakan uusan pendidikan anak. Tk penting baginya, karena sudah diserahkan ke pihak sekolah. Di antara orang tua, ada yang merasa lebih penting mengadakan reuni dengan teman-temannya dibandingkan dengan menanyakan, misalnya : “Gimana tadi di sekolah, nak. Apakah kamu dapat menjawab kuis guruku?”

Pentas

Hari ini kami mendapat undangan ke sekolah putri bungsuku. Dia masih setingkat kelas lima sekolah dasar di Warrawong High School, New South Wales, Australia.

Di sekolahnya ada acara semacam pesta pertunjukan prestasi dan seni para murid. Awalnya saya tanya, apakah dia akan menerima piagam atau ikut pentas? Ternyata tidak. Namun dia tetap menginginkan kami hadir di sekolahnya, menyaksikan teman-temannya mendapat hadiah, sementara putriku sendiri tidak mendapat apapun.

Semestinya orang tua yang diundang cukup bagi orang tua yang anaknya akan menerima penghargaan atau yang akan tampil dalam pentas seni.Tapi kenapa sekolah harus mengundang kami?

Di sinilah salah satu bentuk keterlibatan orang tua dalam memajukan pendidikan anak-anaknya. Pihak sekolah sengaja mengundang semua orang tua anak didk untuk menyaksikan penyerahan piagam bagi anak didiknya yang berprestasi. Juga memperlihatkan kebolehan murid dalam bidang seni, permainan, berpidato, dan lain sebagainya. Dengan demikian, acara ini semacam laporan pertanggungjawaban pihak sekolah terhadap para orang tua, tentang capaian pendidikan anak-anaknya.

Di acara ini, terdapat interaksi antara pihak sekolah dengan orang tua, antara sesama orang tua, dan para orang tua dengan anak-anaknya secara langsung. Interaksi ini, sangat penting dalam proses pendidikan.

Kedatangan kami ke sekolah menyaksikan acara tersebut, ternyata membawa dampak psikologis kepada putri kami. Pertama, dia ingin memperlihatkan bahwa dalam proses pendidikan, mendapat dukungan orang tuanya. Kedua, terdapat pesan komunikasi bahwa perhatian orang tua kepada anak-anak tidak lebih penting dari pada hal lain. Ketiga, ini menunjukkan bahwa tugasnya dalam mengikuti proses belajar di sekolah telah dia laksanakan dengan baik.

Dapat dibayangkan, jika para orang tua teman-temannya, sudah datang ke sekolah, sementara kami tidak hadir dengan berbagai alasan, akan membuat dia patah semangat dan boleh jadi menurunkan kepercayaan dirinya dimata teman-temannya.

Artinya bahwa kehadiran kami di sekolahnya itu, dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Justru dengan kepercayaan diri yang tinggi, merupakan modal penting dalam pendidikan. Tanpa adanya faktor ini, maka anak-anak akan berusaha mencari jati diri lain. Yang boleh jadi hasilnya bertolak belakang dengan tujuan mulia dari proses pendidikan.

Mengapa banyak anak didik yang melakukan tindakan yang tidak terpuji, bermula dari tidak adanya kepercayaan diri dan gagalnya memeroleh jati diri pada jalan yang benar.

Akibatnya tujuan pendidikan akan sulit dicapai. Di sisi lain, anak didik pun jauh dari nilai-nilai moral, karakter yang baik, tak melaksanakan ibadah agamanya. Bahkan jangan heran jika banyak anak-anak didik yang merokok, tawuran, balap liar, corat-coret baju, nongkrong di cafe, minum minuman keras sampai kepada perzinahan di ruang kelas.

Sampai sejauh yang saya amati di sini, konsep pendidikan di Australia selalu melibatkan orang tua. Dan para orang tua di sini, sadar bahwa mereka memiliki peran penting dalam pendidikan anak-anaknya. Beberapa kali kami diundang atau datang dengan inisiatif sendiri ke sekolah untuk keperluan anak kami.

Jika putri kami kelihatan tidak mengerti pelajaran, maka dihubungi guru kelasnya. Guru kelas akan dengan senang hati menerima kami datang ke sekolahnya untuk mendiskusikan upaya agar anak bisa mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik. Model seperti inilah salah satu yang amat jarang kita lakukan, padahal manfaatnya sangat besar.

Penulis: Haidir Fitra Siagian, Keiraville, Sabtu (6/7/2019) ba’da subuh

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!