26.2 C
Jakarta

Orientasi Ukhrawi

Baca Juga:

Kehidupan modern dewasa ini menjadikan manusia larut dalam budaya meterialisme. Pemujaan terhadap nafsu kebendaan kian hari kian terlihat jelas.

Hari demi hari, setiap orang berlomba-lomba untuk menggapai kesuksesan, yang tidak lain dimaknai sebagai harta berlimpah, jabatan prestisius, rumah megah, mobil mewah, serta investasi baik dalam bentuk deposito, properti atau pun lainnya.

Mereka terbuai dengan kesuksesan duniawi yang bersifat sementara. Sedangkan kesuksesan hakiki nan abadi, yakni kesuksesan dan kebahagiaan ukhrawi mereka lupakan.

Orientasi duniawi dengan menumpuk kekayaan mereka tempuh dengan berbagai cara. Bahkan, tidak jarang menghalalkan segala cara. Sementara orientasi ukhrawi dengan memperbanyak amal shalih mereka lupakan.

Padahal, Allah SWT menegaskan, kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu. “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Q.S. Al-Hadid: 20).

Dalam ayat lain Allah SWT juga menerangkan, kehidupan akhirat itu lebih baik daripada kehidupan dunia. “Dan sesungguhnya akhir (akhirat) itu lebih baik daripada permulaan (dunia)” (Q.S. Adh-Dhuha: 4).

Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk mempersiapkan bekal (investasi) sebanyak-banyaknya untuk kehidupan, baik di dunia ini, lebih-lebih di akhirat kelak. Hal ini terekam jelas dalam firman-Nya, “Dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (Q.S. Al-Baqoroh: 197).

Dari beberapa keterangan ayat di atas, jelaslah bahwa investasi yang akan langgeng serta membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi kita adalah investasi akhirat, yakni taqwa.

Rasulullah SAW bersabda, “barangsiapa yang orientasinya adalah akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat maka dia mendapatkan tiga perkara: Pertama, Allah menjadikan kecukupan dihatinya; kedua, Allah mengumpulkan urusannya; dan ketiga, dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina (dunia datang sendiri kepada kita tanpa perlu kita kejar). Dan barangsiapa yang orientasinya adalah dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: Pertama, Allah menjadikan kemelaratan ada didepan mata; kedua, Allah mencerai-beraikan urusannya; dan ketiga, dunia tidak datang kecuali yang ditakdirkan untuk dia saja” (HR. At Tirmidzi)

Ruang Inspirasi, Ahad, 7 Maret 2021.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!