PEKAN BARU, MENARA62.COM – Pembangunan pabrik hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di area tambang Peranap, Kabupaten Indrahilir Hulu, Riau diharapkan dapat mengurangi impor LPG pada 2022. Hilirisasi batu bara tersebut merupakan kerjasama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero) dan Air Product.
Dalam siaran persnya, Dirut PT Bukit Asam Tbk. Arviyan Arifin mengatakan selama ini kebutuhan LPG Indonesia bergantung pada impor. Tetapi dengan dibangunnya pabrik hilirisasi batu bara maka kebutuhan LPG ini nantinya bisa dipenuhi oleh dalam negeri.
“DME adalah substitusi LPG. Nanti kalau pabrik sudah beroperasi kebutuhan LPG bisa kita penuhi sendiri,” katanya usai pencanangan pembangunan Pabrik Hilirisasi Batu bara menjadi DME di Tambang Peranap PT Bukit Asam Tbk di Peranap, Riau, Kamis (7/2/2019).
Pencanangan ditandai dengan ditekannya tombol oleh Direktur Utama PT Bukit Asam (BA) Arviyan Arifin, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina (Persero) Heru Setiawan, Direktur Utama PT Air Products Indonesia Triwidio Pramono, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) Budi Gunadi Sadikin, Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi, dan Wakil Bupati Indragiri Hulu Khairizal.
Keberadaan pabrik hilirisasi batu bara jadi DME ini menurutnya sangat penting dan strategis untuk mewujudkan ketahanan energi nasional dan mengurangi impor elpiji sekaligus mengembangkan ekspor. Selain itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indragiri Hulu.
“Hilirisasi juga penting dalam upaya mengurangi polusi dari batu bara dengan memproduksi energi bersih berupa Syngas yang akan jadi hulu dari berbagai produk seperti DME bahkan sampai solar dan avtur,” lanjut Arviyan.
Wilayah tambang PTBA di Peranap dipilih menjadi lokasi gasifikasi batu bara karena memiliki cadangan besar batu bara kalori rendah. Dengan adanya proyek gasifikasi batu bara di Mulut Tambang Peranap ini tentunya akan dapat menghidupkan dan mengoptimalisasi sumber daya alam batubara Peranap untuk ketahanan energi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Nantinya, batu bara kalori rendah yang berasal dari tambang PTBA Peranap, Riau akan diolah menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi DME. DME inilah yang akan digunakan oleh Pertamina sebagai substitusi LPG.
Adanya DME yang digunakan untuk LPG ini merupakan salah satu langkah sinergi BUMN dan langkah Pertamina untuk dapat menekan impor LPG. Langkah ini dinilai sebagai langkah strategis secara nasional.
Setelah pencanangan, akan dilakukan tahap selanjutnya yakni konstruksi pembangunan pabrik. Rencananya, usaha hilirisasi batubara di mulut tambang batubara Peranap ini memiliki kapasitas 1,4 juta ton DME per tahun dengan kebutuhan batubara sebesar 9,2 juta ton per tahun.
Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi, mengatakan dirinya menyambut baik pembangunan pabrik di wilayahnya.