JAKARTA, MENARA62.COM – Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi yang menarik bagi para pelaku industri global, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini seiring dengan implementasi kebijakan pemerintah dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif.
“Realisasi penanaman modal dari sektor industri selama ini memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional, mulai dari peningkatan devisa hingga penyerapan tenaga kerja lokal,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito dalam sambutannya mewakili Menteri Perindustrian pada Peresmian Perluasan Pabrik Polyester Film (Polyethylene Terephtalate Film) PT. MC PET Film Indonesia (MFI) di Cilegon, Banten, Kamis (28/7).
Pada triwulan I Tahun 2022, perekonomian Indonesia tumbuh positif sebesar 5,01%, hal ini juga dialami sektor industri pengolahan non migas yang tumbuh sebesar 5,47%. Kinerja realisasi investasi Indonesia juga masih cukup tinggi dengan nilai investasi periode Januari – Maret 2022 mencapai 282,4 trilliun.
Pada semester I tahun 2022, kucuran investasi sektor industri sebesar Rp230,8 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 39,5% dari total nilai investasi yang mencapai Rp584,6 triliun. Investasi sektor industri tersebut naik double digit hingga 38% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Hal ini menandakan bahwa pasca-pandemi Covid-19, Indonesia masih memiliki daya tarik investasi dengan besarnya pasar yang dimiliki, sumber daya yang melimpah, pertumbuhan ekonomi yang positif, serta adanya dukungan regulasi dari pemerintah,” papar Warsito.
Menurutnya, momen peresmian perluasan pabrik PT MFI juga menunjukkan bahwa masih tingginya kepercayaan investor atas iklim dan potensi investasi di Indonesia, terutama pada sektor industri plastik dan barang plastik. “Kami memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada PT MFI dan seluruh pihak yang telah membantu terwujudnya peningkatan investasi dalam pengembangan industri plastik di Indonesia,” tutur Warsito.
Kemenperin mencatat, total kapasitas produksi PET Film di Indonesia saat ini mencapai 180,5 ribu ton per tahun. Proyek perluasan pabrik yang dilakukan oleh PT. MFI tersebut untuk menambah kapasitas polyester film (PET) sebesar 25.000 ton per tahun, yang aplikasinya digunakan untuk film electronic device 5G/6G. Proyek tersebut diharapkan berkontribusi dalam menjaga pasokan dalam negeri sebagai antisipasi meningkatnya permintaan packaging film domestik, sekaligus menambah potensi pasar ekspor produk film Indonesia.
“Investasi proyek perluasan PT MFI ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan industri polyester film khususnya PET Film masih cukup besar di Indonesia,” ujar Warsito. Investasi perluasan pabrik PT MFI diperkirakan mencapai USD156 juta atau sekitar Rp2,3 trilliun dengan menyerap ratusan tenaga kerja di Indonesia.
PT MFI telah beroperasi sejak tahun 1995, dan merupakan bagian dari Mitsubishi Chemical Group, Jepang. Jumlah tenaga kerja PT MFI saat ini sebanyak 440 orang, dengan hampir seluruhnya adalah tenaga kerja Indonesia.
Presiden Direktur PT MFI Bambang Sastrosatomo menjelaskan, konstruksi pabrik baru PT MFI dimulai sejak April 2020, yang hampir bersamaan dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Namun demikian, PT MFI tetap merealisasikan investasi sesuai dengan komitmen untuk berperan aktif dalam membangun perekonomian Indonesia.
“Kerja keras dari semua pemangku kepentingan mulai dari internal MFI, otoritas pemerintahan terkait di pusat dan daerah, serta pemberdayaan kontraktor lokal, tenaga-tenaga kerja dari Cilegon, Serang dan daerah lain di Provinsi Banten, maka proyek ini dapat selesai dalam waktu 18 bulan dengan hanya mengalami beberapa bulan keterlambatan karena situasi pandemi,” ujar Bambang.
Menurutnya, pabrik baru PT MFI memiliki keunggulan teknologi dalam memproduksi polyester film untuk aplikasi komponen elektronik dalam teknologi komunikasi 5G dan 6G. Pabrik baru tersebut akan segera berproduksi secara komersial dengan hampir semua produk akan diekspor yang dapat menghasilkan devisa senilai USD85 juta per tahun.
Dengan penambahan tersebut, kapasitas produksi polyester film PT MFI menjadi 45.000 ton per tahun, meningkat lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya yang hanya 20.000 ton per tahun. Guna memastikan ketersediaan bahan baku yang keberlanjutan, PT MFI melakukan integrasi vertikal dengan mengambil alih pengoperasian pabrik PET Resin dari PT Mitsubishi Chemical Indonesia.
Jadi tulang punggung
Warsito mengemukakan, industri plastik di Indonesia dinilai sebagai salah satu tulang punggung bagi sektor industri lain dan berperan penting dalam rantai pasok bagi sektor-sektor strategis, seperti industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik serta elektronika.
“Kapasitas industri barang jadi plastik nasional saat ini mencapai 7,679 juta ton dengan total konsumsi barang jadi plastik sebesar 8,227 juta ton. Dari total konsumsi barang jadi plastik tersebut, sebanyak 7,12 juta ton dipenuhi dari dalam negeri,” ungkapnya.
Pada tahun 2021, kebutuhan bahan baku industri tersebut secara nasional mencapai 7,76 juta ton, dengan 3,194 juta ton diantaranya merupakan virgin plastic lokal yang dipenuhi oleh industri petrokimia dalam negeri. Selain itu, kebutuhan baku plastik juga dipenuhi oleh plastik daur ulang dari dalam negeri.
“Angka impor produk untuk memenuhi kebutuhan barang jadi plastik maupun bahan baku untuk industri plastik mengindikasikan masih diperlukannya upaya peningkatan kapasitas produksi dan investasi baru di sektor ini untuk mensubstitusi produk impor,” papar Warsito.
Oleh karena itu, pemerintah mengambil peran untuk memfasilitasi iklim investasi industri yang lebih berdaya saing. Pemerintah dalam hal ini Kemenperin telah melakukan beberapa upaya strategis antara lain memberikan insentif harga gas bumi 6 USD per MMBTU, serta melakukan upaya pengendalian impor (BMAD BOPET) dan pengamanan pasar dalam negeri.
Selain itu, optimalisasi pemanfaatan pasar dalam negeri dan pasar ekspor, Program Peningkatan Produksi Dalam Negeri (P3DN), pemberian insentif fiskal seperti Tax Allowance, Tax Holiday, Super Deduction Tax untuk R&D dan vokasi, serta penerapan SNI dan SKKNI. Pemerintah juga berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0 dengan penerapan Peta Jalan Making Indonesia 4.0.
“Pemerintah juga akan terus berupaya menciptakan iklim usaha industri yang baik, menguntungkan, dan berkesinambungan melalui berbagai kebijakan sehingga investasi dapat terus bertumbuh dan kekuatan ekonomi negeri kita menjadi semakin kokoh,” pungkasnya.