YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Arni Surwanti, dosen Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), melakukan Program Pengabdian Masyarakat Berbasis Perserikatan Muhammadiyah (PPM) Muhammadiyah secara inklusi kepada kader LazisMu, penyandang disabilitas dan perwakilan Pemerintah Desa Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Arni Surwanti memberi pelatihan memanfaatkan pekarangan dan sampah organik untuk budidaya Maggot.
“Mereka nantinya diharapkan menjadi trainer pada masyarakat yang lebih luas di Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Saat ini, sampah menjadi permasalahan serius di semua wilayah negara ini. Jumlahnya meningkat bersamaan dengan pertambahan jumlah penduduk,” kata Arni Surwanti di Yogyakarta, Senin (22/8/2022).
Dijelaskan Arni, pengelolaan sampah memerlukan manajemen yang baik dimulai dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) hingga tempat pembuangan
akhir (TPA). Sedangkan pengolahan sampahnya memerlukan teknologi yang tepat agar produk pengolahannya tidak menghasilkan sampah kembali.
Ada dua macam sampah yaitu organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk dapat terurai. Sampah organik bisa dikatakan sebagai sampah ramah lingkungan bahkan sampah ini bisa diolah kembali menjadi suatu yang bermanfaat bila dikelola dengan tepat.
Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit terurai.
Sampah organik ini apabila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan penyakit dan bau yang kurang sedap hasil dari pembusukan sampah organik yang cepat.
Berdasarkan jenisnya sampah organik dapat digolongkan menjadi dua yaitu
organik basah dan kering. Sampah Organik Basah, adalah sampah organik yang banyak mengadung air. Sampah organik basah contohnya adalah sisa sayur, kulit pisang, buah yang busuk, kulit bawang dan sejenisnya. Sampah organik dapat menimbulkan bau tidak sedap sebab kandungan air tinggi yang menyebabkan sampah jenis ini cepat membusuk.
Sampah Organik Kering adalah sampah organik yang sedikit mengandung air. Contoh sampah organik misalnya kayu, ranting pohon, kayu dan daun-daun kering. Kebanyakan sampah organik sulit diolah kembali jadi lebih sering dibakar untuk memusnahkannya yang juga memberikan dampak polusi udara.
Pengelolaan sampah organik ini dengan dilakukannya budidaya Maggot. Maggot dikenal sebagai organisme pembusuk karena kebiasaannya mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot mengunyah makanannya dengan mulutnya yang berbentuk seperti pengait (hook). Maggot dapat tumbuh pada bahan organik yang membusuk di wilayah temperate dan tropis.
Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa Maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.
Tubuh Maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka di balik itu semua, Maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan. Bagi beberapa orang, budidaya Maggot merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan. Pertumbuhan Maggot sangat ditentukan oleh media tumbuh, misalnya jenis lalat Hillucens menyukai aroma media yang khas tetapi tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hillucens ini.
Budidaya Maggot tidak begitu sulit untuk dikembangkan, mengingat Maggot berkembang biak dengan alami di alam sehingga mudah untuk mendapatkannya. Maggot bertahan hidup pada lingkungan tropis maupun subtropis sehingga potensi mengembangbiakannya sangat mudah dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis.
Budidaya Maggot dapat memberikan kemanfaatan antara lain: Pertama, Maggot Mampu Menguraikan Sampah. Maggot hidup dengan cara memakan limbah organik. Kemampuan Maggot dalam menguraikan terbilang cepat, dikarenakan Maggot termasuk serangga yang cukup rakus dalam memakan makanannya sehingga cepat dalam menguraikan sampah organik. Dibandingkan dengan mikroba lain, Maggot lebih cepat menguraikan sampah.
Kedua, Maggot dapat menjadi pakan ternak dan ikan yang berprotein tinggi. Kualitas hewan ternak dan ikan dapat ditentukan dari pemberian pakan yang baik. Agar ternak tumbuh dengan sehat dan berkualitas, pakan ternak dan ikan yang diberikan juga harus berkualitas. Maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia illucens) merupakan pengganti pakan sebagai sumber protein.
Maggot menjadi penunjang usaha perikanan dan peternakan berbagai macam pakan ternak yang memiliki kualitas yang unggul dijual di pasaran. Salah satu yang menjadi unggulan sebagai pakan ternak merupakan hasil budidaya Maggot yang dikembangkan oleh masyarakat. Dengan demikian Maggot cukup memberikan nilai ekonomi yang bisa digunakan untuk menambah penghasilan keluarga. (*)