JAKARTA, MENARA62.COM – Pendidikan vokasi membutuhkan siswa yang memang memiliki passion atau bakat pada keahlian tertentu. Tanpa passion, maka pendidikan vokasi hanya akan menghasilkan out put yang tidak kompeten, out put yang hanya memegang ijazah kelulusan.
“Jadi ibarat menikah tanpa cinta, maka tidak akan ada gairah. Percuma saja dapat ijazah tetapi tidak kompeten, tidak memiliki keahlian,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wikan Sakarinto pada Webinar bertema Sukses Masa Depan Melalui Sarjana Terapan, Sabtu (30/1/2021).
Karena itu, meskipun pendidikan vokasi terus digencarkan, tetap dibutuhkan siswa-siswa yang memiliki passion atau bakat untuk belajar pada lembaga pendidikan vokasi. Baik untuk SMK, jenjang diploma, maupun sarjana terapan.
Menurut Wikan, passion tidak hanya akan menentukan tingkat keahlian yang dikuasai oleh siswa atau mahasiswa. Passion juga penting untuk meniti karier lulusan pendidikan vokasi. Sebab seseorang yang bekerja sesuai passion, sesuai bakatnya maka ia akan bekerja secara ikhlas, dengan rasa gembira. Ia juga akan terus berusaha untuk mempelajari bidang keahliannya.
“Melakukan pekerjaan dengan bahagia apalagi digaji, maka ia akan terus berupaya mengembangkan diri tanpa ada paksaan, ia akan menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat,” tambah Wikan.
Diakui animo masyarakat untuk belajar pada pendidikan vokasi terus meningkat. Karena itu Wikan mendorong perguruan tinggi baik itu universitas, politeknik maupun institut untuk meng-up grade D3 menjadi D4 atau sarjana terapan.
“Mengapa sarjana terapan? Ini adalah menu vokasi yang link dan super match dengan dunia kerja dan dunia industri paling lengkap. Bisa aplikatif, entrepreneur tetapi juga dapat menjadi mentor, supervisor,” tukas Wikan.
Untuk meng-up grade D3 menjadi D4 atau sarjana terapan tentu harus memenuhi sejumlah syarat yang cukup ketat. Di antaranya kurikulum yang disusun dengan industri, dosen dari praktisi, sarana prasarana yang memadai, dan komponen lainnya.
Sementara itu, Menhub Budi Karya Sumadi dalam sambutannya memberikan apresiasi tinggi terhadap Kemendikbud yang telah berinisiasi memperkuat pendidikan vokasi. Sebab pendidikan vokasi adalah jawaban yang tepat untuk menjawab kebutuhan SDM yang kompeten di masa depan.
“Sekitar 24 persen atau 63,4 juta penduduk Indonesia adalah anak-anak muda. Tentu harus kita pikirkan bagaimana kesempatan kerja bagi mereka tersedia lebih banyak,” kata Menhub.
Menurutnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi tentu dibutuhlah langkah-langkar strategis dan serius. Tujuannya agar lulusan pendidikan vokasi memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar tenaga kerja.
VIP of Marketing JNE Eri Palgunadi mencontohkan bagaimana perusahaannya membutuhkan tenaga terampil lulusan vokasi bidang logistik dalam jumlah yang cukup besar. Pada 2007 misalnya, JNE hanya memiliki karyawan sekitar 2.100 orang. Tetapi jumlah tersebut meningkat pesat menjadi 27.000 orang pada awal 2021 ini.
Kebutuhan tenaga kerja bidang logistic ini awalnya hanya dipenuhi oleh akademi yang dimiliki PT Pos Indonesia. Tetapi bersyukur, sekarang banyak lembaga pendidikan tinggi dan SMK yang membuka jurusan logistic.
Senada juga disampaikan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia Asep Saefudin. Ia mengingatkan bahwa hampir semua negara maju memiliki pendidikan vokasi yang kuat. Karena itu Indonesia harus memulai untuk memperkuat pendidikan vokasinya.