28.9 C
Jakarta

Pengajaran BIPA, Strategi Terdepan Sebarkan Bahasa Negara

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM– Praktisi pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi penutur asing) dari 10 negara ambil bagian dalam  Simposium Internasional  Pengajaran  BIPA  (SIPBIPA). Para praktisi tersebut berasal dari  kawasan  Asia,  Afrika,  Amerika,  dan  Eropa.

Mereka  yang  dihadirkan  sebagai narasumber  tidak  sekadar  untuk  berbagi  praktik  baik  pengajaran  dan pengembangan  bahan  ajar  BIPA,  tetapi  juga  untuk  membandingkan  hingga menyelaraskan strategi pengajaran dan pengembangan bahan ajar BIPA dengan pegiat dan pengajar BIPA di Indonesia.

“Pemahaman para narasumber terhadap kondisi pengajaran BIPA di luar Indonesia itu, akan dimanfaatkan untuk meramu strategi pengajaran BIPA  dan  pengembangan  bahan  ajar  BIPA  lintas  budaya  yang  mengacu  pada karakteristik  dan  kebutuhan  pemelajar  BIPA,” papar Kepala Badan  Pengembangan  dan  Pembinaan  Bahasa,  Prof.  Dr.  Dadang Sunendar dalam siaran persnya, Rabu (23/8).

Dalam  forum  tersebut  para narasumber diharapkan dapat bertukar dan mengharmonikan gagasan dengan pengajar  dan  pegiat  BIPA  di  Indonesia,  sebagai  sesama  pelaku  diplomasi kebahasaan  dan  pendidikan. Tujuannya untuk  merumuskan  konsep  pemanfaatan pengajaran  BIPA  lintas  budaya  guna  memperkuat  misi  penyebaran  bahasa negara dalam rangka mempertajam visi penginternasionalan bahasa Indonesia.

Menurut Dadang,  pengajaran BIPA merupakan strategi terdepan untuk melaksanakan penyebaran bahasa negara dalam rangka meningkatkan  fungsi  bahasa  Indonesia  menjadi  bahasa internasional.

Tanpa intervensi  formal  dari  pemerintah,  pengajaran  BIPA  telah  bergerak  sendiri seiring  dengan  tingginya  minat  dan  kebutuhan  masyarakat  internasional terhadap penguasaan bahasa Indonesia. Prakarsa dan partisipasi mandiri dari pengajar  BIPA  untuk  menggerakkan  roda  pengajaran  BIPA  ini patut dihargai  dan terus  didorong  dengan  tetap  meningkatkan  mutu  pelayanan  pengajarannya.

Dikatakan Dadang, kualitas pengajaran diyakini akan terjamin jika ada upaya terpadu, sistematis, dan  berkelanjutan  untuk  meningkatkan  mutu  pengajar  dan  perangkat pembelajaran, seperti kurikulum dan bahan ajar. Karena itu, Badan Bahasa berkomitmen untuk selalu mendorong dan  mendukung  penyelenggaraan  forum-forum  ilmiah  ke-BIPA-an.

Dengan makin banyaknya forum-forum ilmiah di bidang pengajaran BIPA, Badan Bahasa berharap agar berbagai kendala pembelajaran BIPA dapat ditemukan solusinya dan  bermacam  inovasi  dapat  dikembangkan  agar  mutu  pengajarnya  makin terjamin serta sumber belajarnya makin beragam dan mudah diakses.

Dampak positif  yang  diharapkan  dengan  meningkatnya  mutu  pengajaran  BIPA  adalah makin bertambahnya jumlah penutur asing  yang mampu berbahasa Indonesia dan makin luasnya wilayah penggunaan bahasa Indonesia di luar Indonesia.

Seminar dan Lokakarya (Semiloka)  Internasional Pengajaran BIPA terakhir kali digelar di Jakarta pada 2007 oleh Badan Bahasa (pada waktu itu bernama Pusat Bahasa). Karenanya SIPBIPA 2017 yang mendapat dukungan dari Balai  Bahasa  Provinsi  DI  Yogyakarta kali ini sangat penting dan strategis.

SIPBIPA 2017 mengusung tema “Membingkai Mosaik Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing”. Dalam tema tersebut terkandung maksud bahwa beragam  gagasan  para  pengajar  dan  pegiat  BIPA  berdasarkan  pengalaman masing-masing  merupakan  mosaik  konsep  yang  akan  amat  bermakna  danbermanfaat apabila dikemas dalam satu gambaran dan pemahaman yang utuh dan  menyeluruh  tentang  kondisi,  potensi,  kendala,  dan  tantangan  pengajaran BIPA,  baik  di  luar  Indonesia  maupun  di  Indonesia  sendiri.

Selain Prof Dadang, simposium menghadirkan pembicara  Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Prof. Emi Emilia, M.Ed., Ph.D.  sedang pembicara yang merupakan praktisi pengajaran BIPA dari sejumlah lembaga penyelenggara program BIPA di sepuluh negara adalah Siriporn Maneechukate (Maejo University, Thailand), Gao Shiyuan (Beijing Foreign Studies University, Cina), Koh Young Hun (Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan), Nguyen Thanh Tuan (University of Social Science and Humanities, Vietnam), Hara Mayuko (Osaka University, Jepang), dan Antonia Soriente (Università degli Studi di Napoli L’Orientale, Italia).

Lalu  Christa Saloh-Foerster (Universität Bonn, Jerman), Tata Survi (Balai Bahasa Victoria, Australia), Tamrin Subagyo (Suez Canal University, Mesir), Margaretha Sudarsih (Defense Language Institute Foreign Language Center, Amerika Serikat),  Indriyo Sukmono (Yale University, Amerika Serikat) dan Elisabeth  Arti  Wulandari  (University  of  Montana,  Amerika  Serikat  dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!