JAKARTA, MENARA62.COM — Aliansi Group of Twenty (G20) yang fokus pada bidang pemberdayaan perempuan di industri bisnis, G20 EMPOWER, secara resmi menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan pada India.
Pleno penutupan digelar di Jakarta, Kamis (1/12/2022). Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Bintang Puspayoga, dalam sambutannya menitipkan agar India bisa melanjutkan rencana kerja G20 EMPOWER Presidensi Indonesia, khususnya yang telah tertuang ke dalam Deklarasi Pemimpin G20 di Nusa Dua, Bali, yang lalu.
Bintang Puspayoga mengatakan bahwa sepanjang Presidensi Indonesia, G20 EMPOWER telah membangun dan memberikan berbagai advokasi, hingga berbagi praktik baik untuk meningkatkan dan memperkuat posisi perempuan dalam pengambilan keputusan di level manajemen puncak. Aliansi ini pun telah secara aktif, mendorong upaya tercapainya kesetaraan gender di tempat kerja, sektor bisnis, dan masyarakat. Menyediakan platform untuk saling berbagi ilmu dengan pemerintah, advocates, dan pemangku kepentingan lainnya. Bahkan, bermitra dengan pemerintah dan negara anggota G20 lainnya untuk menerapkan kebijakan terkait peningkatan peran perempuan dalam posisi manajerial.
“Forum G20 telah berkembang sangat signifikan. Deklarasi Pemimpin G20 pada presidensi tahun ini, menjadi momentum pertama kali dituangkannya komitmen terkait pemberdayaan perempuan dan kesetaraaan gender dalam butir terpisah. Tentunya, hal ini, menunjukkan kepedulian dan keseriusan negara-negara anggota G20 dalam menempatkan isu perempuan pada fokus pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Bintang Puspayoga lebih jauh.
Sementara itu, Chair G20 EMPOWER Presidensi Indonesia, Yessie D Yosetya, menekankan, “Kami akan terus mendorong pelaksanaan rekomendasi yang telah disusun G20 EMPOWER pada tahun ini. Lebih jauh, kami akan terus melacak dan memastikan ada hasil nyata yang diterapkan pemerintah dan seluruh elemen yang terlibat di dalamnya. Kami pun percaya, G20 EMPOWER, di bawah presidensi India pada tahun 2023 mendatang, akan mampu mengupayakan solusi perubahan terkait isu-isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, terutama di negara-negara anggota G20”.
Chair G20 EMPOWER Presidensi India, Sangita Reddy, mengatakan bahwa, India akan melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan pemberdayaan dan perkembangan representasi ekonomi perempuan. Beberapa hal yang akan dilakukan oleh India dalam Presidensi G20 tahun mendatang adalah memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mengambil peran kepemimpinan. Selain itu, presidensi India juga akan menciptakan ekosistem yang sesuai, holistik, dan suportif bagi perempuan yang memimpin perusahaan agar mereka dapat terus berkembang serta mendukung perempuan di akar rumput. Terakhir, presidensi India akan membagikan kurikulum literasi digital yang dapat direplikasi oleh negara G20 untuk membangun ketahanan digital perempuan.
Lebih jauh, Co-Chair G20 EMPOWER Presidensi Indonesia, Rinawati Prihatiningsih, menyampaikan, “Kita semua bersyukur rangkaian kegiatan G20 EMPOWER Presidensi Indonesia 2022 dapat berjalan sukses, pemberdayaan perempuan menjadi isu lintas sektoral yang penting dalam kerja G20, dan tiga isu prioritas yang diusung G20 EMPOWER Indonesia serta pertemuan tingkat Menteri terkait pemberdayaan perempuan akan dilanjutkan di bawah presidensi India pada tahun 2023 mendatang. Kesuksesan yang dicapai Indonesia, berkat dukungan semua pihak serta komitmen yang tinggi. Apresiasi kami kepada seluruh tim suport G20 EMPOWER Indonesia (XL Axiata, IWAPI dan KPPPA) atas dedikasinya, para delegasi G20 dan negara undangan, dukungan dari knowledge partners, advocates, sponsors, media dan seluruh pihak yang terlibat.”
Pleno penutupan G20 EMPOWER Presidensi Indonesia dihadiri antara lain, Chief Risk & Sustainability Officer Amartha, Aria Widyanto, President Director PT Anugerah Pharmindo Lestari, Christopher Piganiol, VP HR Unilever, Willy Saelan, dan President Director PT Jamu Iboe, Stephen Walla. Selain itu, hadir pula beberapa delegasi yang turut memberikan masukan, antara lain, Ulrike Sauerwald dari Italia, Michiko Archilles dari Jepang, dan Shahrzad Rafati dari Kanada. Turut hadir para-Sherpa, working group, dan engagement group negara anggota G20 yang mengangkat isu perempuan. Hadir pula advocate dari negara-negara peserta G20 dan negara tamu. (*)