BANTUL, MENARA62.COM– Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) di Pandansimo, Bantul, Yogyakarta bisa menjadi alternatif sumber energi listrik yang perlu diperhitungkan. Dengan memanfaatkan tenaga angin dan tenaga surya, proyek yang dikembangkan sejak 2010 tersebut terbukti mampu menggerakkan ekonomi masyarakat di kawasan Pantai Pandansimo.
“Dengan total daya PLTH Pandansimo yang mencapai 90 KW ternyata masyarakat bisa memanfaatkan untuk berbagai sektor mulai dari pertanian, perikanan, dan pariwisata. Listrik juga dimanfaatkan untuk warung, pompa air, mesin pembuat es dan penerangan,” papar Menristek Dikti Mohammad Nasir saat berkunjung ke PLTH Pandansimo, Sabtu (15/04/2017).
Diakui Nasir, saat ini sumber energi listrik dunia sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil. Dari faktor ketersediaan, sumber energi fosil semakin menipis, dari sisi lingkungan bahan bakar ini juga menjadi penyumbang pemanasan global karena menghasilkan emisi karbondioksida.
Untuk itu, energi terbarukan seperti PLTH merupakan solusi tepat guna menghambat laju perubahan iklim. Selain itu, potensi sumber energi ini juga masih banyak dan potensial untuk dikembangkan.
Teknologi PLTH memanfaatkan potensi sumber daya angin laut dan angin darat di pantai Pandasimo Bantul dan intensitas sinar matahari yang besar. Total terdapat 36 kincir angin yang berdiri menjulang di atas hamparan pasir. Angin yang dihasilkan kincir angin tersebut saat ini maksimal 8 meter per detik. Di lokasi yang sama terdapat pula sekitar 218 panel surya berkapasitas 29 KW.
Menristekdikti mengungkapkan PLTH tersebut disamping memang untuk menggairahkan perekonomian nelayan, juga untuk potensi wisata. Kunjungan edukasi ke kawasan itu sendiri cukup banyak karena terintegrasi dengan wisata pantai.
Nasir mengungkap kemampuan anak negeri dalam mengelola PLTH sendiri sudah cukup baik. Hanya saja perawatan kawasan masih memerlukan optimalisasi. Untuk itu ia meminta pada jajarannya untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten setempat.
“Pada saat pemindahan kan melibatkan provinsi, jadi ini bagaimana pertanggungjawaban berikutnya. Supaya bisa betul-betul dimanfaatkan oleh rakyat. Ruang kontrol sudah bagus, untuk penyimpanan (baterai) memang masih perlu ditingkatkan. Kalau bisa (daya) yang masuk berapa sama angkanya dengan yang keluar,” jelasnya.
Untuk pengembangan teknologi baterai, pihaknya akan mendorong agar bisa bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Sebelas Maret (UNS). Sistem tegangan baterai sendiri saat ini sebesar 240volt sementara kapasitas penyimpanan baterai hanya 180 ampere/hour per satu unitnya.
PLTH Pandansimo merupakan hasil kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bappeda Bantul, Universitas Gadjah Mada, dan Pemerintah Daerah Bantul.