27.8 C
Jakarta

Potensi Wakaf Muhammadiyah Masih ‘Tidur’

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Potensi wakah warga Muhammadiyah masih “tertidur”.  Pembahasan tentang potensi ini, menjadi salah satu pembicaraan yang muncul dalam Seminar Evaluasi Akhir Tahun 2016, dengan mengusung tema “Evaluasi Pemberdayaan Produktivitas Zakat dan Wakaf Muhammadiyah Untuk Indonesia Berkemajuan” di Jakarta, akhir Desember 2016 lalu.
Seminar yang dilaksanakan Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PP Muhammadiyah tersebut menghadirkan pembicara Ketua PP Muhammadiyah Drs. H. M. Goodwil Zubir, Ketua BAZNAS Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, Ketua Komisi VIII DPR RI Dr. H.M. Ali Taher Parasong, Direktur Pemberdayaan Wakaf Kemenag RI Dr. H. Suardi Abbas,  Wakil Ketua MWK PP Muhammadiyah Dr. H. Amirsyah Tambunan, dan Andar Nubowo selaku Direktur Lazismu.
Kegiatan dilaksanakan pukul 14.00 WIB di Aula KH. Ahmad Dahlan, PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jum’at (30/12/2016).
Amirsyah Tambunan dalam paparannya menyampaikan, kini aset wakaf Muhammadiyah yang dimanfaatkan persyarikatan masih  masih sangat minim, masih banyak lahan ‘tidur’ di daerah yang tak jarang diklaim orang lain atau diambil ahli waris.
Selain belum dipandang sebagai hal yang mendesak masih sangat banyak aset wakaf yang belum diberi sertifikat hak milik sebagai landasan kepemilikan yang bukan tak mungkin akan menjadi masalah kedepannya.

“Masalah pokoknya ialah belum mempunyai persepsi yang sama, peran dan sinergi pejabat teknis wakaf di daerah dengan para pihak terkait terhadap upaya pemerintah pusat dalam upaya pengembangan wakaf,” katanya.

Selain itu, masalah pokok belum optimalnya pengembangan dan pemberdayaan wakaf lain ialah Nazhir kurang profesional sehingga wakaf belum dikelola secara optimal.

Serupa dengan hal yang dikatakan Bambang soedibyo, mantan mentri keuangan dan Ketua PP Muhammasiyah dua periode lalu. Dirinya mengkhawatirkan Muhammadiyah yang ‘lupa’ bahwa mereka punya potensi sebagai organisasi pergerakan ekonomi.
“Saya ingin mengajak kita kembali mengingat Tanwir 2010 lalu. Disitu kita sepakat Muhammadiyah harus menjadi kekuatan ekonomi. Kita selama ini hanya melihat persyarikatan hanya sebagai sosial keagamaan,” tandasnya saat menyampaikan gagasan selaku ketua Baznas.
“Potensi Muhammadiyah bidang ekonomi sangat besar, tapi kita kadang tidak tertib organisasi misal pelaporan-pelaporan,” pungkasnya.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!