JAKARTA, MENARA62.COM – Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) ke-2 digelar dengan mengusung tema “Upscaling Academic Library Resources as a Strategy to Navigate The Post-Pandemic Era, Digital Transformation and Society 5.0 in The Interconnected World”.
KPPTI ke-2 ini diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Soegijapranata Catholic University, dan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, Wilayah Jawa Tengah.
Dalam siaran persnya, Senin (12/11/2023), Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D, Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dikti Ristek) Kemendikbudristek menjadi Keynote Speech pada awal acara. Prof. Nizam dalam pidatonya menyampaikan, tema KPPTI ke-2 sangat tepat, karena saat ini, setelah dua tahun lebih kita didera pandemik Covid-19, kita merasakan bagaimana kehadiran teknologi semakin hadir di tengah-tengah kita.
“Di akhir tahun lalu kita melihat bagaimana perkembangan Artificial Intelligence (AI) sudah sedemikian matangnya sehingga generasi AI menjadi hal yang menjadi platform baru di dalam interaksi manusia dengan pengetahuan dan interaksi antara manusia dengan sumber corpus ilmu pengetahuan yang sangat besar di dunia ini. Chat GPT juga bisa berkomunikasi dan bertanya dengan memberikan jawaban yang belum tentu benar tetapi seolah-olah benar karena dikemas dalam generasi AI, seperti manusia yang menjawab pertanyaan kita sehingga hal ini menghasilkan kebenaran halusinasi yang tentu membutuhkan kehati-hatian kita semua”, ujarnya.
Menurut Nizam transformasi digital yang terjadi dan kemajuan teknologi ini tentu kita harus respon secara bijak, sekaligus juga secara cerdas. Karenanya kehadiran perpustakaan saat ini tentu sangat-sangat penting. Justru dengan kemajuan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat saat ini dan sumber ilmu dari dunia maya yang sangat-sangat besar ukurannya, ini menjadikan kita kembali memerlukan perpustakaan sebagai tempat penjaga corpus pengetahuan yang terkodifikasi.
Lebih lanjut, Nizam mengatakan sebagai pusat pengetahuan yang tervalidasi karenanya tugas pustakawan saat ini dan peran dari perpustakaan perguruan tinggi Indonesia pada umumnya di saat ini dan ke depan semakin menghadapi tantangan yang semakin tinggi tapi juga kehadirannya masih sangat relevan dengan kebutuhan, justru ketika teknologi informasi sudah semakin pesat saat ini. Namun demikian tentu membutuhkan keberanian dari para pustakawan sekalian untuk juga bertransformasi sehingga pemanfaatan teknologi dan platform-platform yang ada itu bisa memperkuat, bisa membidik platform untuk meningkatkan akses bagi mahasiswa, dosen, dan para peneliti pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih mudah dan tervalidasi dengan baik.
“Untuk itu, para pustakawan dan seluruh insan di bidang perpustakaan ini harus selalu mengupgrade diri dan terus meningkatkan diri dan kompetensinya agar layanan-layanan perpustakaan kita itu relevan dengan kemajuan jaman dan kemajuan TI untuk membawa khasanah pengetahuan yang tervalidasi masyarakat akademisi,” imbuhnya.
Nizam berharap melalui KPPTI ke-2 ini bisa didiskusikan berbagai strategi, berbagai kemajuan di perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi kita dan bisa saling berbagi pengalaman, dan berbagi praktik baik untuk bisa didesiminasikan antar perpustakaan. Kerja sama antar perpustakaan (inter library collaboration) sekarang dengan teknologi digital juga sangat-sangat diperkuat.
“Kalau dulu kita mau pinjam antar library harus pinjam dalam bentuk mikrofis dan sebagainya. Saat ini secara elektronik inter library loan tentu bisa lebih mudah untuk kita lakukan, dan semoga konferensi yang diselenggarakan oleh FPPTI ini bisa membawa kemajuan perpustakaan di Indonesia,” tambahnya.
Dilanjutkan dengan paparan seminar internasional dari narasumber pertama yaitu Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc, M.B.A., M.A., M.Phil., M.Si (Rektor Universitas Pradita). Dalam paparannya, Eko menyampaikan bahwa kita harus meredefinisikan perpustakaan dari kata benda menjadi kata kerja dan merubah culture (budaya) terkait perpustakaan.
“Hal yang harus dirubah di perpustakaan ada 3 hal, yaitu: the place where you go; the place goes to our library; and that can be digitalises library. Permasalahan yang paling banyak yang harus dilakukan oleh pustakawan adalah issues on information technology related to libraries,” ucapnya.
Eko Indrajit juga memberikan tips memerangi ketakutan pustakawan dalam menghadapi kemajuan teknologi. Tips-nya yaitu dengan cara mencari peluang di perpustakaan dalam berbagai hal, seperti mengikuti webinar, pelatihan, seminar, konferensi, mengunakan AI secara bijak, dan lain sebagainya. Yakinlah bahwa teknologi tidak bisa merubah sifat manusia yang humanis. Paparan Prof. Eko ditutup dengan penyampaian mantra digital.
Pada sesi berikutnya dilakukan Parallel Session dengan narasumber kedua Lee Cheng Ean (Advisor and Global Relations, National University of Singapore) dengan judul paparan: Leveraging IT at NUS Libraries to Enhance User Experience. Ean menitikberatkan bahwa kita hidup di masa industri dan perkembangan teknologi yang sangat signifikan; Education Reforms dilakukan oleh NUS sehingga mempengaruhi perpustakaan dalam mengembangkan layanannya.
Menurutnya, Pustakawan juga harus meningkatkan kemampuannya terkait dengan teknologi; Perpustakaan NUS selalu memperhatikan tren terkini di dunia global yang berpengaruh pada pembelajaran dan pengajaran, serta menyusun strategi 2023-2027 seperti talent management strategy, digital strategy, communication and engagement strategy; Terdapat berbagai macam layanan yang berbasis teknologi yang telah diterapkan di perpustakaan NUS dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
Di sambung oleh narasumber ketiga dari Universitas Gadjah Mada, Safirotu Khoir, Ph.D. dengan materi pembahasan yaitu: Balancing Academic Library Services to Embrace Society 5.0. Menurut dia HiTech, Automatic, AI dan adalah teknologi yang berdampingan dengan perpustakaan; manusia tetap memerlukan manusia tidak hanya memerlukan bantuan robot yang mengerti segala hal. Penggunaan ChatGPT juga tidak akan bisa menggantikan pustakawan yang melayani di perpustakaan; dan revolusi industri yang bertahan dari yang pertama hingga keempat memiliki impact kepada kehidupan.
KPPTI kali ini juga dihadiri tuan rumah dari Semarang yaitu Rektor Soegijapranata Catholic University, Dr. Ferdinandus Hindiarto, S.Psi, M.Si. dan Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Defransisco Dasilva Tavares, SP, M.Si.
Pada sambutannya, Ketua FPPTI, Mariyah, S.Sos., M.Hum. menyampaikan bahwa pada bulan November ini, dalam momen yang berbahagia, sengaja mengangkat perkembangan isu dan tantangan pustakawan dan perpustakaan, yang harus tetap survive dengan kondisi apapun seperti pandemik covid-19 dan tetap akan survive dengan kondisi selanjutnya yang harus saling terkoneksi tidak hanya di Indonesia namun internasional, yang tentunya tidak akan mudah jika tantangan saat ini belum dapat teratasi atau terlewati.
Perpustakaan maupun pustakawan dituntut untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan disruptif ini dengan melakukan inovasi dan kreativitas serta melakukan re-definisi terhadap fungsi dan peran perpustakaan serta pustakawan. Dengan inovasi dan kreativitas, fungsi dan peran perpustakaan-pustakawan akan terlaksana secara kontekstual dan up to date.
Kemampuan perpustakaan-pustakawan untuk mengoptimalkan kompetensi digital dan literasi ilmiah, mengoptimalkan informasi secara open science, kemampuan untuk memahami electronic resource management, kemampuan membangun kolaborasi dengan peneliti serta kemampuan membangun komunitas–konektivitas berbasis pengetahuan menjadi tuntutan perpustakaan–pustakawan di era disruptif ini.
Tentu saja, kemampuan melakukan adaptasi di era disruptif ini tidak muncul begitu saja. Sangat diperlukan kemauan untuk meningkatkan kompetensi baik secara individual maupun secara kolegial. Peningkatan kompetensi dengan menumbuhkan konsep belajar secara berkelanjutan harus didukung juga dengan media-media pengembangan kompetensi pustakawan seperti seminar, training, workshop bahkan kesempatan melakukan studi banding, penulisan ilmiah atau kegiatan apapun yang memiliki fokus pada pengembangan kompetensi secara kontekstual dan up to date.
Konferensi Internasional untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia yang FPPTI selenggarakan, tidak hanya menghadirkan kegiatan seminar internasional, workshop, call for paper dan call for best practice, namun juga menyelenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) ke-IX dalam rangka pemilihan Ketua Umum FPPTI periode 2023-2026.
Hasil Munas tahun 2023, Mariyah, S.Sos., M.Hum. terpilih kembali sebagai Ketua Umum FPPTI dan Amirul Ulum, S.Sos., M.P. sebagai Sekretaris Jenderal FPPTI untuk periode 2023-2026. Acara dilanjutkan dengan ajang pemilihan pustakawan berprestasi yaitu “Indonesian Academic Librarian Award” (IALA) dan perpustakaan berinovasi atau “Academic Library Innovation Award” (ALIA), dengan peserta terbaik pemilihan dari 27 FPPTI Wilayah di Indonesia.
Ada 7 finalis IALA dan ALIA yang masuk dalam grand final di FPPTI Pusat. Dari 7 finalis tersebut, juara 1 ALIA dimenangkan oleh Perpustakaan Universitas Telkom dengan judul inovasi: “OLAFA (Open Library Application for Acceditation): Visualisasi Data melalui Dashboard untuk Menunjang Akreditasi Institusi dan Prodi di Telkom University” dan juara 1 IALA diraih oleh Mochammad Riski Destrianto, S. Hum. dari Perpustakaan Instiper Yogyakarta, dengan judul karya:” Pengembangan Display Pohon berbasis QR Code dan Konten Visual pada Arboretum INSTIPER Yogyakarta”.
Pada hari kedua, Kamis, 2 November 2023, diselenggarakan workshop dengan pembicara Dwi Fajar Saputra, S.Sos., M.M. dari UPN Veteran Jakarta. Danang Dwijo Kangko, S.Hum., M.P. dari Universitas Yarsi Jakarta, dan Lusi Satia Rahmawati, S.Sos. dari Universitas Telkom. Dalam KPPTI ke-2 ini juga diselenggarakan penandatanganan MoU dan PKS antara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan anggota Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, sebanyak 59 Perguruan Tinggi. Penandatanganan MoU dan PKS dilakukan oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI, Dr. Adin Bondar, S.Sos., M.Si.
Diakhir acara, seluruh peserta dan panitia dijamu oleh tuan rumah Soegijapranata Catholic University dalam acara networking, kunjungan ke perpustakaan SCU, gala dinner, dan penutupan KPPTI yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal FPPTI, Bapak Amirul Ulum, S.Sos., M.P. Selain mengikuti keseluruhan acara, peserta juga diminta melakukan update status di media sosial Instagram dan ditag ke akun @fppti_pusat.
Hari ketiga, Jum’at, 3 November 2023, peserta KPPTI melakukan literasi budaya, kunjungan ke Perpustakaan Universitas Diponegoro, dan Masjid Raya Semarang secara Mandiri.
Harapan dari penyelenggaraan Konferensi Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) ke-2 adalah sebagai wadah untuk pengembangan perpustakaan dan kompetensi pustakawan; pustakawan memiliki kemampuan kompetensi digital dan literasi ilmiah; dan berhasil menghasilkan karya tulis ilmiah peneliti (pustakawan) perguruan tinggi Indonesia.(*)