26.2 C
Jakarta

PPIH bidang Kesehatan Gelombang Pertama Bertolak ke Saudi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sebanyak 24 orang tim advance dan tim manajerial Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan bertolak ke Arab Saudi, Senin (1/7/2019). Mereka merupakan petugas kesehatan haji non kloter yang bertugas di klinik-klinik maupun fasilitas kesehatan haji di Saudi.

“Ini adalah kelompok pertama petugas haji non kloter yang kita terbangkan, nanti akan menyusul kelompok berikutnya,” kata Menkes Nila F Moeloek saat melepas 24 petugas kesehatan haji tersebut.

Total petugas kesehatan haji non kloter 308 orang. Mereka akan ditempatkan di klinik dan fasilitas kesehatan haji yang dioperasikan oleh pemerintah Indonesia baik di kota Mekkah, Madinah maupun lokasi proses ibadah haji lainnya.

Menkes meminta agar pelayanan kesehatan haji dioptimalkan pada layanan kesehatan di kelompok terbang (kloter). Para petugas kesehatan kloter diharapkan melakukan upaya-upaya preventif dan promotif kesehatan bagi jamaah kloter sehingga kasus-kasus penyakit berat bisa diminimalisir. Untuk setiap kloter, disediakan 1 tenaga dokter dan 2 perawat.

“Kita akan optimalkan layanan kesehatan pada masing-masing kloter. Ini jauh lebih efektif,” tambah Menkes.

Meski sudah ada petugas kesehatan kloter dan non kloter, setiap jamaah haji akan dicek ulang kesehatannya sebelum pemberangkatan. Pun demikian selama dalam penerbangan, petugas kesehatan akan memonitor jamaah dan memberikan pendampingan terhadap jamaah kelompok risiko tinggi.

ppih
Menkes Nila F Moeloek memberikan pengarahan kepada PPIH kesehatan sesaat sebelum bertolak ke Saudi

“Sebenarnya pelayanan kesehatan selama di Tanah Suci menjadi tanggungjawab pemerintah Arab Saudi. Tetapi selama gangguan kesehatannya masih ringan seperti batuk pilek dan pusing kita obati di klinik Indonesia,” lanjut Menkes.

Sedang gangguan kesehatan yang sifatnya berat, seperti jantung tentu akan dirujuk ke rumah sakit yang disediakan pemerintah Arab Saudi.

Untuk mengoptimalkan layanan kesehatan jamaah haji, Kemenkes diakui Nila menerjunkan tim gerak cepat. Tim ini sangat dibutuhkan terutama di lokasi-lokasi yang cukup berat seperti Arafah, Mina dan Muzdalifah.

Sementara itu Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia Eka Yusuf Singka mengatakan upaya promotif dan preventif yang dilakukan petugas kesehatan kloter sangat efektif untuk menekan kasus kesakitan dan kematian jamaah. Karena itu keberadaan mereka akan dioptimalkan baik sebelum berangkat, selama dalam penerbangan hingga berada di Tanah Suci.

“Dengan adanya petugas kesehatan kloter, maka keluhan kesehatan jamaah akan tertangani dengan cepat. Makanya angka kesakitan dan kematian jamaah dari tahun ke tahun bisa kita turunkan,” jelasnya.

Ia berharap petugas kesehatan baik kloter maupun non kloter terus aktif menyadarkan jamaah untuk menjaga kesehatannya secara mandiri. Pendampingan oleh petugas kesehatan hanya akan dilakukan untuk kasus-kasus tertentu mengingat jumlah petugas kesehatan sangat terbatas.

“Harus dipahami, pendampingan disini tidak mungkin kita lakukan untuk satu jamaah satu petugas kesehatan,” tandasnya.

Yusuf Eka menjelaskan bahwa sekitar 60 persen jamaah haji Indonesia tahun ini masuk dalam kelompok risiko tinggi (risti). Baik karena usia yang sudah lanjut maupun faktor penyakit yang dideritanya.

Terkait penyediaan obat, Kemenkes sendiri telah mengirimkan 79 ton obat ke Saudi untuk memenuhi logistic klinik dan fasilitas kesehatan haji Indonesia.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!