26.7 C
Jakarta

Produk Ber-SNI dari Miyako, Kisah ‘di Balik Layar’ Suksesnya Bisnis Kuliner

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 sejatinya tidak sekadar masalah kesehatan. Lebih dari itu, imbas yang ditimbulkan di bidang ekonomi jauh lebih berat. Hampir semua lini bisnis bertumbangan, mulai dari perusahaan raksasa hingga kelas UMKM. Kamar Dagang Indonesia (KADIN) memprediksi ada 6 juta pekerja yang harus kehilangan pekerjaan akibat di PHK sepanjang pandemi Covid-19 melanda tanah air.

Masyarakat yang kehilangan pekerjaan harus memutar otak agar dapur tetap berasap. Salah satu bisnis yang dilirik adalah kuliner. Maka jangan heran jika sejak pandemi Covid-19, pertumbuhan bisnis kuliner terutama untuk yang kelas rumahan melonjak drastis di mana sebagian besar merupakan wajah-wajah baru. Pelaku bisnis kuliner bermunculan bak jamur dimusim hujan. Jenis olahannya pun beragam, mulai dari yang tradisional, modern, hingga oriental maupun kebarat-baratan.

Kuliner menjadi bisnis yang banyak dipilih masyarakat sebagai solusi mengatasi persoalan ekonomi rumah tangga di tengah hantaman badai krisis. Alasannya, bisnis kuliner kelas rumahan lebih mudah mengelola, dapat dilakukan sendiri tanpa merekrut karyawan, relatif mudah mencari pasar, dan tidak selalu membutuhkan modal besar. Dengan dukungan platform digital dan kemudahan akses internet, sekarang bisnis kuliner juga tidak lagi membutuhkan lokasi strategis sebagai syarat utama.

Pun dari pemainnya, tidak harus mereka yang sudah mahir berkutat dalam bidang kuliner. Orang bisa belajar dari media sosial untuk menciptakan ide-ide kreatif kuliner unik, sehat, enak dan disukai pasar. Ide kreatif ini, beberapa di antaranya malah menjadi viral di media sosial.

Tetapi sebenarnya bisnis kuliner tak melulu soal menu dan soal cita rasa. Memilih peralatan listrik rumah tangga atau alat memasak sebagai modal produksi (capital goods) juga menjadi faktor yang ikut menentukan sukses tidaknya bisnis kuliner.

“Waktu mau terjun ke bisnis kuliner, kita perlu menginventarisir peralatan masak dan peralatan penunjang lainnya yang wajib kita punya,” kata Firman, pemilik Kedai T3 (Telute) di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (18/11/2020).

Peralatan masak yang dimaksud terutama yang berkaitan dengan peralatan listrik rumah tangga. Karena peralatan ini pasti akan sering digunakan selama kedainya beroperasi. Semakin berkualitas sebuah produk listrik rumah tangga, maka umur pakainya jauh lebih lama. Pun risiko kerusakan selama pemakaian, lebih minim.

Ia mengambil contoh blender. Dalam sehari, Kedai 3T yang menjual aneka minuman jus, roti bakar, salad buah dan berbagai camilan lainnya, setidaknya harus menghidup-matikan mesin blender minimal 25 kali. Dengan intensitas penggunaan yang demikian tinggi, memilih produk blender yang berkualitas menjadi pertimbangan utama.

Nadine pemilik warung makan Mriki Dahar di kawasan Pondok Gede

“Harus produk yang benar-benar tahan banting, nggak gampang rusak, tapi juga aman digunakan,” katanya.

Karena kalau peralatan listrik rumah tangga mudah rusak, rawan terbakar, bisa-bisa belum balik modal sudah harus mengganti dengan alat yang baru dan itu artinya perlu tambahan modal. “Istilahnya untung belum, rugi iya karena harus beli alat baru,” katanya.

Belum lagi risiko yang ditimbulkan. Dengan peralatan listrik rumah tangga yang ala kadarnya, merek tidak jelas alias abal-abal, risiko terjadi korsleting listrik sangatlah besar.

Karena itu sejak awal mendirikan Kedai 3T, Firman menggunakan produk dari Miyako baik untuk blender maupun toaster (pemanggang roti). Alasannya, Miyako merupakan merek produk peralatan rumah tangga yang sudah populer dan mengantongi SNI (Standardisasi Nasional Indonesia).

“SNI kan jaminan mutu yang dimiliki Indonesia, standarnya sudah jelas sehingga kita menjadi jauh lebih tenang saat mengoperasikannya,” tuturnya.

Senada juga dikemukakan Nadine, pemilik warung makan Mriki Dahar dikawasan Pondok Gede, Bekasi. Warung makan yang terkenal dengan program Sedekah Jumat Berkah tersebut menggunakan penanak nasi (rice cooker) atau magic jar bermerek Miyako.

“Penanak nasi digunakan sepanjang hari, jadi harus dipastikan keamanannya, harus yang punya standar keamanan seperti merek Miyako,” katanya.

Dengan produk ber-SNI, Nadine juga tak perlu khawatir produk cepat rusak. Karena standarnya jelas, sehingga usia produk lebih panjang, tidak gampang rusak. Ini penting diperhitungkan bagi para pelaku bisnis kuliner, karena peralatan masak dan sarana lainnya merupakan modal produksi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keuntungan bisnis.

“Kalau baru sebentar dipakai terus rusak, sama saja nambah modal. Apalagi magic jar berkapasitas 5 liter yang saya pakai ini harganya nggak murah. Mending sekali beli terus awet,” tambahnya.

Saat menentukan piranti listrik rumah tangga sebagai modal produksi, Nadine mengakui SNI menjadi pertimbangan utama, meski produk piranti listrik rumah tangga yang mengantongi SNI harganya relatif lebih mahal. “Banyak yang harganya murah, bisa setengah dari harga produk Miyako, tapi mereknya nggak jelas, nggak ada SNI juga,” tambahnya.

Nadine mengaku pernah menggunakan rice cooker merek lain dengan pertimbangan model dan warna yang bagus. Tetapi baru digunakan hitungan bulan, sudah rusak.

Selain penanak nasi, Nadine juga menggunakan produk Miyako untuk regulator dan selang kompor gas, blender serta mixer di warung makannya.

Bagian dari komitmen perusahaan

Sementara itu, Teguh Kusriyanto, Quality Assurance Manager PT Kencana Gemilang mengatakan SNI bagi perusahaannya bukanlah sekadar bukti kepatuhan terhadap peraturan pemerintah. SNI adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen.

Karena itu, semua produk yang dikeluarkan PT. Kencana Gemilang dengan merek Miyako, telah mengantongi SNI. Baik untuk jenis produk yang masuk kategori SNI wajib maupun SNI sukarela.

“Bagi kami SNI itu bukan sekedar bukti kepatuhan terhadap aturan pemerintah. SNI adalah bagian dari komitmen kami untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen,” kata Teguh Kusriyanto dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.

Dari 20 produk yang diluncurkan Miyako, 12 produk di antaranya belum masuk kategori SNI wajib. Meski demikian, perusahaan tersebut sudah menerapkan SNI sejak awal produk diluncurkan. Misalnya penanak nasi, blender, mixer, dispenser, penampung beras, kompor komersiil, pengering rambut, juicer, pemanggang roti, dan lainnya.

“Jadi dari 20 produk kami, baru 8 sebenarnya yang masuk kategori SNI wajib yaitu setrika listrik, kipas angin, regulator tekanan rendah, selang karet regulator, kompor gas satu tungku, selang gas TPE, regulator tekanan tinggi dan kompor gas dua tunggu,” lanjut Teguh.

Teguh Kusriyanto, Quality Assurance Manager PT Kencana Gemilang

Diakui Teguh, awal diterapkan SNI pada produk kipas angin tepatnya pada tahun 2007, pemahaman masyarakat terkait SNI masih sangat rendah. Meski demikian, Miyako terus meneguhkan komitmennya untuk menghasilkan produk-produk ber-SNI. Terbukti pada tahun 2009, sebanyak 8 produk baru yang diluncurkan hanya tiga yang masuk kategori wajib SNI.

“Tiga masuk SNI wajib, yang lima masuk SNI sukarela. Ini bentuk komitmen kami,” tambahnya.

Karena masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat menggunakan produk ber-SNI, Teguh mengakui saat itu SNI tidak berkontribusi besar terhadap penjualan produk. Masyarakat sebagian besar lebih memilih produk-produk dengan harga yang lebih murah meski tidak mengantongi SNI.

“Kalau sekarang, kami bersyukur karena kesadaran masyarakat terhadap pentingnya SNI terus meningkat seiring gencarnya kampanye pentingnya produk ber-SNI yang dilakukan oleh BSN. Jadi kami optimis bahwa produk Miyako pasti akan menjadi primadona pasar,” tambahnya.

Dikatakan Teguh, mengurus sertifikasi SNI bukanlah pekerjaan mudah. Banyak tahapan yang harus dilalui dengan biaya yang tidak murah dan waktu yang tidak sebentar.

“Setidaknya kami harus bolak-balik ke laboratorium uji untuk mendapatkan produk yang benar-benar sesuai dengan parameter yang diharuskan. Tidak dua atau tiga kali langsung jadi. Selalu ada komponen atau bagian yang harus terus diperbaiki,” lanjut Teguh.

Menurut Teguh, menerapkan SNI membawa konsekuensi pembiayaan tak sedikit pada setiap produknya. Karena itu produk Miyako seringkali dijual dengan harga lebih tinggi dibanding produk sejenis di pasaran dengan kisaran antara 10 persen hingga 15 persen.

Meski demikian, Teguh tidak takut produknya kurang diminati pasar karena harga lebih mahal. Baginya persoalan SNI hanyalah masalah waktu. Akan tiba saat masyarakat menjadikan SNI sebagai pertimbangan utama dalam memilih produk.

“Dan semua kini terbukti, konsumen makin cerdas. Mereka lebih mementingkan kualitas, mementingkan keamanan produk dibanding dengan harga yang murah. Konsumen tidak mau ambil risiko dengan menggunakan produk yang tak jelas rimbanya,” jelas Teguh.

Diakui Teguh, PT. Kencana Gemilang sudah menerapkan standar manajemen (SNI ISO 9001:2015).  Produk-produk Miyako telah lulus dalam pengujian yang dilakukan di laboratorium pemerintah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SNI. Selain itu, di Laboratorium internal PT. Kencana Gemilang juga dilakukan pengujian diluar parameter SNI, diantaranya rice cooker yaitu uji ketahanan lapisan non stick coating, uji kekuatan top cover spring, uji kekuatan clamp knob spring, uji kekuatan knob spring, dan uji kekuatan part plastik pada sistem buka tutup top cover assy, uji kekuatan lapisan coating setrika, dan lainnya.

Dengan layanan purna jual yang tersebar di 74 kota di seluruh propinsi Indonesia, Miyako berkomitmen memberikan kemudahan penyediaan suku cadang dalam merawat produk-produk Miyako yang sudah dimiliki.

“Miyako siap membantu konsumen baru dalam memilih produk untuk rumah tangganya, dan membantu konsumen yang setia dalam perawatan produk Miyako yang sudah dimiliki,” tandas Teguh.

Daftar produk dari Miyako yang mengantongi SNI (ist)

Miyako sendiri merupakan industri yang bergerak di bidang peralatan rumah tangga asli Indonesia. Selain menerapkan SNI untuk semua produknya, perusahaan tersebut juga telah tersertifikasi dan secara kontinu menerapkan ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu sejak tahun 2009 guna menjamin stabilitas mutu produk yang dihasilkan. Sertifikasi lainnya diantaranya, TISI (Thailand) dan SASO untuk penanak nasi, serta SIRIM (Malaysia) untuk kipas angin.

Jadi inspirasi perusahaan lain

Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama, dan Layanan Informasi BSN, Zul Amri mengatakan PT. Kencana Gemilang melalui produknya bermerek Miyako menjadi salah satu perusahaan yang memiliki komitmen tinggi menerapkan SNI. Komitmen ini bisa dilihat dari prosentase produk yang diluncurkan Miyako, di mana lebih dari separuhnya merupakan produk dengan SNI sukarela.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama, dan Layanan Informasi BSN, Zul Amri

“Mengurus SNI itu butuh komitmen tinggi dari perusahaan karena tahapannya memang harus teliti sekali, membutuhkan waktu, tenaga dan juga biaya,” kata Zul.

Tak hanya menjadi penerap SNI, Miyako juga aktif dalam komite teknis perumusan standar untuk sejumlah produk elektronik rumah tangga dari unsur badan usaha.

Menurutnya, memilih piranti listrik rumah tangga memang harus hati-hati. Karena ini berhubungan dengan keselamatan dan keamanan penggunanya tersemuk seluruh anggota keluarga.

“SNI adalah jaminan mutu sebuah produk listrik rumah tangga. Jika sudah mengantongi SNI berarti sudah memenuhi semua persyaratan keamanan produk,” lanjut Zul.

BSN diakui Zul telah menetapkan 13.059 Standar Nasional Indonesia sejak 1997. Dari total 13.059 SNI tersebut, 2.186 di antaranya telah diharmonisasi dengan standar internasional.

Saat ini, dia menjelaskan terdapat 19.498 industri yang telah menerapkan Standar Nasional Indonesia. Salah satu SNI yang saat ini sedang masif diterapkan oleh instansi pemerintah dan perusahaan swasta adalah SNI ISO 37001 tentang standar manajemen anti penyuapan.

“Hingga akhir 2019, terdapat 96 organisasi, baik dari instansi pemerintah maupun perusahaan, yang telah menerapkan SNI Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Ini menjadi bukti bahwa sistem tersebut dapat memangkas potensi terjadinya korupsi di suatu perusahaan,” katanya.

Terkait SNI ketenagalistrikan, Zul menjelaskan sampai dengan saat ini BSN telah menetapkan 432 SNI. SNI tersebut diantaranya SNI IEC 60335-2-3:2009 Piranti listrik rumah tangga dan sejenis – Keselamatan – Bagian 2-3: Persyaratan khusus untuk setrika listrik. SNI IEC 60335-2-7:2010 Peranti listrik rumah tangga dan sejenis – Keselamatan – Bagian 2-7: Persyaratan khusus untuk mesin cuci, serta SNI IEC 60884-2-1:2012 Tusuk kontak dan kotak kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenis – Bagian 2-1: Persyaratan khusus untuk tusuk kontak bersekering. Sementara SNI di bidang ketenagalistrikan yang telah diwajibkan berjumlah 14 SNI.

Alur pengajuan sertifikat SNI. (ist/bsn)

Untuk mendukung SNI ketenagalistrikan tersebut, serta dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan pada bulan Agustus lalu,  BSN juga telah menetapkan 21 SNI terkait kendaraan listrik demi mendukung pengembangan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Saat ini, penerapan ke-21 SNI tersebut bersifat sukarela.

“Kami berharap komitmen Miyako menerapkan SNI ini menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk melakukan hal serupa,” tutup Zul.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!