MALANG, MENARA62.COM — Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof Dr Hariyono MPd mengakui, peserta program KIP, memang harus bisa mempertahankan prestasi akademiknya. Selain itu, mereka juga harus pintar mengelola uang yang diterima.
“Jangan sampai uang yang diterima dipergunakan untuk membeli hp terbaru,” ujar rektor yang selalu menjaga kesehatan dengan berjalan kaki minimal 5000 langkah saat ditemui di kantornya di Malang, Senin (6/11/2023).
Hariyono mengatakan, tantangan bagi peserta program KIP adalah mempertahankan nilai akademik yang diraih. Ia pun mengakui, sebagaimana umumnya mahasiswa, peserta KIP ada juga yang gagal menyelesaikan pendidikan, namun jumlahnya tidak banyak.
Itu sebabnya, Hariyono menjelaskan, kampus berusaha memberikan pendampingan pada penerima KIP.
Afirmasi
Selain beasiswa KIP, UM juga menerima mahasiswa beasiswa afirmasi. Menurut Hafid Rizki Barokah, mahasiswa S1 jurusan Pendidikan Luar Biasa, salah satu penerima beasiswa afirmasi difable, selain biaya hidup dia juga menerima UKT yang dibayarkan langsung ke kampus.
“Saya mengakui merasa terbantu dengan adanya beasiswa afirmasi. Namun, juga berharap agar ke depannya ada informasi yang lebih baik tentang prosedur penerimaan dana beasiswa ini, agar para penerima ada kepastian. Jadi jangan berganti-ganti prosedur dan tanpa informasi,” ujar Hafid yang ngekos di sekitar kampus.
Hafid yang aktif berorganisasi ini mengakui, ia memang harus tetap menjaga prestasi akademik. Ia pun mengakui, prestasi akademik ini tetap jadi prioritas, disamping berbagai kegiatan ekstra kampus yang diikutinya.
Senada dengan Hafid, Hana Fitria Yunia penerima beasiswa afirmasi di UM ini, juga merasa sangat terbantu. Apalagi, ia harus bolak-balik kampus dan rumah, yang setiap harinya harus mengeluarkan biaya Rp 60.000,-.
“Beasiswa ini, selain untuk transportasi, juga dipergunakan untuk keperluan kuliah,” ujarnya yang sempat kehilangan semangat ketika ada perubahan proses penerimaan dana.
Bersyukur, dana beasiswa tersebut sudah didapatkannya lagi.
Soal kendala dalam perkuliahan, diakui Hana memang ada. Namun, ia masih bisa menemukan solusi teknis dan praktisnya.