JAKARTA, MENARA62.COM – Masyarakat tidak perlu panik memborong masker terkait ditemukannya kasus corona virus di Indonesia. Dalam situasi seperti sekarang ini, masker lebih disarankan untuk mereka yang sedang sakit batuk dan pilek.
“Kalau untuk seseorang yang sehat, dalam situasi Indonesia seperti saat ini, saya kira belum perlu menggunakan masker,” kata Pengurus Pusat Bidang Politik Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Syahrizal Syarif seperti dikutip dari Antara, Selasa (3/3/2020).
Diakui penggunaan masker dan cuci tangan memang merupakan bagian dari upaya menghindari penularan virus COVID-19. Dimana masker untuk menghindari kontak langsung, dan cuci tangan untuk menghindari penularan secara tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi.
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan pada prinsipnya masker harus digunakan pada saat dan oleh orang yang tepat. Masker terutama perlu digunakan oleh seseorang yang sakit, terutama yang sering batuk atau pilek.
Menurut dia dalam kondisi seperti saat ini, banyak orang yang mungkin merasa tidak nyaman mendengar dan melihat seseorang yang batuk atau bersin, tetapi tidak menggunakan masker.
Syahrizal mengatakan cuci tangan cukup efektif mencegah kontak tidak langsung dengan virus. Cuci tangan harus menggunakan sabun, tidak masalah menggunakan sabun cair, sabun cuci tangan, maupun sabun batang.
“Bisa juga dengan ‘hand sanitizer‘ atau alkohol. Untuk alkohol, lebih baik menggunakan yang berkadar 75 persen,” katanya.
Ketua Umum IAKMI Ede Surya Dharmawan mengatakan masker tidak bisa digunakan terus menerus. Justru yang lebih sering kontak dengan tubuh adalah tangan.
“Virus kalau kapsulnya protein, dia akan lepas ketika kita mencuci tangan. Kalau kapsulnya lemak, dia akan hancur ketika kita mencuci tangan,” katanya.
Terkait dengan kepanikan masyarakat yang berbondong-bondong membeli masker, ia meminta agar media massa ikut berperan untuk meredam kepanikan yang terjadi.
“Kalau kemarin baru pertama ada yang panik, saya pikir masih wajar. Apalagi di benak mereka mungkin adalah kejadian yang terjadi di Wuhan, China,” kata Ede Surya Dharmawan.