32.8 C
Jakarta

Program Huluisasi BULOG Guna Meningkatkan Kinerja Rumah Pangan Kita dan Mitra Tani

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Dalam menjalankan tugas menjaga pasokan bahan pangan nasional, Perum BULOG akan terus menggenjot kegiatan hilirisasi dan huluisasi dengan mendorong peningkatan kinerja Rumah Pangan Kita (RPK) dan Mitra Tani.

“Dalam program hilirisasi, BULOG akan terus meningkatkan peran Rumah Pangan Kita,” ujar Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi dalam diskusi media di Jakarta, Jumat (30/08/2024).

Menurutnya, hingga saat ini terdapat 21.384 RPK yang bertransaksi dengan BULOG. Dari jumlah itu, sebanyak 74 persen berlokasi di perkampungan, 25 persen di pasar dan 1 persen di rumah susun. Adapun omzet dari sebuah RPK sekitar Rp 10 juta – Rp 50 juta per bulan, dimana sekitar 28,6 persen dari omzet itu dipasok oleh BULOG.

Adapun potensial market yang muncul dari keberadaan RPK sekitar Rp 11 triliun hingga Rp 12 triliun per tahun atau naik 3 hingga 4 persen. “Kenaikan omzet RPK itu masih rendah dan kami ingin meningkatkan lagi jumlahnya,” ucap Bayu.

Salah satu cara yang dipakai BULOG adalah dengan meluncurkan aplikasi MyRPK yang dapat memudahkan transaksi antara pengelola RPK dengan konsumen. Aplikasi MyRPK saat ini masih soft launching, yang rencananya pada awal tahun depan baru akan diterapkan sepenuhnya.

Sementara di sektor huluisasi, BULOG terus menggejot program Mitra Tani yang saat ini masih terbatas pada komoditas padi. Melalui program Mitra Tani, papar Bayu, BULOG dapat mengetahui besaran biaya produksi sehingga dapat menjadi bahan masukan mengenai perlu tidaknya Harga Patokan Pemerintah (HPP) padi dan beras direvisi.

Menurut Bayu, dalam tiga bulan terakhir ini, terdapat 1.336 hektar lahan yang menjalani program Mitra Tani melalui kemitraan sinergi dan 42 hektar lewat mandiri bagi hasil. “Mitra Tani jadi salah satu model melibatkan jaringan petani sehingga bisa menjadi bagian dari rantai pasok pangan yang dapat diandalkan,” kata Bayu.

Sementara terkait rencana akuisisi beberapa produsen beras di Kamboja, Bayu menjelaskan bahwa Perum BULOG sudah mengirimkan tim teknis, melakukan kajian intensif, dan pembahasan dengan berbagai pihak termasuk kalangan dunia usaha di Kamboja maupun negara-negara tetangga yang selama ini sudah berbisnis dengan Kamboja. “Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum Bulog dapat mengambil keputusan,” jelasnya.

Pertama, bahwa kapasitas produksi beras di Kamboja masih relatif kecil dibandingkan negara penghasil beras lainnya, seperti Thailand dan Vietnam. Masalah kedua adalah keterbatasan infrastruktur yang dapat menopang proses produksi beras masih terbatas. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan bisnis beras.

“Beberapa sudah direncanakan akan dibangun, tetapi ya sekarang belum ada, termasuk pelabuhan, jalan, listrik. Padahal itu sangat penting bagi bisnis padi,” tuturnya.

Selain itu, Kamboja memiliki hubungan yang erat dengan Vietnam, terutama dalam sektor pertanian. Keterlibatan Vietnam dalam kegiatan agribisnis di Kamboja membuat BULOG akan menghadapi persaingan ketat jika masuk ke pasar tersebut. Di sisi lain, Vietnam selama ini juga merupakan pemasok penting beras bagi Indonesia.

“Jadi kami masih mempertimbangkan. Selain itu, kami juga belum menemukan angka investasinya berapa, kami masih akan terus mencoba berbagai kemungkinan dan menjajakinya,” pungkasnya.(*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!