JAKARTA, MENARA62.COM – Aliansi Kebangsaan merayakan hari jadinya yang ke-14 dengan tema “Transformasi Perekonomian Indonesia melalui Ekonomi Pengetahuan menuju Kemakmuran yang Inklusif” pada Selasa (29/10/2024). Jaringan intelektual lintas kultural dan lintas keyakinan tersebut hingga kini tetap konsisten mengembangkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.
Inilah benang merah yang dapat disimpulkan dari testimoni beberapa tokoh yang hadir dalam perayaan HUT ke-14 Aliansi Kebangsaan antara lain pengusaha Aburizal Bakri, Menteri Agama Nazaruddin Umar, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof. Daniel Murdiyarso, dan tokoh lainnya.
“Dari yayasan ini saya banyak belajar betapa tidak mudah untuk mendefinisikan dan menegakkan kebenaran,” kata Nazarudin Umar.
Ia juga menyampaikan kekagumannya pada Pontjo Sutowo, sosok yang memiliki peran sangat besar dalam perjuangan yang dilakukan oleh Aliansi Kebangsaan. “Tidak banyak pengusaha yang memahami filsafat keilmuan seperti halnya Pak Pontjo,” lanjutnya.
Menag sendiri mengaku bergabung dan aktif dalam kegiatan yang digelar Aliansi Kebangsaan sejak yayasan ini berdiri. “Jadi sudah 14 tahun saya mengikuti Aliansi Kebangsaan,” tegasnya.
BACA JUGA:Ketua Aliansi Kebangsaan: Swasembada Pangan Cara Efektif Capai Ketahanan Pangan Negara |
Pernyataan senada juga disampaikan Ketua AIPI Prof Daniel Murdiyarso. Menurutnya AIPI sudah beberapa tahun bekerja sama dengan Aliansi Kebangsaan dalam beberapa aspek. “AIPI sebagai kumpulan intelektual daan ilmuwan, memiliki pemikiran yang sejalan dengan Aliansi Kebangsaan yakni mengawal perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia,” katanya.
Sama halnya dengan Aliansi Kebangsaan, AIPI lanjut Prof Daniel juga terus mendorong pembangunan nasional tidak lagi berbasis pada sumber daya alam tetapi lebih kepada pengetahuan dan teknologi. “AIPI terus mengawal dan mempromosikan ilmu pengetahuan sehingga kita bisa mendorong pembangunan ekonomi bangsa ini dengan berbasis pengetahuan. Dan itu pula yang dilakukan Aliansi Kebangsaan,” tambahnya.
Pengusaha Aburizal Bakrie juga memiliki pandangan serupa. Menurutnya iklim usaha di Indonesia saat ini kurang sehat karena dunia usaha terlalu banyak dicampuri urusan politik. “Harusnya orang yang punya ketrampilan dan pengetahuan yang menang. Tetapi kini malah sebaliknya,” kata Aburizal Bakrie.
BACA JUGA: Ketua Aliansi Kebangsaan Sebut Corak Kabinet Ikut Tentukan Jalannya Pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo |
Ia mengingatkan jika kondisi seperti sekarang ini tidak segera dibenahi maka Indonesia tidak mungkin dapat menjadi negara yang maju. Karena kita tidak mungkin bersaing dengan negara lain tanpa menguasai ilmu pengetahuan baik bidang ekonomi, keuangan, teknologi dan bidang lainnya.
“Saya berharap Aliansi Kebangsaan bisa memberikan solusi dan pemikirannya. Dan pemikiran itu harus sampai ke presiden,” tambah Aburizal Bakrie.
Sementara itu Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) period 2019-2021 Prof Bambang Brodjonegoro dalam orasi ilmiahnya juga mengingatkan bahwa untuk mencapai Indonesia Emas dimana Indonesia menjadi negara maju bukanlah hal yang mudah. Bukti dan fakta menunjukkan sebagian besar negara di dunia telah gagal keluar dari jebakan middle income trap yang pada akhirnya membuat negara tersebut tetap miskin bahkan bangkrut.
“Bank Dunia baru saja merilis bahwa ada tendensi pertumbuhan ekonomi global menurun. Ini tentu akan menyulitkan negara menengah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” jelasnya.
Menurut Prof Bambang, indikasi menurunnya pertumbuhan ekonomi global juga menjadi tantangan berat yang harus dihadapi Indonesia. “Bisakah kita keluar dari jebakan middle income trap pada 2045?” katanya.
Untuk menjawab tantangan yang dihadapi Indonesia, jelas Prof Bambang, penguasaan teknologi dan inovasi menjadi solusinya. Dengan teknologi dan inovasi maka Indonesia akan memiliki landasan yang kuat membangun ekonominya.
“Kita bisa belajar dari negara Korea, bagaimana negara tersebut sangat maju dalam hal teknologi dan inovasi sehingga membuat Korea kini menjadi salah satu negara dengan income penduduknya yang tinggi,” terang Prof Bambang.
Sebelumnya, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo dalam sambutannya menyampaikan sejak awal berdiri, Aliansi Kebangsaan menaruh perhatian besar pada pembangunan manusia karena harus diakui bahwa pembangunan dimensi ini memang relative tertinggal dibanding pembangunan bidang lain seperti politik, ekonomi dan infrastruktur. Hal ini bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Kesehatan, Indeks Pendiidikan dan lainnya. Publikasi dari UNDP pada November 2023 menunjukkan IMP Indonesia pada skor 74,39, masih berada pada urutan 112 dari 193 negara yang diteliti.
Menurut Pontjo, untuk membangun kebangsaan sudah seharusnya pembangunan manusia Indonesia menjadi pusat perhatian pembangunan nasional. Dan paradigma Pembangunan saat ini sudah mengarah menjadi people centered development yang menempatkan manusia sebagai subyek, actor, pengendali maupun penerima manfaat pembangunan itu sendiri.
Aliansi Kebangsaan bekerja sama dengan Forum Rektor, AIPI, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, FKPPI, HIMPI dan media Kompas, lanjut Pontjo sudah tiga tahun ini mencoba mengembangkan kerangka operasional (paradigma) Pembangunan peradaban bangsa berdasarkan Pancasila dalam tiga ranah kehidupan sosial yaitu ranah mental kultural (tata nilai), ranah institusional political (tata kelola) dan ranah material teknological (tata sejahtera).
BACA JUGA: Pontjo Sutowo Kembali Ingatkan Pentingnya Sains dan Teknologi untuk Kesejahteraan Masyarakat |
Pada peringatan HUT ke-14, Aliansi Kebangsaan berfokus pada ranah tata sejahtera dengan mengambil tema Transformasi Perekonomian Indonesia melalui Ekonomi Pengetahuan menuju Kemakmuran yang Inklusif. Tema ini diakui Pontjo penting untuk diangkat mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah sebagai keunggulan komparatif bangsa, namun sampai saat ini belum mampu memberikan nilai tambah menjadi keunggulan kompetitif dan mensejahterakan rakyat Indonesia.