JAKARTA, MENARA62.COM – Sekolah di SMA favorit kini bukan satu-satunya cara mendorong anak untuk menjadi sukses. Justeru sekolah di SMK yang sesuai passion anak, peluang untuk meraih sukses jauh lebih besar.
Hal itu dikatakan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto saat berkunjung ke SMK Negeri 27 Jakarta, Selasa (11/8/2020). Ikut mendampingi Direktur Pendidikan SMK Bakhrun, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana dan Kepala SMK N 27 Jakarta Erni Mawarni.
“Kita perlu sadarkan orangtua bahwa sukses itu tidak harus masuk SMA favorit. Anak sekolah di SMK yang jurusannya sesuai passion, justeru memiliki kesempatan untuk maju pesat,” kata Wikan.
Menurutnya ada dua hal penting mengapa anak SMK memiliki peluang untuk sukses lebih besar. Pertama, sekolah dengan passion yang sesuai dengan anak, akan membuat anak dapat menikmati setiap proses pendidikan yang berlangsung. Jika anak dapat menikmati proses pendidikan, tentu ini akan membuat anak jauh lebih berbahagia.
“Kalau anak bahagia dengan pilihan sekolahnya, pilihan jurusannya, pasti anak akan total mengikuti pendidikan tersebut,” lanjut Wikan.
Alasan kedua adalah bahwa saat ini, sekolah vokasi sudah melakukan pernikahan atau link and match dengan dunia industri. dengan demikian, kurikulum dan materi pembelajarannya sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan di dunia kerja.
“Jadi ada keterlibatan dunia industri dalam penyusunan kurikulum dan materi ajar SMK. Kalau sudah begini, pasti lulusan SMK mudah untuk mendapatkan pekerjaan,” tukas Wikan.
Karena itu ke depan, pihaknya akan terus melakukan kampanye besar-besaran terhadap SMK dan pendidikan tinggi vokasi. Tujuannya merayu orangtua agar mau menyekolahkan anak-anaknya ke SMK. Dengan cara demikian diharapkan SMK tidak lagi menjadi pilihan terakhir anak dalam melanjutkan pendidikan menengahnya.
Diakui Wikan, saat ini SMK masih menjadi pendidikan ‘kelas 2’, menjadi pilihan terakhir anak ketika ditolak masuk SMA. Input siswa yang masuk SMK juga didominasi masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal tersebut terjadi karena imej lulusan SMK hanya bisa menjadi tukang, masih melekat pada cara pandang dan cara berpikir masyarakat.
“Lha kalau menjadi tukang tapi tukang professional, mengapa tidak? Misalnya tukang las di dasar lautan yang kini banyak dicari industri perkapalan. Penghasilan tukang las di dalam air sangat menjanjikan,” jelas Wikan.
Sementara itu Direktur Pendidikan SMK Bakrun mengatakan teaching industri yang dilakukan SMK telah membuat SMK menjadi lebih produktif. SMK-SMK tersebut kini telah menjadi BLU (Badan Layanan Umum) dengan penghasilan yang luar biasa.
Sebagai contoh adalah SMK N 27 Jakarta yang kini mampu menghasilkan Rp3,5 miliar per tahun. Dengan statusnya dengan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), SMKN 27 Jakarta memiliki kebebasan untuk mengelola uang atau penghasilan yang diperolehnya dari kegiatan industri.
Di DKI Jakarta, sudah ada 3 SMK yang berstatus sebagai BLUD yakni SMK 27, SMKN 57 dan SMKN 36. Targetnya hingga akhir tahun 2020 ini ada 20 SMK di DKI Jakarta yang berstatus BLUD.
Selain DKI Jakarta, Propinsi Jawa Timur juga mencatat SMK yang sudah berstatus BLUD. “Di Jawa Timur sudah ada 20 SMK, di DI Yogyakarta sedang kita siapkan 5 SMK, Lampung sedang mencoba untuk 10 SMK dan Banga Belitung ingin semua SMK menjadi BLUD,” tutup Bakrun.