JAKARTA, MENARA62.COM — Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Laksanakan Community Development 2023. Kegiatan community development yang dilakukan tahun ini, fokus pada upaya membangun peta gastronomi Indonesia.
Kegiatan yang digelar di beberapa kota di Jawa Timur ini, berlangsung sejak Juni hingga Oktober 2023. Kota-kota yang didatangi oleh tim dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI, yaitu Surabaya, Sidoarjo, Jombang, Malang, Blitar, Kediri dan Pasuruan.
Kegiatan Tim Pengabdian Masyarakat yang dikemas dalam kegiatan “Community Development 2023: Membangun Peta Gastronomi Indonesia” ini, dipimpin oleh Dr. Henny Saptatia D.N. Kegiatan yang dikemas dalam format roadshow, menurut Henny, merupakan kegiatan yang digunakan untuk menggambarkan upaya membangun pemahaman dan studi tentang kekayaan kuliner Indonesia.
“Studi ini juga melihat aspek budaya dan sejarah yang terkait dengan makanan tersebut,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/12/2023).
Henny menjelaskan, kegiatan sivitas akademia UI ini dilakukan dengan mendatangi para pelaku aktivitas gastronomi di daerah mereka. Ia pun menegaskan, kegiatan ini dilakukan untuk membangun Peta Gastronomi Indonesia secara bertahap.
Gastronomi
Istilah “Gastronomi” tidak sama dengan istilah “kuliner”. Istilah “gastronomi” mengacu pada studi dan pemahaman tentang makanan, termasuk aspek budaya, sejarah, sains, dan seni yang terkait dengan makanan tersebut.
Pada kegiatan tahun 2023 ini, pelaku Aktivitas Gastronomi yang dipilih untuk diwawancari dan dilibatkan dalam diskusi berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur.
Henny menyebutkan, Indonesia kaya akan budaya dan tradisi, termasuk dalam hal makanan dan minuman. Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan dan minuman yang unik. Keberadaan makanan dan minuman itu, dipengaruhi oleh banyak aspek. Seperti; aspek budaya, sejarah, sains, dan seni.
Berbagai aspek yang terkait dengan makanan dan minuman tersebut, menurut Henny, tentu saja penting diketahui, agar bisa dijaga kelestariannya dan dikembangkan.
Sayangnya, menurut Henny, hal ini belum sepenuhnya dieksplorasi dan dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung perekonomian lokal dan nasional.
Pengembangan Gastronomi Indonesia melalui kegiatan pengabdian masyarakat “Community Development 2023: Membangun peta gastronomi Indonesia” dimaksudkan sebagai stimulator dan pushing-factor pengembangan Gastronomi Indonesia, yang akan mampu mempengaruhi perekonomian lokal dan nasional.
Henny menyarankan, penting untuk membangun peta gastronomi Indonesia yang komprehensif dan akurat, yang mencakup berbagai jenis makanan dan minuman khas dari berbagai daerah, sejarah dan aspek budaya yang terkait. Selain itu, juga melihat potensi bisnis dan perekonomian lokal yang bisa dikembangkan melalui sektor gastronomi.
Untuk itu, Henny mengatakan, perlu adanya kolaborasi antara berbagai pihak dalam sektor gastronomi. Kolaborasi yang dilakukan baik oleh aktor maupun profesional sangat diperlukan dalam pengembangan peta gastronomi ini.
“Penjajakan dan perintisan dalam membangun peta Gastronomi Indonesia merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan daya tarik gastronomi Indonesia, membuka peluang bisnis kuliner baru, meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut, dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia,” ujarnya.
Kontribusi
Terkait tujuan pelaksanaan pengabdian masyarakat “Community Development 2023: Membangun Peta Gastronomi Indonesia” ini, Henny mengatakan, untuk berkontribusi lebih konkrit kepada masyarakat Indonesia, khususnya para aktor dan profesional di sektor Gastronomi.
“Agar mereka saling terhubung dapat membangun jejaring yang inklusif terkait sektor Gastronomi,” ujarnya.
Memperluas jejaring Program Studi Kajian Wilayah Eropa tidak hanya dengan kalangan akademisi, tetapi juga para pemangku kepentingan yang lebih luas, seperti: para aktor (termasuk petani, nelayan, pekebun, pemasak, pembuat kemasan, peramu minuman, pedagang makanan dan minuman, pedagang bahan makanan dan minuman). Termasuk didalamya, profesional lain yang bekerja atau berkarya di sektor gastronomi, baik kalangan perguruan tinggi, penyelenggara negara seperti korps diplomatik, pihak dari kementrian dan lembaga terkait, bahkan para pekerja media massa yang terlibat dalam sektor gastronomi.
Upaya lainya, perlu dibangun Melting Pot berupa Information Sharing Forum. Wadah ini untuk mempertemukan para narasumber yang akan mengaktualisasikan diri terkait pengetahuannya dengan para aktor dan profesional dalam program Community Development.
“Harapannya, seluruh peserta stakeholders dapat memberikan kontribusi mereka dalam pembuatan Peta Gastronomi Indonesia, dan melihat berbagai upaya sektor ini sebagai strategi untuk menguatkan eksistensi Indonesia, sehingga sekaligus dapat meluaskan jejaring distribusi produk komoditas dan jasa “made in Indonesia” di sektor gastronomi ke arena global,” ujarnya.