26.1 C
Jakarta

90 Persen Bahan Baku Obat Masih Import

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62,COM — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid, ST, MSc, PhD mengatakan 90 persen bahan baku obat Indonesia masih diimpor. Salah satu alasannya, jumlah perusahaan nasional yang memproduksi bahan baku obat di Indonesia masih sangat terbatas, sehingga tidak memenuhi kebutuhan.

Fathul Wahid mengemukakan hal tersebut pada Peluncuran Program Studi Farmasi Program Magister (PSFPM), Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII secara virtual, Sabtu (12/6/2021). Minimnya perusahaan yang memproduksi bahan baku obat ini perlu diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Pembukaan PSFPM, kata Fathul, diharapkan bisa memberikan jawaban masih kurangnya SDM. “Pengembangan transfer teknologi dan sember daya manusia bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kemandirian,” kata Fathul.

Dari perspektif lain, lanjut Fathul, pengembangan obat modern asli Indonesia dengan memanfaatkan bahan baku domestik (termasuk tanaman herbal) nampaknya menjadi tantangan yang harus dipecahkan dan dihadapi secara kolektif. Secara hitungan ekonomi kasar, harga obat dengan bahan baku lokal, juga diharapkan lebih terjangkau oleh publik.

Sementara Prof Yandi Syukri, MSi, Apt, Ketua Jurusan Farmasi menjelaskan pembukaan PSFPM UII dilatarbekalangi tingginya kebutuhan pasar akan lulusan farmasi dengan kompetensi magister. Mereka akan menjadi pendidik, peneliti, pembuat kebijakan di pemerintahan, maupun sebagai praktisi di fasilitas kesehatan atau industri farmasi.

“Keberadaan PSFPM di UII ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil riset serta luaran riset di bidang farmasi dan semakin melebatkan manfaat untuk masyarakat lebih luas,” kata Yandi Syukri.

Lebih lanjut Yandi Syukri menjelaskan pendidikan di PSFPM dirancang untuk mempersiapkan lulusan magister farmasi yang unggul dalam pengembangan sediaan farmasi, pelayanan kefarmasian. Selain itu, pengembangan pendidikan berbasis pemanfaatan maha data yang mendukung pembuatan kebijakan dan peningkatan kualitas layanan di fasilitas kesehatan.

“Perubahan global dalam era industri 4.0 dan society 5.0 telah menciptakan banyak tantangan. Di bidang kesehatan, penggunaan big data dan internet of things (IoT) telah mengubah sistem pelayanan kesehatan. Penyimpanan data pasien online, prediksi penyakit, distribusi atau cakupan pengobatan, sangat dimungkinkan untuk dilakukan dengan mengolah big data,” kata Yandi.

Selain Magister Farmasi, kata Yandi, tahun 2021, Jurusan Farmasi UII telah memiliki Program Studi S1 Farmasi Kelas Internasional, Prodi S1 Farmasi yang didirikan tahun 1998 dan telah terakreditasi A. Kemudian Program Profesi Apoteker didirikan tahun 2002 dan kini akreditasinya A.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!