SOLO, MENARA62.COM โ Dalam rangka mendukung kesejahteraan mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di luar negeri, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menyelenggarakan program edukasi kesehatan mental dan kesejahteraan di Khon Kaen University, Thailand.
Kegiatan ini dipimpin oleh tim PKM KI UMS di bawah koordinasi Kusuma Estu Werdani, S.KM., M.Kes., dan berkolaborasi dengan Erna Sunarti, S.Pd., M.Hum., seorang dosen dari Universitas Islam Sultan Agung. Tim pelaksana terdiri dari Sheena Ramadhia Asmara Dhani, S.KM., M.KKK., serta Yeni Indriyani, S.KM., M.PH.
Kusuma Estu Werdani, mengungkapkan bahwa program ini diikuti oleh 22 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi jenjang S-2 dan S-3.
โDukungan penuh dari Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand (PERMITHA) dan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Simpul Khon Kaen memungkinkan program ini berlangsung dengan lancar,โ ungkapnya Sabtu (7/12/2024).
Dengan tema โEdukasi Mental Health and Well-Beingโ acara ini bertujuan meningkatkan literasi mahasiswa internasional tentang kesehatan mental, coping mechanism, serta memberikan ruang diskusi interaktif terkait tantangan yang dihadapi selama studi di luar negeri.
Acara tersebut dimulai dengan diskusi Well-Being Islami tentang dasar-dasar kesehatan mental dan kesejahteraan, yang juga membahas cara mengatasi tekanan adaptasi budaya, isolasi sosial, dan stres akademik.
โSesi terapi emosi ‘Butterfly Hug‘ adalah salah satu yang paling menginspirasi karena peserta diajak untuk memeluk diri sendiri dan mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri. Narasi yang menyentuh dan musik instrumental menciptakan suasana yang haru,โ paparnya.
Dukungan lebih lanjut dari institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi inisiatif ini, baik melalui layanan konseling maupun strategi berbasis komunitas.
โKami melihat antusiasme yang luar biasa dari peserta. Diskusi interaktif ini menunjukkan bahwa mereka membutuhkan ruang untuk berbagi dan memahami pentingnya kesehatan mental, terutama dalam perspektif Islami,โ kata Ketua Tim Pengabdian itu.
Menurutnya, komunitas seperti PERMITHA memainkan peran vital sebagai wadah dukungan sosial. Kami berharap mahasiswa Indonesia di luar negeri lebih berani untuk terbuka dan mencari bantuan jika menghadapi tantangan kesehatan mental.
โMelalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan kesadaran bahwa kesehatan mental adalah bagian dari well-being yang holistik. Pendekatan Islami memberikan solusi yang relevan dan aplikatif, terutama bagi mahasiswa yang berada jauh dari keluarga dan komunitas,โ jelas dosen UMS tersebut.
Program ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa dukungan komunitas dan metode Islami sangat penting untuk menjaga kesehatan mental mahasiswa internasional. Peserta memperoleh pengetahuan baru dan teknik coping yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kelas, terapi emosi, dan diskusi.
Kegiatan ini juga akan menjadi titik awal untuk membangun lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa Indonesia di luar negeri. Untuk menjamin kesehatan mereka secara keseluruhan, institusi pendidikan dan komunitas seperti PERMITHA harus terus mendukung mereka.
โTeknik ini sederhana tetapi sangat bermakna. Kami merasa dihargai dan lebih memahami pentingnya memberikan apresiasi kepada diri sendiri,โ ungkap salah satu peserta yang terlibat dalam sesi tersebut.
Peserta juga dapat berbagi pengalaman mereka selama studi di Thailand pada acara tersebut. Diskusi mencakup adaptasi budaya akademis, keterbatasan akses makanan halal, hingga interaksi dengan lingkungan sosial. Sebagian besar peserta mengatakan mereka menghadapi tekanan akademik yang besar, tetapi mereka tetap berusaha untuk menjaga kesehatan mental mereka dengan berolahraga, berbicara dengan teman atau pembimbing, dan bergabung dengan komunitas seperti PERMITHA.
โSesi ini membantu saya menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara akademik dan kesehatan mental. Pendekatan Islami membuat semuanya lebih relevan dan mudah diterapkan,โ ucap salah satu peserta yang mengikuti sesi tersebut.
Program ini menjadi langkah awal dalam menciptakan kesadaran kolektif akan pentingnya kesehatan mental mahasiswa internasional. (*)