33.5 C
Jakarta

Kolintang Menuju Warisan Budaya tak Benda Unesco 

Baca Juga:

Jakarta, menara62.com – Upaya menjadikan alat musik kolintang sebagai “Warisan Budaya tak Benda” asal Indonesia pada Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) terus dilakukan.

Salah satu yang terbaru adalah Seminar Live & Virtual Kolintang Goes to Unesco yang akan digelar besok, Kamis 25 Maret 2021 di Jakarta, dan disiarkan langsung oleh Radio Republik Indonesia (RRI), pada pukul 15.00-17.00 WIB.

“Semangat kami tetap membara, tak pernah kendor, kolintang harus terdaftar di Unesco sebagai warisan dunia asal Indonesia,” kata Ketua Harian Persatuan Insan Kolintang Nasional (Pinkan) Indonesia, Drs. Jopie J.A. Rory, SH, MH, di Jakarta kemarin di sela persiapan penyelenggaraan seminar kolintang di RRI Jakarta.

Disebutkan, seminar yang diadakan secara offline (luring) dan online (daring) tersebut menampilkan sejumlah pembicara/panelis penting. Mereka adalah Penny Iriana Marsetio (Ketua Umum DPP Pinkan Indonesia), Judi Wahyudin, M.Hum (Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kemendikbud), Olly Dondokambey, SE (Gubernur Sulawesi Utara), dan Joune J.E. Ganda, SE (Ketua DPD Pinkan Indonesia Provinsi Sulawesi Utara).
Panelis lainnya adalah Vincent Piket (Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia), Laks. TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio (Pembina Pinkan Indonesia), dan Prof. Ir. Wiendu Nuryanti (Budayawan).

“Beliau-beliau akan menyampaikan paparan dari sudut pandang masing-masing, dan yang terpenting adalah semua pembicara berupaya mendukung langkah-langkah dan memberi solusi untuk mewujudkan keinginan mendaftarkan musik kolintang di Unesco dalam kategori ‘Warisan Budaya tak Benda’ asal Indonesia,” kata Jopie yang bersama pengurus inti Pinkan Indonesia melakukan rapat persiapan terakhir dengan pihak RRI beberapa hari lalu. Dalam pertemuan tersebut, pihak RRI Jakarta dipimpin Kepala Stasiun, Endirman Butar-Butar.

Jopie mengajak seluruh masyarakat pencinta musik kolintang di Indonesia untuk mengikuti seminar Kamis besok melalui siaran langsung RRI Pro 1 (91,2 FM), RRI Pro 4 (92,8 FM), RRI Net (radio visual RRI), website RRI rri.co.id, youtube channel rri.net.official, dan RRI Manado.

Bagi pendengar yang ingin bertanya, disediakan waktu untuk berinteraksi dengan para panelis. “Selain seminar, akan ada juga penampilan pemain-pemain kolintang profesional yang tergabung dalam kelompok Pinkan Indonesia. Ada bintang tamu juga, penyanyi Deborah, bintang radio nasional 2015, dan bintang radio Asean 2016. Pokoknya seru,” tambah Jopie.

Antusias
Melalui pemberitaan-pemberitaan di berbagai media sebelumnya, Pinkan Indonesia merupakan organisasi komunitas pencinta kolintang yang menginisiasi pengusulan alat musik kolintang menjadi warisan budaya dunia asal Indonesia ke Unesco. Upaya tersebut dimulai dengan menjalin kerjasama bersama pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Kenapa Sulut, karena kolintang ditengarai berasal dari salah satu wilayah di daerah ini yaitu Minahasa.

Pemprov Sulut sendiri sangat antusias mendukung upaya tersebut. Tanggal 21 April 2019, Gubernur Sulut, Olly Dondokambey, telah mengeluarkan surat keputusan Penetapan Tim Pendukung dan Komunitas Pendukung Pengusulan Ansambel Musik Kolintang ke Unesco. Tim beranggotakan 18 orang berasal dari pejabat struktural Pemprov Sulut, Dewan Kesenian Daerah, Praktisi, Akademisi dan Komunitas Kolintang. Beberapa nama dalam tim tersebut berasal dari Pinkan Indonesia.

Tim ini terus bekerja, termasuk ketika memasuki masa pendemi Covid-19. Sosialisasi juga terus dilakukan, baik oleh pemda maupun komunitas kolintang. Pekan lalu, Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Provinsi Sulut, Patricia Mawitjere, SS,MAP, yang berstatus Pelaksana Tugas (Plt), datang ke Jakarta menemui insan kolintang di sini, termasuk Pinkan Indonesia. Pertemuan dengan Pinkan dihadiri pengurus inti Ketum, Penny Iriana Marsetio, Ketua Harian Jopie, J.A. Rory, Ketua Dewan Pembina, Laks. TNI (Purn) Marsetio, dan Ketua Bidang Organisasi, Lisye Sumakud Sinulingga.

“Kita tidak boleh lengah. Jangan sampai direbut negara lain, dalam hal ini Malaysia dan Filipina yang mengklaim bahwa kolintang milik mereka. Padahal dalam penelusuran secara historis, kolintang adalah milik Indonesia, berasal dari Sulawesi Utara,” kata Ketum, Penny Iriana Marsetio, kepada wartawan seusai pertemuan.

Menurut Penny, Tim Kerja yang dibentuk Gubernur Sulut, terus berusaha melengkapi persayaratan sesuai dengan aturan Unesco.

“Sebagai pencinta kolintang, kami berharap di setiap sudut ruang di Sulut akan bunyi kolintang. Itu termasuk hal yang menjadi persayaratan Unesco. Di daerah pengusung, kehadiran musik kolintang harus merakyat,” tambahnya.

Pinkan Indonesia sendiri, kata Penny, sudah menyumbang cukup banyak perangkat musik kolintang di berbagai daerah di Indonesia. Itu dimaksudkan untuk lebih memasyarakatkan kolintang di tanah air sendiri.

“Sekarang lebih menarik lagi. Di tengah perkembangan teknologi yang semakin cepat, di zaman IT, musik kolintang pun bisa dikreasikan secara digital,” kata istri Laks. TNI (Purn) Marsetio, mantan Kepala Staf Angkatan Laut RI.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Plt Kadisbud Sulut, Patricia Mawitjere, mengatakan bahwa kedatangannya ke Jakarta kali ini adalah untuk memberikan semangat kepada komunitas kolintang agar tidak kendor membawa kolintang ke Unesco. “Pemprov Sulut, melalui Dinas Kebudayaan, telah memasukkan Kolintang Goes to Unesco ke dalam program prioritas,” ujarnya.

Selain membawa kolintang ke tingkat dunia, di dalam negeri Patricia berharap, kolintang benar-benar menjadi ciri khas Sulut. Ke depan, saya punya kerinduan, setiap orang datang ke Sulawesi Utara, mereka sangat merasakan bahwa ini sangat Sulut, tentu salah satunya dengan kehadiran kolintang,” katanya, “Seperti kalau ke Bali, bahwa itu nuansa Bali sangat dirasakan. Begitupun ketika kita berkunjung ke Jogja, Jogja banget-nya terasa. Semoga nanti, dengan kolintang, akan ada rasa Sulut banget.”

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!