28.6 C
Jakarta

Data Dugaan Kekerasan Libatkan Oknum Mahasiswa RI di Mesir Viral di Media Sosial

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Setelah viralnya kasus penganiayaan terhadap kader Nahdlatul Ulama (NU) di Mesir, kini beredar sejumlah data kekerasan yang melibatkan oknum mahasiswa Indonesia di Mesir. Di dalam data itu, sejumlah korban kekerasan angkat suara terkait tindakan anarkisme yang diduga dilakukan oknum mahasiswa dari organisasi Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir.

Berikut tindakan anarkisme oleh oknum mahasiswa Kekeluargaan Sulawesi (KKS) terhadap mahasiswa Indonesia:

1. Kasus Pertama
Korban: Wahyu Farhan Nurohman Efendi, 19 tahun.
Kejadian ini berawal dari imbas tensi tinggi yang terjadi di dalam lapangan futsal. Pertandingan futsal antara tim Farhan dengan tim kekeluargaan Sulawesi berjalan dengan sengit dan panas. Kedua tim merupakan tim yang diunggulkan dalam turnamen Cordoba Cup ini.

Lalu, suporter kekeluargaan Sulawesi merasa terprovokasi dengan gestur wajah yang dilakukan Farhan di dalam lapangan. Sudah sewajarnya ketika pertandingan panas pasti ada provokasi dari kudua belah pihak pemain guna melemahkan mental lawan, dan tidak sepatutnya supporter yang terprovokosi.

Singkatnya, pertandingan pun selesai dengan hasil seri. Anggota keamanan pertandingan memperingati Farhan bahwa ada indikasi penyerangan oleh superter terhadapnya, lalu mereka mengawal kepulangan Farhan dari dalam lapangan futsal.

Tepat di depan gerbang lapangan, apa yang telah direncanakan pun terjadi, beberapa supporter lari dari dalam lapangan lalu menendang Farhan dari belakang. Farhan pun tersungkur di atas aspal, kepalanya diinjak, lalu dipukuli, selang beberapa menit anggota keamaan lapangan membubarkan masa dan Farhan langsung dibawa ke sekretariat kekeluargaan Jawa tengah.

2. Kasus Kedua
Korban: Muhammad Aslam, 22 tahun
Kejadian ini bermula ketika salah satu teman dekat Aslam mengunggah story Instagram dalam akun pribadinya. Ia mengungkapkan rasa ketidakpuasannya atas keputusan yang disahkan oleh kedua belah pihak secara kekeluargaan, terkait permasalahan awal yang telah terjadi.

Kemudian, Aslam mengomentari unggahan story Instagram tersebut atas dasar kepedulian terhadap korban pengeroyokan yang di mana korban adalah teman dekatnya. Di luar dugaan, komentar yang Aslam sampaikan di screenshot dan diunggah kembali melalui story Instagram, sehingga menyebabkan kegaduhan dan sampai timbul terjadinya pengeroyokan terhadap Aslam dan beberapa temannya.

Pengoroyokan itu terjadi di tempat kediaman Aslam pada Rabu (12/7/2023) lalu pukul 21.45 CLT. Menurut dia, saat itu datang sekitar 15 orang oknum anggota dari Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir.

“Mereka menanyakan kebenaran terkait komentar saya pada postingan stori Instagram teman saya yang kemungkinan telah disadap oleh pihak pelaku, selang berapa waktu gerombolan mereka langsung menghajar saya dengan jiwa premanismenya tanpa ada sedikitpun rasa manusiawi dari mereka terhadap saya,” jelas Aslam.

Aslam dihantam habis-habisan selama kurang lebih satu jam lamanya. Tidak ada dari mereka yang tidak terlibat dalam pengeroyokan ini. Aslam pun mengalami luka pukulan dan tendangan pada bagian kepala, hidung, kedua mata hingga pendarahan dalam, telinga bagian kanan, tangan kiri dan kanan dan badan bagian atas.

Aslam mengatakan, pelaku juga mengancam dan menanyakan asal kekeluargaannya dan merendahkan budaya daerah asalnya (Banten) yaitu Debus. Kemudian, mereka juga merampas HP-nya lalu membuka privasi chat pada WhatsApp-nya, dan memaksanya untuk menunjukan akun email pribadinya dengan mengancam gerak-geriknya di media sosial akan dilacak.

“Tak hanya luka fisik yang saya rasakan, namun, trauma mental yang juga saya rasakan hingga takut bersosial media dan berkegiatan di luar rumah,” kata Aslam.

3. Kasus Ketiga
Korban: Wahyu Farhan Nurohman Efendi, 19 tahun
Kronologi kejadian dalam kasus ini dituturkan berdasarkan saksi mata. Menurut saksi, pengeroyokan terhadap Farhan kali ini terjadi pada Rabu (12/7/2023) lalu sekitar pukul 22.45 di rumah saksi dan korban yang terletak di Jalan Al Mansoriyah Imaroh 4B Flat 2.

Saat itu, mereka tiba-tiba didatangi seseorang yang awalnya menanyakan dengan baik-baik, “ini rumahnya farhan ya?”. Setelah saya mengiyakan, saksi mencoba melebarkan pintu dan terlihat banyak sekali orang yang sudah berdiri di depan rumahnya.

Di saat itu,s aksi baru menyadari bahwa Farhan sedang diincar dan ketika saksi sudah membuka cela pintu sudah sangat mustahil baginya untuk mengelak. “Karena posisi rumah kami di lantai satu dan jendela yang tidak cukup kuat membuat saya berpikir cepat kalau malah terjadi pembobolan paksa, sehingga saya coba koperatif dengan mereka untuk dialog di kamar terdekat dengan pintu (sebelah kanan pintu) dan terdekat dari luar dengan harapan suaranya terdengar ke luar juga,” jelas saksi.

Namun, ketika saksi mengajak satu atau dua orang untuk bicara baik-baik, orang-orang yang lain melayangkan pukulan dan tendangan ke Farhan. Di awal kejadian, kata saksi, mungkin pelaku hanya sejumlah 10-15 orang.

“Untuk kisaran waktu 10-15 menit saya berusaha melerai dan menanyakan baik-baik seraya memastikan Farhan aman di belakang tubuh saya (posisi di pojok kamar bagian kiri),” kata saksi.

Walaupun begitu, menurut saksi, Farhan masih banyak sekali terkena pukulan dan tendangan ketika saya lengah ataupun ditarik kesan sini. Namun setelah 10-15 menit awal ini, salah satu anggota rumah itu, yang berasal dari Keluarga Masyarakat Jawa Timur (Gamajatim), Ghifari berteriak minta tolong dan berusaha melapor ke temannya. Di saat itu, saksi menyarankan agar temannya itu tidak ikut campur.

“Saya berteriak ke angota rumah saya itu ‘Nggak usah ikut campur, Gip’, dan ke mereka saya teriaki juga, ‘Jangan sentuh dua anak rumah saya yang tidak tau apa-apa. (Ghifari terkena pukulan 4/5 kali dibagian kepala),” jelas saksi.

Karena fokusnya teralihkan kepada Ghifari yang berteriak, mengakibatkan Farhan menjadi bulan bulanan mereka lagi. Pengeroyokan itu berpindah dari pojok kiri ke pojok kanan kamar. Ketika berusaha masuk ke kamar itu, saksi sudah dihalangi tiga atau empat orang yang berada di pintu kamar.

“Farhan dipukul secara membabi buta di bagian kepala lalu jatuh ke lantai, ditambah ia diinjak-injak memakai sepatu dan lengan kirinya dicecek putung rokok,” kata saksi.
Sekitar pukul 23.00 sampai 10 menit kemudian saksi hanya bisa meringis dan berusaha melerai dari pintu kamar dengan berucap, “Sudahlah, sudah bonyok dia. Mau cari apa lagi. Di saat ini juga gerombolan mereka bertambah kurang lebih 10 orang.”

“Ketika kondisi sudah tidak kondusif, bayangkan kamar kecil kami yang ukurannya kurang lebih 4,5×3 meter dipenuhi kurang lebih 20 orang yang mengeroyok Farhan, saya hanya ingin kejadian itu cepat selesai,” jelas saksi.

Saksi kemudian merangsak masuk menanyakan mau mereka apa, dan ternyata mereka sedang interogasi serta melacak jejak digital antara Farhan dan Yunus. Tapi mulai saat itu, menurut saksi, sudah tidak ada lagi pemukulan maupun kontak fisik lainnya.

“Untuk meyakinkan mereka saya bentak Farhan, ‘Kamu tahu Yunus di mana nggak’. ‘Nggak’. ‘J0awab Jujur’. Farhan jawab lagi ‘Nggak tahu”. Di saat itu saya dapat ruang dari mereka (bisa berada di hadapan Farhan) untuk memastikan keadaan Farhan tidak lebih parah lagi,” kata saksi.

Kejadian introgasi berlanjut sampai kurang lebih pukul 23.45. Bahkan, Farhan sempat dipaksa menghubungi Yunus lewat WA untuk menanyakan keberadaanya. Namun, nomor Yunus sudah berada di luar jangkauan, karena sudah menyadari menjadi incaran mereka.
“Ketika meraka sudah tidak mendapatkan apa apa dari Farhan dan sudah melampiaskan amarahnya mereka mulai meninggalkan rumah kami sekitar pukul 00.00,” jelas saksi.

4. Kasus Keempat
Penyerbuan Sekretariat Jawa Tengah dan DIY
Pada Rabu (12/7/2023) pukul 23.00 waktu Kairo, saksi mendengar kabar ada segerombolan mahasiswa asal Sulawesi berkumpul di sekitar Rumah Sakit Husein Darrasah. Dewan Keamanan dan Ketertiban Mahasiswa (DKKM) pun mengimbau untuk bersiap, karena rombongan tersebut mencari beberapa anggota Kelompok Studi Walisongo (KSW) yang dinilai melakukan provokasi terhadap lembaga mereka.

Sekitar pukul 01.00 dini hari, rombongan telah sampai di sekretariat KSW dengan membagi titik kumpul. Beberapa kelompok berkumpul di depan sekretariat, sebagian yang lain tersebar di beberapa titik seberang KSW.

Memasuki pukul 01.30, tiga perwakilan dari mereka masuk ke Sekretariat KSW dengan dalih ingin berunding perihal provokasi yang dilakukan anggota KSW. “Kami sambut niat baik yang mereka utarakan dengan tidak melakukan tindakan perlindungan terhadap Sekretariat KSW, walaupun kami mengetahui berpuluh-puluh orang telah bersiap masuk menerobos KSW,” kata saksi.

Pembicaraan kedua belah pihak berjalan damai hanya sampai ketika beberapa orang di luar memaksa masuk dengan alasan perundingan terlalu lama, Mereka juga mengecam dengan serbuan orang-orang di luar ke dalam Sekretariat KSW, jika pihak KSW tidak melakukan tindakan dengan cepat. Pembicaraan terus berlanjut, tentunya dengan tensi berbeda dari sebelumnya.

Belum sampai pada hasil yang diinginkan, di sela-sela pembicaraan mereka tersinggung dengan anggota KSW yang sedikit menaikkan nada bicaranya, lagi-lagi dengan dalih terpancing provokasi, mereka melakukan tindakan anarki di dalam Sekretariat KSW. Laki-laki kurus, berkulit sawo matang, dan berjaket hoodie biru lari dari pintu masuk sekretariat lalu menendang ke dalam kerumunan anak-anak KSW secara membabi buta. Beberapa anak dari KSW terpojok ditambah lemparan gelas kaca yang datang dari arah pintu masuk.

“Seperti uang koin satu sen, bermuka dua dan nilainya rendah. Niat di muka ingin berunding, muka lain hanya ingin melakukan perbuatan anarki,” jelas saksi.
Keadaan semakin runyam dengan adanya perlawanan dari pihak KSW, gelas-gelas kopi suguhan dipecahkan di depan penyuguh kopi, ditambah kerumunan anak-anak KKS yang memaksa masuk ke dalam ruangan yang sudah sesak dengan kerumunan mereka sendiri.

“Barang-barang elektronik di dalam ruangan diinjak-injak. Karpet tempat sholat, duduknya orang sholawat dengan bengisnya diinjak dengan alas kaki tanpa tahu dari mana sebelumnya,” kata saksi.

Beberapa orang dari pihak KKS mulai terlihat mencoba melerai temannya, dan anak-anak KSW yang terluka langsung dibawa ke Aula Griya Jawa Tengah. Keadaan sempat mereda, sampai akhirnya memanas kembali dengan teriakan dari salah satu anggota KKS,
“Alex!, Alex!, Alex!, sini, kau!”. Kemudian salah satu dari mereka muncul di tengah kerumunan dan memukul ketua serta wakil ketua KSW. Kericuhan akhirnya tidak terelakan kembali.

“Salah satu teman kami kemudian berinisiatif memanggil polisi untuk membubarkan kerumunan, selang beberapa waktu polisi pun datang dan kami yakin bahwa mereka akan keluar dari Sekretariat KSW dan pulang ke tempat masing-masing,” kata saksi.

Serpihan gelas kaca mulai dibersihkan setelah mereka meninggalkan ruangan sekreteriat, karpet juga dibersihkan dengan vacum. Keadaan mulai damai sampai kemudian ada salah satu anak KKS yang masuk dan meminta kepada Ketua KSW untuk berdiskusi.

“Lalu terdengar kabar bahwa rombongan anak KKS belum pulang dan masih berkumpul di tempat asob seberang KSW. Entah apa yang ingin ia diskusikan kepada Ketua KSW, toh yo raono hasile. Adzan Subuh mulai terdengar dan keaadan kembali normal,” jelas saksi.

5. Kasus Keenam
Korban: Ahmad Ghifari dari Keluarga Masyarakat Jawa Timur (Gamajatim)
Kajadian terjadi pada waktu bersamaan dengan kasus ketiga. Aksi kekerasan terhadpa Ghifari ini berawal dari rumah korban yang diketuk dengan keras sampai ditendang, sehingga korban merasa terganggu lalu membukakan pintu.

Ketika dibuka, kata ghifari, sudah berkumpul puluhan orang di depan pintu dan memaksa untuk masuk. Satu per satu orang masuk tanpa melepas alas kaki. Negosiasi damai sempat dilakukan oleh salah satu kakak tingkatnya, namun berakhir gagal.

Ghifari yang berada di kamar sebelah segera melakukan antisipasi dengan mengabari temannya yang sekiranya bisa membantu dengan segera. Ketika Ghifari ingin melihat siapa gerombolan itu, Ghifari diteriaki dan dipaksa untuk memperlihatkan isi chat-nya bersama temannya.

“Awas ya, jangan sampai kamu lapor-lapor. Ini nomor siapa ini?,” kata pelaku.
Ghifari kemudian menjawab dengan berteriak juga, “Ini teman saya, bukan siapa-siapa. Kamu gak kenal juga, kan? Aku juga gak kenal kamu siapa?!.”

Saat itu salah satu dari mereka melayangkan pukulannya dan menimpa pipi kanan Ghifari. Korban pun kaget dan spontan berteriak untuk membalas perbuatan tidak sopan tamu tersebut sambil berharap ada orang Mesir ataupun tetangganya yang mendengar dan memanggil bantuan.

Namun, usaha itu sia-sia. Kerah baju Ghifari ditarik dan dilayangkan pukulan kembali di tempat yang sama. Semakin keras Ghifari berteriak, semakin banyak orang ingin membungkamnya.

Beruntung kakak tingkatnya segera menenangkan mereka dan membuat mereka melepaskan tangannya dari baju Ghifari.

“Walau saat itu, handphone saya diambil dan terpaksa tidak bisa melanjutkan chat dengan teman yang ingin saya mintai bantuan,” jelas Ghifari.

Lalu, Ghifari dibiarkan di kamar sendirian, kamar ditutup, dan disuruh membukakan kunci atau sandi HP-nya. Korban dibiarkan di kamar itu sampai mereka pulang. “Mereka pulang setelah menghajar habis-habisan teman rumah saya. Mereka pamit seakan mereka benar-benar bertamu dan tidak melakukan hal kejam,” kata Ghifari.

Lima kasus di atas hanya sebagian dari puluhan kasus perbuatan anarki yang dilakukan oleh oknum Kekeluargaan Sulawesi, masih ada beberapa kasus yang tidak bisa disebutkan secara detail dan rinci. Berikut bentuk kasus dan penyebabnya secara sekilas:

1. Kasus kekerasan terhadap Imam Maulana (Kekeluargaan Jawa Barat) di asrama pelajar pada 2020 karena permasalahan ember. Korban mengalami patah hidung

2. Kasus kekerasan terhadap Rifqi di Darosah (Kekeluargaan Jawa Barat) pada 2021 karena pemasalahan bagasi. Korban babak belur dikeroyok.

3. Kasus kekerasan terhadap Malik di Darosah (Kekeluargaan Jawa Barat) pada 2021 karena permasalahan pembelian bantal. Korban dikeroyok.

4. Kasus kekerasan terhadap Hasbi di kampus (Kekeluargaan Jawa Barat) pada 2021. Korban dipukul karena tidak sengaja menginjak salah satu dari anak kekeluargaan Sulawesi.

5. Kekerasan terhadap lzam (Kekeluargaan Jawa Timur). Korban mendapatkan ancaman dari pihak KKS ketika acara Nusantara Olympic dan mendapatkan pukulan dari sterring comitte yang berasal dari KKS, serta mendapatkan ancaman dari Fiqrul untuk mengganti motto Nusantara Olympic.

6. Kekerasan terhadap Zarkasyi (Kekeluargaan Madura) pada 11 Juli 2023. Korban diteror di Asyir, karena termasuk orang yang ikut melerai saat terjadi penyerangan di sekretariat Jawa Tengah.

7. Kekerasan terhadap Magribi (Kekeluargaan Jawa Tengah). Pengeroyokan terjadi di lapangan ketika pertandingan, akibat dinilai melakukan provokasi terhadap supporter kekeluargaan Sulawesi.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!