Oleh : Ace Somantri
BANDUNG,MENARA62.COM – Hitungan hari setelah refleksi kelahiran IMM tanggal 14 Maret 2025, sempat membuat sebuah catatan kecil romantisme masa-masa keemasan menjadi aktifis mahasiswa. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah salah satu organisasi kemahasiswaan tempat menjalin ikatan sosial emosional dan silaturahmi untuk ukhwah dalam pergerakan. Romantisme selalu ada kenangan, kadang saat-saat tertentu rasa kangen dan rindu menjadi aktifis jalanan saat mahasiswa terlintas dalam memori ingatan. Tidak dimungkiri, ruang-ruang diskurus menjadi tempat berdebat adu gagasan dan argumen, bahkan tidak terlewatkan menjadi penyambung lidah aspirasi dengan suara-suara yang mengkritisi kebijakan para penguasa negara hanya untuk sebuah keadilan. Itu masa lalu, namun sangat membekas dan tersimpan dalam ingatan dan kenangan yang membanggakan.
Alhamdulillah ala kulli hal, atas ijin-Nya tepat hari Selasa tanggal 18 Maret 2025 dapat menghadiri acara Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam acara penyelenggaraan iftar jamaai atau buka bersama bersama tokoh nasional dan internasional yaitu Prof Dien Syamsudin mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan juga Menteri Pendidikan Dasar dan Menengan Mas Prof Abdul Mu’ti, mereka semua adalah kader-kader terbaik persyarikatan Muhammadiyah yang lahir dari rahim organisasi otonom persyarikatan yang dikenal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kegiatan tersebut digelar dengan meriah, khidmat dan menggembirakan bertempat di rumah dinas menteri mas Prof Abdul Mu’ti tidak terlalu jauh dari kantor persyarikatan Muhammadiyah Pusat. Jalanan sekitar acara, dipenuhi yang berdatangan untuk menghadiri kegiatan di atas dan mereka adalah para mantan aktifis mahasiswa yang sudah purna dari dinamika dan belantika gerakan mahasiswa.
Sesaat ketika datang, suasana hati senang bahagia dan bangga, pasalnya momentum baik dapat bertemu dengan kader-kader ikatan terbaik. Saling bertegur sapa, sambil lempar senyum tertawa dan saling bertanya kabar. Raut muka wajah para mantan penggerak ikatan, terlihat senang dan bahagia dapat bertatap muka. Mereka berdatangan bukan hanya yang tinggal di daerah Jakarta, melainkan datang dari daerah di luar Jakarta. Masing-masing di antara mereka terlihat bertukar informasi dan bercerita tempat beraktifitas. Dari obrolan mereka terdengar menjadi seorang akademisi, politisi, pengusaha atau pembisnis, pekerja sosial, dan pegawai negara. Mereka semua dipastikan sudah memiliki berbagai aktifitas rutin masing-masing, baik dalam satu entitas dalam lingkup persyarikatan maupun di luar persyarikatan. Suasana rumah dinas Menteri, sangat ramai hilir mudik para mantan aktifis lintas generasi, ada banyak yang masih kenal namun juga banyak juga tidak kenal. Namun, suasana tetap akrab dan menyenangkan, membahagiakan dan mengembirakan. Raut wajah mereka bahagia, sambil diiringi musik yang cukup menghibur. Bahkan, ada di antara mereka menyumbangkan lagu yang disukai.
Entah berapa tahun lamanya, rasa kangen dan rindu yang kadang-kadang terlintas dalam benak pikiran, alhamdulillah dikabulkan dapat bertemu sahabat immawan dan immawati yang baik hati, baik itu senior-senior maupun adik-adik generasi penerusnya. Namun ada yang menarik untuk dikomentari, pertemuan tersebut masih sekedar melepas kangen dan rindu semata. Sementara hal-hal yang menjadi isu-isu kebangsaan, keumatan dan persyarikatan relatif kurang termanfaatkan untuk dijadikan obrolan ringan. Momentum tersebut sangat-sangat hangat dipakai untuk melepas rindu dan kangen sesama aktifis pada masa dan jamannya, memang yang sangat menarik untuk dijadikan momentum bercengkrama. Sekalipun demikian, tetap tidak mengurangi rasa korsa ikatan untuk saling mendorong dan mendukung antar kader lintas generasi diberbagai bidang garapan dan posisi-posisi tertentu untuk menjaga keberlanjutan hubungan sosial emosional keluarga besar alumni ikatan. Tidak selalu dan tidak hanya diantara mereka yang memiliki ruang strategis, melainkan diantara kita yang masih tertatih-tatih untuk diberikan suport dan nutrisi yang menyehatkan dalam aktifitas kegiatannya.
Saat yang tepat dan momentum yang sangat strategis, keberadaan Prof Abdul Mu’ti sebagai tokoh persyarikatan sekaligus menjadi tokoh kebangsaan sepertinya harus dijadikan simbol kader yang mampu memberikan inspirasi dalam mendiaspora kader ikatan sesuai kompetensi dan kapasitas yang dimilikinya. Kita melihat sosok Prof Abdul Mu’ti, selama menjadi kader dalam lingkup persyarikatan telah menunjukan sosok kader yang humbel dan egaliter. Tidak menutup kemungkinan, bagi kader-kader terbaik ikatan untuk saling mendorong, mendukung dan mengingatkan dalam membangun jejaring yang meluas dan menyebar di berbagai sektor kehidupan seluruh penjuru negeri. Kader ikatan tidak berhenti dan purna dalam kondisi tak berdaya, melainkan harus saling mengikat dalam ikatan sosial emosional yang memberdayakan dan saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Kapasitas seorang tokoh bangsa, tokoh persyarikatan serta tokoh keumatan yang bereputasi pasti mampu mendiaspora kader-kader terbaik dan berintegritas dalam bidangnya. Sehingga pada saat dan tiba waktunya, yang meneruskan Prof Dien Syamsudin dan Prof Abdul Mu’ti benar-benar terus ada generasinya. Sangat tidak diharapkan sesuatu terjadi “lost generation” yang lahir dari rahim ikatan mahasiswa Muhammadiyah.
Tidak mudah, namun bukan sesuatu yang sulit jika dibuatkan formula yang tepat dalam menyusun komposisi model dan skema rancangan diaspora kader ikatan. Para alumni ikatan bukan kaleng-kaleng dalam hal nalar intelektual. Skema di atas formulanya berangkat dari komitmen dan integritas kader, sikap objektif dalam memandang segala hal potensi yang dimiliki entitas ikatan. Dengan forum alumni, sebaiknya sudah saatnya menjadi forum saling menguatkan posisi strategis kader di berbagai ruang, bukan sekedar forum untuk menjadi ruang bercengkrama semata. Melainkan menjadi forum mendiaspora kader ikatan untuk saling menjaga dan menguatkan, membesarkan dan menyebarluaskan serta membuatkan ruang kreasi dan inovasi diri para kader ikatan.
Sangat mungkin pada waktu yang tepat, kader terbaik ikatan jika dibangun dengan formula komitmen berintegritas dan objektifitas tanpa batas akan menjadi tokoh bangsa yang mampu mempengaruhi perubahan bangsa dan negara yang menjadi pilihan warga negara Indonesia. Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, dengan potensi kekuatan persyarikatan dan entitas lainnya akan memberikan pengaruh kuat terhadap dinamika kebangsaan, keuamatan dan apalagi persyarikatan. Saat di daerah saja bisa, sangat yakin di tingkat nasional dan dunia tokoh-tokoh dari kader ikatan mampu dapat tampil di tengah-tengah masyarakat warga negara Indonesia. Sekalipun saat ini tren masyarakat lebih dekat dengan tokoh yang memiliki karakter peduli, peka serta penyayang terhadap kaum papa. Itu bukan sesuatu yang salah, apalagi dipersalahkan. Pasalnya, saat nabi Muhammad SAW lahir sebagai tokoh dunia karena beliau dekat dengan masyarakat dhuafa, begitupu Kyai Dahlan memiliki karakter peduli dan peka terhadap umat dhuafa. Sehingga kepemimpinannya mampu mempengaruhi alam semesta dan isinya. Wallahu’alam.
Bandung, Maret 2025