35.2 C
Jakarta

Indonesia Harus Bekerja Keras untuk Menuntaskan Buta Aksara

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Jumlah penduduk buta aksara di Indonesia tinggal 3,29 juta orang atau hanya 1,93 persen dari total populasi penduduk. Meski angkanya kecil tetapi upaya untuk menuntaskan buta aksara bukan masalah gampang.

“Lokasi tinggal penyandang buta aksara ini menyebar di desa-desa dan pelosok. Sifatnya tidak mengelompok sehingga perlu kerja keras untuk mengatasinya,” kata Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kemendikbud Harris Iskandar pada temu media dalam rangka Hari Aksara Internasional (HAI) 2019, Kamis (29/8/2019).

Hingga kini Indonesia masih mencatat sejumlah propinsi dengan angka buta aksara yang cukup tinggi. Yakni Papua (22,88%), Sulawesi Selatan (4,63%), Sulawesi Barat (4,64%), Nusa Tenggara Barat (7,51%), Nusa Tenggara Timur (5,24%) dan Kalimantan Barat (4,21%).

Harris mengakui berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menuntaskan buta aksara. Targetnya pada 2030 buta aksara di Indonesia sudah tidak ada.

“Kita optimis pada tahun 2030 Indonesia bisa menuntaskan masalah buta aksara ini,” jelas Harris.

Beberapa upaya tersebut antara lain penguatan program pendidikan keaksaraan dengan budaya, ketrampilan dan bahasa. Program keaksaraan tersebut dibagi dalam dua tingkatan yaitu keaksaraan dasar bagi warga yang masih buta aksara dan keaksaraan lanjutan bagi yang telah menyelesaikan program keaksaraan dasar.

Selain itu Kemendikbud juga menggulirkan program-program keaksaraan dengan memperhatikan kondisi daerah. Misalnya program keaksaraan dasar padat aksara, program keaksaraan dasar bagi komunitas adat terpencil/khusus, program keaksaraan usaha mandiri dan program multikeaksaraan.

“Kami pun melakukan pemberantasan buta aksara dengan system blok atau klaster. Yakni memusatkan program di daerah-daerah padat buta aksara seperti Papua, Sulsel dan propinsi lain,” lanjut Harris.

Diakui Harris, program pemberantasan buta aksara juga menghadapi masalah kembalinya penyandang buta aksara akibat tidak ada kelanjutan program. Karena itu perlu dilakukan pendidikan keaksaraan usaha mandiri (KUM) dan pendidikan multikeaksaraan. KUM ini berorientasi pada pemeliharaan keberaksaraan dengan focus ketrampilan usaha mandiri.

Sedang multikeaksaraan berorientasi pada pemeliharaan keberaksaraan dengan focus pada lima tema pemberdayaan masyarakat yakni profesi atau pekerjaan, pengembangan seni budaya, social politik dan kebangsaan, kesehatan dan olahraga serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun profil buta aksara di Indonesia adalah terpusat di Indonesia timur, menyebar di desa dimana desa tersebut merupakan kantong kemiskinan, banyak dijumpai pada perempuan dengan 2/3 dari total buta aksara serta memiliki usia diatas 45 tahun.

Terkait peringatan HAI, rencananya tahun ini puncak HAI akan digelar di lapangan Karebosi, Kota Makassar, Sulsel pada 7 September 2019. Tema HAI yang diusung UNESCO adalah Literacy and Multilingualism. Mengacu pada tema tersebut, Kemendikbud menetapkan tema nasional HAI ke-54 adalah Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat.

“Dengan tema ini kami berharap program pendidikan keaksaraan dapat memanfaatkan peluang dari keberagaman budaya dan bahasa,” tutup Harris.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!