JAKARTA, MENARA62.COM— Kementerian Perindustrian aktif mendorong kinerja industri makanan dan minuman di dalam negeri karena sektor ini terus menunjukkan pertumbuhan positif dan memberikan konstribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Langkah strategis yang dilakukan antara lain memacu peningkatan produktivitas dan daya saingnya agar mampu berkompetisi di pasar domestik dan ekspor.
”Upaya tersebut sejalan dengan instruksi Bapak Presiden Jokowi untuk memperhatikan perkembangan industri kita saat ini, sekaligus saya diminta menagih dan memonitor masterplan investasi Coca-Cola di Indonesia sebesar 500 juta dolar AS dari 2015 hingga tiga tahun ke depan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peresmian Fasilitas Produksi dan Pusat Distribusi Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Pandaan, Jawa Timur, Kamis (9/3).
Menperin, melalui siaran pers yang dikutip Antara, menyampaikan apresiasi kepada CCAI atas komitmen investasinya tersebut, di mana hingga saat ini sudah terealisasi USD300 juta dan masih tersisa USD200 juta.
“Kami juga menyambut baik ekspansi CCAI saat ini karena mendukung target investasi industri di Indonesia pada tahun 2017 sebesar Rp500 triliun dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Menperin juga meminta kepada CCAI ikut terlibat mendukung program pemerintah dalam pelaksanaan pendidikan vokasi.
CCAI menggelontorkan dana sekitar USD42 juta untuk pembangunan Mega Distribution Center Pandaan sebagai gudang penyimpanan dengan kapasitas 40 juta botol dan fasilitas produksi pengolahan preform (pembutan botol kemasan plastik) berkapasitas 1 miliar unit per tahun.
CCAI merupakan perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk dengan merek dagang dari lisensi The Coca-Cola Company. CCAI telah memiliki 8 pabrik pembotolan di Cibitung, Cikedokan, Medan, Lampung, Bandung, Semarang, Surabaya dan Denpasar dengan 37 lini produksi dan 5 lini perform serta menyerap tenaga kerja sebanyak 11 ribu orang.
Sebelumnya, CCAI terdapat 3 Mega Distribution Center di Medan, Cibitung, dan Semarang serta melayani sekitar 765 ribu direct costumer.
Presiden Direktur CCAI Kadir Gunduz mengatakan, perusahaan terus mewujudkan optimisme dalam rencana yang konsisten berorientasi pada pertumbuhan, termasuk mendukung agenda pemerintah dalam mendorong kinerja industri nasional khususnya sektor makanan dan minuman.
“Fasilitas baru ini menciptakan keterampilan proses produksi dari para karyawan CCAI setara dengan proses produksi kelas dunia,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, CCAI memiliki komitmen kuat dalam berinvestasi melalui pembangunan fasilitas dan penerapan teknologi. Misalnya, akademi pelatihan pertama CCAI didirikan di Jawa Timur, yang keberhasilannya mampu memperluas bisnis di Indonesia.
“Saat ini, CCAI menjalankan tujuh akademi pelatihan di enam functions dan menyediakan hingga 35 ribu training days setiap tahun,” tuturnya.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, pelaku industri makanan dan minuman nasional perlu melakukan upaya-upaya strategis guna meningkatkan mutu, produktivitas dan efisiensi di seluruh rangkaian proses produksi.
“Langkah ini juga harus sejalan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan,” tegasnya.
Menurut Panggah, Kemenperin telah berkomitmen dalam menyiapkan tenaga kerja yang andal melalui penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan, serta program pembinaan dan pengembangan SMK berbasis kompetensi yang link and match dengan industri, sehingga diharapkan tenaga kerja yang bekerja di industri merupakan tenaga kerja profesional.
Potensi industri makanan dan minuman Pada kesempatan yang sama, Menperin mengungkapkan, industri makanan dan minuman merupakan sektor yang sangat strategis dan mempunyai prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan.
Hal ini ditunjukkan dengan laju pertumbuhan industri makanan dan minuman pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 8,46 persen atau di atas pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 4,42 persen pada periode yang sama.
Sumbangan nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa sawit pada tahun 2016 mencapai USD26,39 miliar atau mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk makanan dan minuman pada tahun 2016 sebesar USD 9,65 miliar.
Di samping itu, dapat dilihat dari perkembangan realisasi investasi sektor industri makanan dan minuman sampai dengan triwulan III tahun 2016 sebesar Rp24 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar USD 1,6 Miliar.
Menperin juga meyakinkan, industri minuman ringan memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan di Indonesia.
“Misalnya, coconut drink yang saat ini banyak dinikmatimasyarakat. Potensi kita kuat karena sumber bahan bakunya, karena selama ini hanya ekspor buahnya,” ujar Airlangga.
Selain itu, adanya perubahan gaya hidup saat ini yang membuat masyarakat semakin suka minum kopi instan. ”Seharusnya Indonesia bisa buat kopi instan dalam cup karena bahan baku kopinya ada,” imbuhnya.
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), kelompok industri minuman ringan meliputi air minum dalam kemasan (AMDK), minuman berkarbonasi, teh siap saji, minuman sari buah, kopi dan susu siap saji, serta minuman isotonic atau suplemen.
“Volume minuman ringan di Indonesia didominasi oleh minuman AMDK dan market share-nya mencapai 84 persen dari total pasar minuman ringan siap saji dalam kemasan. Diharapkan industri memberikan edukasi kepada konsumen tentang sustainability agar dapat didaur ulang lagi sampahnya,” ungkap Airlangga.
Sedangkan, minuman berkarbonasi market share-nya 3,6 persen dan minuman ringan lainnya 12,4 persen seperti minuman isotonik, minuman sari buah, dan minuman lainnya beraroma buah-buahan yang pertumbuhannya cukup tinggi.
“Pertumbuhan rata-rata minuman ringan mencapai 6-7 persen tahun 2016 dan akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Investasi baru di pasar yang masih berkembang, bukan saja dari segi pilihan jenis produk tapi juga pilihan segmen pasarnya,” kata Airlangga.