26.9 C
Jakarta

Jadilah Pendamai

Baca Juga:

‎“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu ‎damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan ‎bertakwalah kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” ‎(Q.S. Al-Hujurat: 10)‎

Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antarsesama tidak selamanya ‎berjalan mulus. Selalu saja ada hal-hal yang memicu lahirnya perbedaan ‎pendapat, perselisihan, bahkan tidak jarang terjadi pertikaian. ‎

Bagaimana sikap kita terhadap mereka yang tengah berselisih? Apakah ‎membiarkannya begitu saja, karena itu bukan urusan kita? Ataukah kita ‎membela salah satu di antara mereka yang kebetulan adalah saudara atau ‎mungkin teman dekat kita?‎

Islam mengajarkan bagaimana sikap yang harus kita ambil dalam ‎menghadapi perselisihan antarsesama. Ayat ke-10 dari surat Al-Hujurat yang ‎penulis kutip di awal tulisan ini mengajarkan kepada kita bahwa jika kita ‎menjumpai ada di antara saudara, sahabat, atau mungkin tetangga kita yang ‎tengah berselisih, bertengkar atau bahkan bertikai. Menghadapi situasi ini, maka tugas kita adalah ‎mendamaikan keduanya, bukan malah memprovokasi sehingga persoalan ‎semakin rumit, atau membela salah satu di antara keduanya karena ‎kedekatan emosional. ‎

Mendamaikan dua orang yang tengah berselisih adalah tugas mulia. ‎Mengikatkan kembali tali persaudaraan antarsesama adalah amal saleh. ‎Merajut kembali buhul-buhul ukhuwah adalah bagian dari ibadah.‎

Ironisnya, banyak di antara kita, atau mungkin diri kita sendiri, alih-‎alih mendamaikan orang-orang yang tengah berselisih, justru memperkeruh ‎suasana. Kehadiran kita tidak menyelesaikan masalah, justru menambah ‎masalah. Kedatangan kita alih-alih menyejukkan suasana, justru membuat ‎suasana semakin panas. ‎

Padahal, Nabi Muhammad SAW mengingatkan: “Setiap sendi dari ‎manusia harus bershadaqah setiap hari. Mendamaikan dua orang yang ‎berselisih dengan adil, setiap saat matahari terbit, adalah sedekah. Menolong ‎orang mengangkat barang ke atas kendaraannya atau menurunkan dari ‎kendaraannya adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap ‎langkah menuju shalat adalah sedekah. Dan membuang duri dari jalan adalah ‎sedekah.” (HR. Al-Bukhari)‎

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‎‎“Maukah kalian kuberitahu suatu perkara yang lebih utama daripada derajat ‎shaum, shalat, dan shadaqah. Para sahabat berkata, “Tentu saja ya ‎Rasulullah!” Beliau lalu bersabda, “Pekara itu adalah mendamaikan ‎perselisihan. Karena karakter perselisihan itu membinasakan.” (HR. Ahmad)‎

Rangkaian ayat ke-10 pada surat al-Hujurat, serta beberapa riwayat ‎hadis di atas menunjukkan betapa penting dan mulianya mendamaikan dua ‎orang yang tengah berselisih. Karena dengan mendamaikan dua orang yang ‎sedang berselisih, berarti kita berusaha mengikatkan kembali tali ‎persaudaraan di antara mereka, menautkan kembali dua hati yang sedang ‎berjauhan, mengurai kembali benang kusut ukhuwah di antara mereka.‎

Sungguh betapa mulianya orang-orang yang mampu menjadi ‎pendamai. Kehadiran mereka mampu meredam permusuhan, meredakan ‎pertikaian, mendamaikan perselisihan. Mereka layaknya oase bagi para musafir ‎di padang tandus, yang sangat membutuhkan kesejukan. Mereka tak ubahnya ‎seperti malaikat penebar rahmat, yang kehadirannya selalu dinanti untuk ‎memberikan keteduhan dan kedamaian.‎

Kondisi saat ini

Mari kita cermati kondisi saat ini. Betapa sulitnya mencari sosok yang ‎bisa menghadirkan keteduhan, ketenangan dan kedamaian. Bahkan, sosok ‎yang kita anggap agamis sekalipun, tidak jarang alih-alih menghadirkan ‎ketenangan, justru menimbulkan keresahan. Mereka yang ke sana ke mari ‎membawa simbol-simbol agama, alih-alih menjadi perekat umat, justru kerap ‎menebar kebencian antarsesama. Sikap merasa paling benar, dan ‎menganggap yang lain salah adalah pangkal persoalannya.‎

Padahal, Islam mengajarkan sikap toleransi antarsesama. Jangankan ‎antarsesama umat Islam, bahkan terhadap pemeluk agama lain pun harus ‎saling menghormati dan menghargai.‎

Sekali lagi, marilah menjadi sosok pendamai yang kehadirannya ‎menebar rahmat. Bukankah Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan, sebaik-baik ‎manusia adalah mereka yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain? ‎Bukankah Islam adalah agama yang memegang teguh prinsip rahmatan lil ‎‎‘alamin?‎

Jika al-Qur’an dan Hadis mengajarkan kita untuk menjadi pendamai, ‎lantas mengapa seringkali kita justru menjadi pemecah belah, pencerai berai? ‎

Ada baiknya kita kembali renungkan pesan dari surat al-Hujurat ayat ‎ke-10 di atas. Dengan pikiran yang tenang, jiwa yang lapang, marilah kita ‎jalani hidup dan kehidupan ini dengan penuh kedamaian. Jadilah pendamai ‎yang terus menebar kasih sayang.‎

Ruang Inspirasi, Senin (14/9/2020).

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!