JAKARTA, MENARA62.COM — Kejaksaan Amerika Serikat (AS) di Alexandria, Virginia, kembali membahas sekaligus memperluas dewan juri terkait penyelidikan atas terkuaknya data intelijen negara yang baru-baru ini diungkap dalam laman Wikileaks.
Antaranews.com memberitakan, Wikileaks belum lama ini menyebarkan data, yang diklaim sebagai bocoran dari Pusat Intelijen AS (CIA), bahwa banyak peralatan di rumah tangga yang dimanfaatkan sebagai sarana penyadapan, antara lain televisi dan telepon selular kelas pintar (smartphone), demikian laporan Reuters, Sabtu WIB.
Sejauh ini lembaga resmi di AS telah membuat komentar publik yang terkesan hanya samar-samar terkait data baru Wikileaks. Bahkan, sejumlah sumber pers yang enggan disebut jati dirinya menilai bahwa bocoran data dimungkinkan melibatkan para kontraktor yang bekerja untuk Pemerintah AS.
Nara sumber tersebut enggan mengakui adanya keterlibatan pihak asing, seperti Rusia maupun pihak lainnya, yang terlibat dalam pengungkapan data di Wikileaks.
Namun demikian, para pejabat AS telah mengonfirmasi bahwa kejaksaan di Alexandria telah membahas secara mendalam kasus tersebut dan memperluas cakupan terhadap dewan juri federal terkait penyelidikan terhadap Wikileaks dan sumbernya.
Selain itu, mereka juga secara tidak langsung mengakui bakal ada materi persidangan yang terkait dengan dokumen menyangkut unsur penyelidikan bagi publik.
Departemen Kehakiman AS masih menolak berkomentar, selayaknya pula pihak CIA yang belum secara terbuka mengonfirmasi keaslian kebocoran data yang diungkapkan Wikileaks kepada publik sedunia.
Wikileaks mengumumkan, memiliki materi terdiri atas ribuan halaman diskusi internal CIA tentang bagaimana teknik meretas kehidupan publik menggunakan piranti buatan pabrikan populer, seperti iPhone dari Apple Inc., aplikasi berbasis Android keluaran Google Inc., dan televisi buatan Samsung Electronics.
Julian Paul Assange selaku pendiri Wikileaks mengatakan, pihaknya melalui laman internet-nya akan lebih luas mengungkapkan temuan terkait penyadapan terhadap banyak orang secara terbuka yang melibatkan lembaga berwenang di AS.
Selain itu, Assange juga menjanjikan laman Wikileaks akan menyediakan aplikasi, yang bisa mengatasi peretaasan pihak CIA, sehingga memungkinkan perusahaan yang produknya disalahgunakan dalam kegiatan mata-mata dapat menambal kerentanan aplikasi maupun piranti lunak sekaligus piranti keras yang selama ini digunakannya
Dalam sejumlah kesempatan, Assange –yang berlatar belakang wartawan dan programer komputer warga negara Australia– juga mengampanyekan pentingnya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) turun tangan menghadapi peretasan kehidupan publik oleh negara.
Pria kelahiran Townsville, Australia, pada 3 Juli 1971, dan mendirikan Wikileaks pada 2006 itu menekankan pula, PBB harus terlibat dalam perlindungan saksi bagi pengungkap data sensitif yang membela kepentingan publik, seperti dirinya yang sejak 19 Juni 2012 hidup dalam suaka Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris.
Lelaki bernama lahir Julian Paul Hawkins tersebut juga menyuarakan perlindungan hak asasi manusia (HAM) bagi Edward Joseph Snowden, warga AS yang pernah bekerja sebagai programer komputer magang di CIA, dan beberapa tahun ini mendapat suaka di Rusia lantaran dianggap kriminal kelas berat oleh Pemerintah AS.