28.2 C
Jakarta

Konsorsium Energi Panas Bumi Dibentuk

Baca Juga:

GARUT, MENARA62.COM– Cadangan panas bumi yang dimiliki Indonesia di sepanjang jalur vulkanik Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara lalu berbelok ke Maluku dan Sulawesi sangat besar. Panas bumi tersebut berpotensi menghasilkan listrik sekitar  29.000 MW atau setara dengan 40% potensi panas bumi yang ada di dunia.

Sayangnya dari potensi panas bumi yang ada tersebut hingga kini baru dimanfaatkan sekitar 1.500-an Mega Watt atau kurang dari 5% potensi yang ada. Kapasitas terpasang tersebut seluruhnya juga masih mengadopsi teknologi asing.

“Jika penguasaan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) tidak segera dilakukan oleh sumberdaya manusia dan industri dalam negeri maka kita hanya akan menjadi pasar bagi negara lain,” kata

Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti Muhammad Dimyati, Selasa (28/2/2017).

Karena itu, pemerintah mulai berupaya mengembangkan energi panas bumi guna memenuhi kebutuhan listrik nasional dengan membuat pusat studi panas bumi yang dikerjakan Kemenristek Dikti kerjasama dengan konsorsium riset pengembangan energi panas bumi. Inisiasi konsorsium ini  rencananya akan mulai dibiayai pada tahun 2017.

Dimyati mengatakan konsorsium ini masih merupakan embrio yang terdiri dari para peneliti di perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan BPPT.

PLTP pertama berskala kecil (3 Megawatt) telah berhasil dioperasikan untuk kebutuhan komersial yang dikembangkan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). PLTP pertama yang beroperasi secara komersial di Indonesia tersebut terletak di Kamojang Garut.

PLTP 3MW yang diluncurkan di Kamojang ini adalah perwujudan dari upaya riset teknologi tipe flash condensing. Dari sisi bisnis, bila PLTP skala kecil ini berhasil melampaui tahap pengujian lapangan, durabilitas dan kehandalan, maka hasil nya akan siap untuk dilakukan proses hilirisasi.

Menristekdikti, Mohamad Nasir mengatakan dengan dioperasikannya PLTP ini menjadi bukti bahwa kemampuan anak bangsa dalam hal ini sebenarnya ada. Problemnya seringkali tidak sinkron antara pendidikan tinggi, dunia usaha dan peneliti, tidak link and match.

“Kolaborasi perekayasa dengan industri bisa bersatu dengan baik untuk memenuhi energi dalam negeri,” jelasnya.

Nasir  berpesan agar local content (Tingkat Kandungan Dalam Negeri/TKDN) harus diusahakan meningkat terus menerus. Konsorsium nantinya harus dapat menghimpun sisi hulu dan hilir. Pembentukan konsorsium dan implementasinya ini diharapkan akan mampu mempercepat pengembangan industri energi panas bumi oleh SDM dan industri dalam negeri untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!