24.5 C
Jakarta

Mati Listrik Selingi Wisuda UAD Yogyakarta

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Pemanggilan wisudawan pada prosesi wisuda Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang digelar di Jogja Expo Center (JEC), Sabtu (12/8/2017), terpaksa dihentikan. Menyusul listrik tempat diselenggarakan wisuda padam mulai pukul 09.56 hingga 10.36 atau kurang lebih 40 menit.

Rektor UAD, Dr H Kasiyarno MHum meminta maaf kepada wisudawan, orang tua wisudawan dan tamu undangan atas tidak kenyamanan. “Kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ke depan mudah-mudahan tidak terjadi lagi, karena UAD telah memiliki Auditorium sendiri yang bisa menampung 7.000 orang,” kata Kasiyarno saat memberikan sambutan.

Dijelaskan Kasiyarno, wisuda periode Juli 2017, Universitas Ahmad Dahlan mewisuda 957 orang dari 32 program studi Strata Satu, dan enam Prodi Strata Dua. Indek prestasi komulatif (IPK) wisudawan periode ini rata-rata 3,44 atau naik 0,14 dari periode sebelumnya.Wisudawan S1 dengan kelulusan tercepat diselesaikan dalam waktu tiga tahun, enam bulan, 16 hari. Kelulusan tercepat diraih dua wisudawan dari Prodi Farmasi yaitu Adhia Ulfa dengan IPK 3,87 dan Sidik Bimantara dengan IPK 3,86. Sedang wisudawan termuda adalah Fivetha Titik Oktavia dengan IPK 3.08 dari Prodi Farmasi yang lulus pada usia 20 tahun, sembilan bulan, tiga hari.

Danang Sukantar dan wisudawan lain menunggu panggilan untuk diwisuda. (foto : heri purwata)

Program pascasarjana mewisuda empat orang dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, 12 wisudawan dari Prodi Pendidikan Fisika, seorang dari Prodi Psikologi Profesi, 28 wisudawan dari Prodi Psikologi Sains Sekolah, 16 wisudawan dari Prodi Farmasi, dan lima wisudawan dari Prodi Managemen Pendidikan.

Hingga saat ini, Program Pascasarjana UAD telah mewisuda 1.066 lulusan. Sedang alumni UAD mencapai 40.637 lulusan yang tersebar di berbagai pelosok negeri dan memiliki profesi sesuai dengan ilmu yang dikuasainya.

Sedang Dr Agus Mulyadi MPd, Kepala Bidang dan Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam orasi ilmiah mengatakan keberhasilan eko sistem pendidikan tidak tergantung pada pemerintah pusat,dan daerah. Tetapi juga tergantung dukungan dari perguruan tinggi, asosiasi pendidikan, masyarakat, guru, dan tenaga pendidikan. “Eko sistem pendidikan menuntut tenaga pendidik meningkatkan kualifikasi dan kompetensi pendidikan,” tandas Eko.

Sementara Prof Suyanto, wakil Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah mengatakan lulus dari perguruan tinggi membanggakan. Lulus dari pendidikan formal bukan merupakan tujuan akhir. Selanjutnya, para wisudawan akan memasuki pendidikan tinggi dunia nyata yang persoalannya lebih komplek dan sulit.

Suyanto mengharapkan agar lulusan bisa menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri dan orang lain. Ia mencontohkan lulusan dengan nilai yang pas-pasan justru dapat menjadi pengusaha. “Ada seorang bidan awalnya mendirikan BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak,red). Karena berkembang terus mendirikan rumah sakit yang mempekerjakan banyak tenaga kerja termasuk dokter spesialis,” kata Suyanto.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!