YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof Dr Muhadjir Effendy MAP menandaskan Yogyakarta sebagai tempat kelahiran Muhammadiyah perlu memiliki tempat ziarah untuk siswa-siswi sekolah Muhammadiyah. Ziarah ke tempat-tempat bersejarah Muhammadiyah akan memperkuat pelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Muhadjir Effendy mengungkapkan hal itu ketika memberikan pidato ilmiah pada Milad ke 58 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Sabtu (29/12/2018). Sidang Senat memperingati Milad ke 58 UAD digelar di Amphitarium lantai 9 Kampus Utama Jalan Ahmad Yani, Ring Road Selatan Yogyakarta.
Lebih lanjut Muhadjir Effendy mengatakan Yogyakarta sebagai tempat kelahiran Muhammadiyah memiliki tempat-tempat yang layak dikunjungi atau diziarahi. Di antaranya, Kantor PP Muhammadiyah yang berada di Jalan KHA Dahlan Yogyakarta, Gedung Suara Muhammadiyah, Situs-situs kelahiran Muhammadiyah, dan makam KHA Dahlan dan Nyi Ahmad Dahlan.
“Selain itu, sebentar lagi ada Museum Muhammadiyah yang pembangunannya sedang berjalan setengah jalan di Kampus UAD ini. Insya Allah Museum Muhammadiyah ini akan selesai sebelum Pemilu 2019,” kata Muhadjir.
Muhadjir Effendy mengapresiasi UAD yang telah menjadi tempat pembangunan Museum Muhammadiyah. Bahkan UAD diharapkan dapat menyumbangkan dananya sehingga Museum Muhammadiyah akan menjadi tempat kunjungan wisata bagi siswa Muhammadiyah dan seluruh masyarakat.
“Pemerintah telah menyumbangkan dana sebesar Rp50 miliar untuk pembangunan Museum Muhammadiyah. Untuk penyelesaiannya, UAD diharapkan dapat menyumbangkan minimal Rp50 mililar,” ujar Muhadjir.
Selain itu, Muhadjir juga mengapresiasi UAD yang memasuki usia 58 tahun telah menorehkan berbagai prestasi. Padahal saat akan mengubah IKIP Muhammadiyah Yogyakarta menjadi UAD ada kekuatiran akan mematikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang sudah ada terlebih dahulu.
Namun pada kenyataanya, justru UAD dan UMY sama-sama bisa berkembang serta mendapatkan mahasiswa yang banyak. Kini juga telah menyusul perguruan tiggi Muhammadiyah ketiga di Yogyakarta yaitu Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (Unisa).
Sementara Rektor UAD Yogyakarta, Dr Kasiyarno MHum dalam laporan tahunannya mengatakan UAD telah melakukan peningkatan kuantitas kelembagaan. Di antaranya, pertama, penambahan unit baru yang mendukung proses pembelajaran yaitu Program Internasional dan Kantor Urusan Bisnis dan Inovasi (KUBI). Kedua, penyelenggaraan kelas-kelas internasional. Ketiga, penambahan program studi (Prodi) baru.
“Tahun 2018, UAD berhasil mendapatkan izin penyelenggaraan tiga Prodi, yakni Prodi Kedokteran, Prodi Pendidikan Profesi Dokter, dan Prodi Pendidikan Profesi Guru untuk sembelan Prodi Kependidikan. Sehingga saat ini UAD menyelenggarakan 47 Prodi, termasuk 11 Prodi S2,” kata Kasiyarno.
Aspek kualitas, lanjut Kasiyarno, peringkat Prodi-prodi di UAD menunjukkan peningkatannya. Hal ini dibuktikan dengan 18 Prodi sudah terakreditasi A, 21 Prodi terakreditasi B. “Tahun 2019, setiap Prodi yang mengajukan akreditasi ulang ditargetkan memperoleh akreditasi A,” tandasnya.
Secara kelembagaan UAD juga telah mendapatkan Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Akreditasi yang hanya dimiliki 85 perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN/S) seluruh Indonesia. Selain itu, UAD juga menempati peringkat 58 dari 4.600 perguruan tinggi se Indonesia.