32.1 C
Jakarta

Nasyiatul Aisyiyah Komitmen Lahirkan Keluarga Muda Tangguh Bebas Stunting

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Nasyiatul Aisyiyah (NA)Nterus berkomitmen lahirkan keluarga muda tangguh bebas stunting. Komitmen itu diwujudkan dalam langkah menyiapkan kader terlatih untuk memberikan pencerahan tentang keluarga muda tangguh bebas stunting.

NA ingin mencetak kader pelopor yang mempunyai pemahaman komprehensif mengenai stunting dan siap berperan aktif menjadi agen perubahan dan percepatan penanggulangan stunting di Indonesia. Inilah alasan NA menggelar training of trainer bebas stunting, pada 1-3 Desember 2017.

Diyah Puspitarini, Ketua Umum PP NA menjelaskan, stunting adalah kekurangan gizi menahun pada Balita. Menurut badan kesehatan dunia WHO, Indonesia berada di urutan ke lima jumlah anak dengan kondisi stunting. Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).

Setelah melakukan training of trainer bebas stunting tersebut, NA memantapkan lagi komitmennya dengan mendeklarasikan :

1.Menjadi pelopor kampanye cegah stunting mulai dari keluarga sendiri, lingkungan terdekat terutama di Nasyiatul Aisyiyah.

2.Mendorong Muhammadiyah menjadi ormas pelopor Keluarga Bebas stunting.

3.Mengajak seluruh elemen bangsa berkontribusi mewujudkan generasi yang Sehat, Cerdas, Bebas stunting.

Kampanye

Diyah mengatakan, kampanye bebas stunting yang dilakukan pemerintah, dirasakan penting mengingat anak yang mengalami stunting di Indonesia cukup besar. Termasuk, dampak yang akan ditimbulkan dari kasus stunting ini. Diantaranya, stunting menghambat pertumbuhan otak dan tumbuh kembang balita, yang ditandai oleh kurang panjang/tingginya menurut standar anak seusianya. “Anak yang mengalami stunting kelak ketika dewasa memiliki produktivitas rendah karena kemampuan kognitifnya dan rentan terhadap penyakit,” ujarnya.

Diyah menjelaskan, anak yang mengalami stunting cenderung sulit berprestasi dan berpendidikan rendah karena kekurangan gizi yang menahun dapat menghambat pertumbuhan fisik dan otaknya. Hingga, produktivitasnya ketika dewasa juga rendah karena mereka lebih rentan terhadap penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, diabetes mellitus. Pada usia produktif anak stunting memilik penghasilan 20 % lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal. Kerugian negara (hilangnya potensi ekonomi) akibat stunting mencapai 11% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Kerugian ini berasal dari potensi penghasilan yang hilang, beban biaya kesakitan, dan turunnya produktivitas,” ujarnya.

Melihat urgensi pencegahan dan penanggulangan stunting, Pimpinan Nasyiatul Aisyiyah tergerak untuk melakukan aksi nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan bangsa. Melalui Training of Trainer Kader Pelopor Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul Aisyiyah Bebas Stunting,

 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!