34 C
Jakarta

Novel – Bintang di atas Langit Al-Azhar Kairo

Baca Juga:

#6. Urusan Sholat

Pagi masih gelap. Sesekali terdengar kokok ayam berbunyi. Tidak seperti dulu, kokok ayam sesautan. Mungkin karena pagi mulai nampak atau sebab lain, masyarakat juga mulai jarang yang mempunyai ayam jago. Aku tengok jam di HP. 04.46 setelah banyak pekerjaan aku selesaikan. Dari Bangun : mandi, subuh berjamaah di masjid kampung, taddarrus 1 ruku’, menyapu halaman depan belakang. Aku tengok kamar Rohman. Masya Allah. Mulutku sesaat tercekat. Melihat tubuhnya masih melingkar, selimut gak beraturan. HP masih hidup. Kuat dugaan dia tertidur sampai larut.
Padahal sebelum subuh sudah aku bangunkan. Bilang kalau mau menyusul. Emosi sesaat. Tapi masih bisa aku tahan.
“Yuk, bangun subuh,” kataku mulai meninggi.
“Nanti..”
“Sudah jam 5” mulai aku tarik-tarik tubuhnya.
“Nanti, tho pak…”jawabnya malas-malasan
Emosi mulai naik. Aku ambil sapu lidi, aku pukul pantatnya. Mulai bergerak. Bangun.
“Subuh….”
“Iya..iyea…” sejurus kemudian dia berlari ke kamar mandi. Aku tinggalkan. Terdengar suara air gemericik tanda ia sedang mengambil air wudhu.
Usai wudhu dan melempar handuk putih sekenanya. Sembari melempar pandangan setengah hati Rohman bergumam:
“Bapak keras sekarang,”
” Kalau untuk ukuran dan urusan Sholat, maaf bapak ibu keras mas. Semuanya untuk kita. Kalo sebatas kamu tidak bisa mengikuti pelajaran A disekolah, bapak masih maklum. Tapi kalau sudah mulai menyepelekan sholat. Ditandai dengan menunda waktu sholat. Bapak ibu keras. Mungkin lebih tepatnya tegas. ” Kataku. Sambil menggandeng kakaknya, Fauzan yang aku segera mandikan pagi itu. Kamar mandi hanya satu maka kami sepakat untuk antri
” Di pondok tidak pernah dipukul, paling kalo belum bangun yang dipukul hanya pintunya, tapi kan bapak sudah tubuh. Meski pantat.” katanya agak sengit.
“Berbagai cara bpk lakukan agar kamu bangun lho..dari yang ringan, lembut, menengah, alarm dibesarkan, pintu bapak pukul-pukul.. sampai itu tahap terakhir pukul pantat,” kataku tak mau kalah.
“Jadi bapak sudah mukulin pintu kamar?”
“Gak terhitung jumlahnya. Tapi kamu gak bergerak. Sampai bapak bangunkan dg ditarik. Tubuh aku sandarkan di tubuh bapak..begitu bapak geser, tidur lagi,”
“Kok gak denger ya?”
“Itulah, tubuhmu capek. Matamu lelah. Tidur larut gak bagus buat kesehatan mas. Jika itu dilakukan terus menerus…” Kataku menasehati bak dokter kepada pasiennya.
Usai sholat subuh kesiangan pagi itu. Dia mandi. Sarapan sudah disiapkan ibunya tinggal masukkan ke mulutnya. Itu saja kadang masih minta disuapi. Allahu Akbar.
Sudah SMA lho.
“Gak papa. Kalau makan sendiri lama”
Ibunya yang kadang tidak tega, akhirnya disuapi juga…hmm
(Bersambung)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!