34.3 C
Jakarta

Pasangan Kakek Nenek dalam Mall

Baca Juga:

Siang ini saya berada di Crown Mall Wollongong, New South Wales, Australia, sebuah pusat perbelanjaan mewah di kota ini. Lokasinya terletak di pusat kota, dengan akses yang cukup mudah dan cepat dari berbagai penjuru. Di Makassar mirip dengan Mall Panakkukang (MP) atau Mall Ratu Indah. Terdiri dari tiga lantai, paling atas menjadi tempat parkir. Di bagian bawah tanah, ada juga lokasi perbelanjaan. Pada sebagian lantai dua dan tiga, terdapat akses yang bisa langsung ke jalan raya di bagian belakang.

Sebelum masuk ke dalam mall, melalui pintu utama bagian bawah, terdapat sebuah taman mini, dengan air yang menetes-netes. Di taman itu mengingatkan saya lagi ke kampung halaman di Sipirok. Terdapat tiga pohon tandiang setengah tua. Rupanya pohon tandiang di sini sudah dijadikan sebagai pohon hiasan, baik di depan rumah, dalam kampus, atau depan hotel. Saya tak tahu nama pohon itu dalam bahasa Indonesia. Cantik dan hijau daunnya. Ada juga tumbuhan yang disebut bulung sikkut, ini mirip daun talas. Di kampung biasanya dipakai membungkus lemang, kue-kue, pisang goreng atau kuliner lainnya di Sipirok, sebelum ada kertas koran bekas atau kantong plastik.

Sebagai pusat perbelanjaan mewah, Crown Mall Wollongong ini menawarkan berbagai produk dan jasa dengan harga yang cukup mahal terutama untuk ukuran orang seperti saya. Bayangkan, tadi di salah satu galeri, tertulis harga untuk cukur rambut biasa seharga 30 Dollar atau kira-kira Rp 300 Ribu untuk orang dewasa. Padahal di Samata, Gowa, sekali cukur rambut hanya delapan belas ribu Rupiah. Tambah sepuluh ribu jika mau pijit kepala.

Tentu ada juga yang murah, apalagi kalau turun harga. Di sini, yang dimaksud dengan turun harga adalah benar-benar turun. Bukan pura-pura turun. Awalnya dinaikkan, lalu dikorting lima puluh persen, sehingga kelihatan turun. Itu adalah proses pembodohan yang dipelihara. Di sini hal itu tak boleh, dipandang tidak jujur atau curang. Itu adalah pelanggaran hukum. Bisa kena denda jika melakukan kecurangan seperti itu.

Nyonyaku paling pintar mencari harga yang turun. Setiap produk sebenarnya sudah ada harganya di web, tabloid atau brosur. Cek saja harga di brosur lama dan bandingkan dengan harga di brosur baru. Di situ akan terlihat harga barang-barang yang turun. Misalnya beras lima kilogram. Biasanya dijual sekitar 16 Dollar per bungkus. Suatu saat harganya bisa turun menjadi delapan Dollar di sini, sedangkan di toko lain di luar mall ini harganya tidak turun. Memang sebelum belanja, harus rajin mengecek dan membandingkan harga.

Ini yang kesekian kalinya saya ke mall ini. Biasanya bersama dengan nyonya, mengantarnya belanja kebutuhan dapur atau sembako. Tadi mestinya kami bersama, tapi dia terlanjur buat janji dengan wanita dari Afrika yang titip barang di rumah. Ada barangnya yang mau diambil. Jadi nyonya suruh saya pergi seorang diri.

“Kamu harus terbiasa, katanya, menyemangati saya dengan penuh keyakinan,” ujarnya.

Bus

Dari rumah kami di depan kampus UoW, kesini bisa menggunakan empat rute bus yang berbeda. Keempat bus ini gratis, berbeda rute yang dilalui. Ada yang melalui jalan poros utama terus ke kota, ada yang mesti lalu-lalang dulu di sekitar pemukiman penduduk sesuai jadwalnya. Yang berbeda dari keempat rute bus ini adalah haltenya atau tempat pemberhentian bus. Ada yang jauh dari mall ini ada juga yang agak dekat. Sebab tidak semua halte, boleh disinggahi bus. Bus harus berhenti sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa hal yang menarik saya perhatikan di mall ini. Untuk jam sebelum Iseperti tadi, sebagian pengunjung adalah pasangan kakek-nenek. Mereka datang berdua atau berombongan sesama orang yang lanjut usia. Ada yang belanja kebutuhan pokok, pakaian, dan seterusnya. Ada juga yang sekedar ngopi di restoran bersama teman-temannya.

Sepasang kakek-nenek tiba-tiba datang ke samping saya. Bagi warga di sini, selain pantai, tempat rekreasi bagi pasangan kakek-nenek adalah mall. Mereka duduk di sofa tak jauh dari saya. Mereka adalah warga lokal dengan usia yang boleh jadi sudah cukup tua. Walaupun demikian, keduanya masih kuat jalan kaki dengan dibantu tongkat, belum naik kursi roda. Padahal untuk ukuran seusia mereka, sudah banyak yang memakai kursi roda, baik kursi roda yang manual atas bermesin ringan.

Selama sekitar 15 menit saya dengar percakapan mereka sayup-sayup. Sesekali mereka tertawa ringan. Tampak kegembiraan diantara keduanya. Tanpa beban hidup. Seolah-olah dunia ini milik mereka berdua. Menjalani masa-masa tua dengan mesra dan penuh kasih sayang. Tak lama saya tinggalkan mereka di situ. Saya bergeser karena tampak ada orang yang sedang mencoba cari tempat duduk.

Selain kakek-nenek, pengunjung yang paling dominan adalah ibu-ibu muda bersama dengan bayinya. Sebagian besar para ibu ini mendorong bayinya dalam kereta bayi. Dua tiga ibu malah membawa dua anaknya, dimasukkan dalam kereta anak bertingkat. Ada juga satu orang ibu yang menggendong bayinya, melekatkan di bagian depan. Sama juga dengan pengunjung lain, mereka ke sini belanja kebutuhan sehari-hari.

Saya perhatikan, mall ini cukup luas, jika dijalani bisa lebih luas dari tiga-empat lapangan sepak bola. Tersambung ke berbagai lokasi dan gedung-gedung penting di kota ini. Ada perbedaan dengan mall di Makassar. Di sini terdapat banyak tempat duduk umum, baik yang terbuat dari kayu maupun sofa. Ada juga yang melingkar untuk semacam diskusi. Tempat duduk ini boleh diduduki semua orang. Tidak ada yang keberatan, karena bukan milik warung atau restoran. Memang sengaja disediakan oleh pengelola mall sebagai bagian dari fasilitas umum kepada seluruh warga yang datang, apakah dia belanja atau tidak.

Tempat duduk seperti sengaja disiapkan oleh pengelola mall agar menjadi tempat istirahat bagi pengunjung yang capek. Misalnya para kakek-nenek tadi, maupun bagi orang yang hanya datang ke sini sekedar refreshing. Jika suatu saat ke sini, boleh mengadakan diskusi non formal dalam mall, meja dan kursi sudah tersedia secara gratis. Bisa pesan makanan di berbagai restoran yang tersedia.

Untuk anak-anak balita, di beberapa sudut dalam mall terdapat terdapat bermain. Luncur-luncur, panjat-panjat, bola-bola ringan dan lain-lain. Semunya disiapkan secara gratis. Selain itu, terdapat pula toilet yang cukup baik dan bersih. Gratis lagi. Baik untuk wanita dan laki-laki. Juga kamar toilet khusus penyandang cacat. Di dekat pintu gerbang disiapkan tas plastik ukuran payung. Jika anda bawa payung basah, masukkan ke dalam plastik, supaya airnya tidak berceceran.

Di pintu gerbang lain bagian, tak jauh dari tangga escalator, tersedia tempat parkir sepeda. Ini dimaksudkan agar warga yang datang naik sepeda, bisa nyaman menyimpan sepeda. Justru pemerintah menganjurkan naik sepeda. Supaya warga lebih sehat, mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, dan meminimalisir arus kendaraan bermotor di jalan raya. Semua serba teratur dan terukur. Karenanya warga mau menaati dan melaksanakannya dengan hati gembira.

Penulis:  Haidir Fitra Siagian, Gwynneville, Kamis (27/6/2019) jelang Ashar

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!