33.4 C
Jakarta

Peduli Pengaruh Pemberitaan Bunuh Diri, Mahasiswa UMS Lakukan FGD

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Tim Kampanye Publik Relation “Post Wisely Live Happily” dari Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Ilkom) Fakultas Komunikasi dan Informatika (FKI) gandeng Mahasiswa Psikologi (Nindya) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan kolaborasi berupa Focus Group Discussion (FGD) bersama detikcom dan detikJateng. Diskusi ini dilakukan di kantor regional detikJateng yang berada di Solo, Jawa Tengah.
Dalam kesempatan itu, Ketua Tim, Muthia Setyo Arumi mengungkapkan bahwa diskusi yang dilakukan oleh Tim “Post Wisely Live Happily” tersebut membahas mengenai pengaruh konten dan berita bunuh diri terhadap stimulus bunuh diri. FGD ini juga dihadiri oleh Ketua Komite Etik detikcom, dan Kepala Redaksi detikJateng.
“Diskusi diawali dengan menyampaikan keresahan kami selaku mahasiswa terkait maraknya konten dan pemberitaan mengenai bunuh diri. Hal tersebut dinilai dapat menjadi stimulus bagi masyarakat untuk melakukan hal yang sama,” paparnya Selasa (2/1).
Dalam mendukung kesejahteraan masyarakat, tim ini mengidentifikasi bahwa maraknya konten dan pemberitaan tentang bunuh diri dapat memicu tindakan serupa di kalangan masyarakat. Poin kritis dari diskusi adalah penekanan terhadap efek tiruan yang dapat timbul dari konten media sosial, sesuai dengan teori psikologi behaviorisme yang dijelaskan oleh Nindya, mahasiswa Psikologi UMS.
“Kemudian dari detikcom, dipilih sebagai narasumber sebagai media yang memiliki reputasi, telah menerapkan langkah-langkah proaktif untuk menanggulangi masalah ini, termasuk menyisipkan peringatan di awal berita tentang bunuh diri dan mengarahkan pembaca yang terganggu untuk mencari bantuan profesional,” tambahnya.
Semua pihak yang terlibat dalam diskusi Jumat, (22/12) lalu, lanjutnya, bersatu dalam harapan bahwa langkah-langkah proaktif yang diambil oleh tim “Post Wisely Live Happily” akan memberikan kontribusi positif untuk mengurangi dampak negatif dari berita sensitif. Dengan membuka pintu informasi lebih lanjut melalui kontak yang disediakan.
“Tim kami juga mengundang kolaborasi dan partisipasi lebih lanjut dari masyarakat dan pihak-pihak terkait. Melalui inisiatif ini, diharapkan akan tercipta lingkungan media yang lebih bertanggung jawab dan mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” ungkap Ketua Tim itu.
Ketua Komite Etik detikcom, Sudrajat menjelaskan bahwa konten atau berita yang ada di media sosial dapat menimbulkan efek tiruan bagi khalayaknya. Bukan hanya pemberitaan mengenai bunuh diri, namun berbagai tindakan kriminal yang lain juga dapat menimbulkan efek tiruan yang sama.
“Detikcom selaku media yang bereputasi sejak awal sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi stimulus bunuh diri dari sebuah artikel atau berita adalah dengan mencantumkan peringatan pada bagian awal berita,” paparnya.
Menurutnya, peringatan tersebut menyarankan pembaca yang merasa gelisah dengan berita tersebut, untuk segera mengunjungi pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog atau psikiater.
Nindya selaku mahasiswa Psikologi UMS menambahkan bahwa, tindakan seseorang yang mendengar atau melihat pemberitaan secara berulang, akan membentuk stimulus untuk melakukan tindakan yang sama, sesuai yang dijelaskan dalam teori psikologi behaviorisme. (*)
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!