27.8 C
Jakarta

Polimedia Kreatif Luluskan Sarjana Terapan, Direktur: Semua Sudah Diijon Industri!

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia Kreatif) menggelar wisuda angkatan XII bagi 1.007 lulusan di Balai Sudirman, Jakarta Selatan pada Kamis (10/11/2022). Mengambil tema Polimedia Bangga, kegiatan wisuda kali ini menjadi berbeda dengan kegiatan wisuda sebelumnya karena ini pertama kalinya Polimedia meluluskan program Sarjana Terapan (D4).

“Dari 1.007 lulusan yang hari ini diwisuda, 58 wisudawan diantaranya berasal dari program Sarjana Terapan (D4) dengan rincian 21 wisudawan dari Prodi Teknologi Permainan, 19 wisudawan dari Prodi Animasi dan 18 wisudawan dari Prodi Desain Mode,” kata Direktur Polimedia Kreatif Tipri Rose Kartika yang akrab dipanggil Ocha kepada awak media.

Sisanya, sebanyak  sebanyak 949 wisudawan Program Diploma (D3) yang berasal dari jurusan Teknik Grafika, Penerbitan, Desain Grafis, Pariwisata, PSDKU Medan dan PDSKU Makassar.

Ia bersyukur bahwa ke-58 sarjana terapan tersebut, semuanya sudah diijon oleh industri. Ini membuktikan bahwa keahlian yang dimiliki oleh lulusan Polimedia Kreatif benar-benar sesuai dengan kebutuhan industry akan tenaga kerja. “Saya dapat laporan, ke-58 lulusan sarjana terapan yang hari ini diwisuda semuanya sudah habis dipesan oleh industri. Ini sangat membanggakan bagi kami,” lanjutnya.

Tidak hanya lulusan sarjana terapan, sebagian besar lulusan Polimedia Kreatif dari program diploma juga telah diijon oleh dunia industri. Hasil tracing terhadap alumni yang dilakukan oleh Polimedia, angka keterserapan lulusan di dunia kerja mencapai lebih dari 70 persen. Angka ini lanjut Ocha meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya.

Direktur Polimedia Tipri Rose Kartika pada prosesi wisuda XII

“Ada 6 persen lulusan yang berwirausaha, 6 persen melanjutkan studi dan sisanya tidak bekerja karena alasan menikah atau sakit,” jelas Ocha.

Tingginya angka keterserapan lulusan Polimedia Kreatif pada dunia industri tersebut diharapkan akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap pendidikan vokasi. Di mana pendidikan vokasi itu pada prinsipnya menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia industri sehingga kurikulum, pengajaran, sarana prasarana dan lainnya juga disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Kepada wisudawan, Ocha mengingatkan bahwa saat ini kita dihadapkan pada fenomena disrupsi yang merupakan situasi pergerakan suatu hal yang tak lagi linier, terjadi perubahan-perubahan massif yang mengubah sistem dan tatanan yang lebih baru. Era disrupsi ini memiliki ciri yang dapat dijelaskan melalui VUCA yakni Volatility (perubahan yang massif, cepat, dengan pola yang sulit tertebak), Uncertainty (perubahan yang cepat menyebabkan ketidakpastian), Complexity (terjadinya kompeksitas hubungan antar factor) dan Ambiguity (kekurangjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas).

Baca juga:

Disrupsi tersebut lanjut Ocha, menimbulkan tantangan dan ketidakpastian yang tidak mudah untuk dihadapi. “Kita semua dituntut untuk merespon keadaan tersebut dan beradaptasi dengan cepat,” tambahnya.

Selain mendatangkan tantangan-tantangan baru, disrupsi juga sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi insan kreatif untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Menurut Ocha, untuk menggali peluang dan menghadapi tantangan yang dinamis ini diperlukan pembelajaran secara terus menerus (life long learning). Ini adalah sebuah pembelajaran yang relevan  dan yang mencakup berbagai subjek kehidupan mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan, sampai di lingkungan masyarakat yang lebih luas  termasuk yang berkaitan dengan aktualisasi diri

“Ada dua kemampuan yang menjadi kunci untuk melaksanakan life long learning yakni reflektif learning dan critical learning. Kedua hal tersebut membantu kita untuk mampu mengarajkan dan mengelola proses belajar sepanjang hayat,” tegas Ocha.

Reflektif learning adalah bagaimana proses belajar terpusat pada diri sendiri dengan berusaha mengenal apa yang kita ketahui dan bagaimana cara memperolehnya , apakah pengetahuan itu absah , apakah ada yang terabaikan dan seterusnya. Reflektif learning membantu mengenali How We Thing & Learn. Sedang critical learning berfokus pada kemungkinan-kemungkinan  bahwa suatu pengetahuan itu keliru atau terbatas keabsahannya.

Ribuan wisudawan Poilitekni Negeri Media Kreatif mengikuti prosesi wisuda

“Critical learning membantu kita untuk bersikap  bijaksana dalam menghadapi permasalahan ataupun untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan,” tambahnya.

Bagi Ocha, dengan melaksanakan life long learning kegiatan belajar bukan saja untuk memahami  dan untuk bertindak melainkan juga untuk menjadi diri yang lebih baik  dan untuk menjalin kehidupan bersama. “Oleh karena itu mari kita bersatu dan saling belajar  untuk  mengatasi persoalan kita bersama dengan dimulai dari kita sendiri,” ajak Ocha.

Dalam kesempatan tersebut, Ocha juga menyebut bahwa era society 5.0 yang sudah di depan mata memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti Information Technology, Artificial Intelegence dan robot untuk kebutuhan manusia. Dalam society era 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. “Maka bersiaplah saudara untuk berinovasi membuat ciptaan, temuan, dan karya,” lanjutnya.

Menurutnya era sekarang membutuhkan kompetensi anak muda yang kreatif dan inovatif, anak muda yang cakap membaca peluang. “Di depan sana, kesuksesan akan menemui orang-orang yang gigih berusaha,” tukasnya.

Baca juga:

Artificial Intelegnlence dan robot memang tidak bisa terelakan akan mulai mengubah tatanan industri general, namun tidak untuk industri kreatif. “Pada industri kreatif, kitalah yang menjadi unsur utamanya,” tegas Ocha.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018, subsektor ekonomi kreatif memiliki kontribusi besar pada perekonomian nasional dengan menumbangkan 7,44 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) , 14,28 persen tenaga kerja dan 13,77 persen ekspor.

Tahun 2021 ada sekitar 8,2 juta kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kuliner, fesyen,dan kriya. Sementara pertumbuhan tercepat pada subsektor  TV dan radio, film, animasi, seni pertunjukan dan desain komunikasi visual. “Dan Politeknik Negeri Media Kreatif punya itu semua,” tandas Ocha.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!