24.5 C
Jakarta

Refleksi Akhir Tahun; Mengubah Arah Gerakan Muhammadiyah yang Memakmurkan (Mensejahterakan)

Baca Juga:

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Resepsi milad persyarikatan Muhammadiyah sejak awal November hingga akhir Desember terus berlangsung di berbagai tempat pelosok negeri yang diselenggarakan dari tingkat wilayah hingga ranting. Antusiasme warga bermacam ragam dalam merayakan tahunan merefleksi hari lahirnya gerakan sosial Islam yang sangat melegenda. Sosok Kyai Dahlan beserta sahabatnya benar-benar mengubah dunia hingga mampu meretas peradaban menembus batas-batas waktu dalam rentang masa yang sangat panjang melintasi zaman dan melewati berbagai generasi. Dengan Islam sebagai sihabul milah yang mampu menerangi dari kegelapan tirani sosial diubah menjadi mencerahkan dan membebaskan situasi dan keadaan umat.

Setiap tahun pada bulan November sudah menjadi rutinitas resepsi milad gerakan persyarikatan Muhammadiyah, hal demikian bukan bentuk ritus pengkultusan pada sebuah histori kelahiran sosok manusia. Melainkan bentuk refleksi untuk membangun spirit dan motivasi bagi para penggerak persyarikatan agar tidak mengalami kemunduran semangat dan ghirah bersyarikat di Muhammadiyah, sekaligus mengevaluasi dan mendinamisasi gerakan agar tetap bergerak tanpa henti bernafas. Andaikan nafas gerakan tubuh Muhammadiyah berhenti akan mengalami kematian organisasi, sama halnya manusia mengalami kematian karena berhenti bernafas. Adapun nafasnya Muhammadiyah terletak pada eksistensi sosok-sosok penggerak dari pimpinan hingga anggota persyarikatan, semakin bersemangat dan memiliki ghirah tinggi mendinamisasi setiap langkah gerakan yang dilakukan akan mempertahankan nafas untuk menghidupkan persyarikatan Muhammadiyah.

Para penggerak persyarikatan sebagai dinamisator berfungsi untuk melancarkan peredaran berbagai macam program gerakan, sinergitas antar tingkat pimpinan dari pusat hingga ranting dan juga kolaborasi antar unit pembantu pimpinan baik majelis maupun lembaga untuk mencapai goals yang sama. Bagi para pembaharu yang kritis, tidak berhenti dalam gerakan wacana pemikiran bersifat teoritik, melainkan membumikan dalam aksi nyata secara praktis. Begitupun sebagai pembaharu diharapkan melakukan revolusi pemikiran yang membawa pada gagasan dan ide jauh memandang kedepan sambil melakukan tindakan nyata sesuai kapasitas karya melangkah secara bertahap, bohong besar berkata perubahan dan pembaharuan gerakan namun banyak berhenti pada wacana diatas meja dan mimbar semata.

Harapan dan keinginan persyarikatan sangat mulia, apalagi tujuan dan cita-citanya sangat super mulia. Pada milad ke-112 persyarikatan Muhamamdiyah sangat naratif dan fantastik membuat tema yang cukup menarik, “Muhammadiyah Menghadirkan Kemakmuran”. Sebenarnya jauh sebelum sekarang saat ini, Muhammadiyah sudah berupaya memakmurkan warga, bangsa dan negara sesuai dengan kondisi dan situasi kala itu, hingga dengan segala yang dimiliki dapat mampu bangkit perlahan melakukan perlawanan terhadap imperialis penjajah. Hal itu dilakukan bukan tanpa modal dan biaya, pun sama sesederhana persenjataan yang dimiliki bukan didapat dari temuan di jalanan. Termasuk segala bentuk perbekalan selama perjuangan melawan penindasan, kemiskinan dan kebodohan pasti membutuhkan harta kekayaan yang tidak sedikit. Namun, memakmurkan dimaksud saat ini lebih kepada bagaimana persyarikatan hadir benar-benar mensejahterakan materil duniawiyah, yang saat ini tidak hanya kaya raya dalam aset tertumpuk – gemuk tapi tidak mensejahterakan, sementara para pejuang yang menggerakan persyarikatan jauh dari standar kelayakan hidup serba kecukupan.

Pembaharuan dalam memakmurkan umat adalah niat mulia yang harus dibumikan, tidak melangit melayang-layang di angkasa yang hanya berhenti dalam topik dan tema pada seremonial acara milad persyarikatan yang tertulis dalam flyer, spanduk dan baliho yang tersebar. Terlebih sebagai organisasi tajdid, setiap wacana gerakan benar-benar dapat terimplementasikan secara nyata dengan memberikan peningkatan kualitas manfaat dan solusi segala hal masalah yang dihadapi. Memakmurkan tidak berhenti dalam kata-kata, melainkan diwujudkan yang dapat dirasakan oleh semua pihak, baik internal maupun eksternal yang terlibat langsung menjadi bagian dari perjuangan. Hal demikian harus menjadi perhatian yang dipahami secara baik dan benar, mengedepankan keadilan dan keadaban dan menjadikan keteladanan juga rujukan tradisi yang dibudayakan.

Indikator memakmurkan memang sangat pragmatis, dalam terma sosial ekonomi penegasan memakmurkan menjadikan segala hal sesuatu harus melakukan pertama; pemeliharaan kesejahteraan jasmani dan ruhani dalam mempertahankan pemenuhan kebutuhan hidup; kedua, memperbaiki kesejahtraan dalam rangka meningkatkan nilai kuantitas dan kualitas untuk mencukupi pemenuhan kebutuhan hidup; ketiga, membangun dan mengembangkan kesejahteraan lebih dari mencukupi pemenuhan kebutuhan hidup sehingga mampu berbagi lebih luas. Begitupun persyarikatan Muhammadiyah, dari berbagai level tingkatan di seluruh wilayah, daerah dan cabang hingga ranting mampu memakmurkan kesejahteraan institusi dan warga persyarikatan sesuai situasi, kondisi dan kapasitas masing-masing. Pemeliharaan, peningkatan dan pengembangan nilai kuantitas kesejahteraan bersifat pragmatis dapat diakselerasi oleh pimpinan persyarikatan dan pimpinan amal usaha Muhammadiyah.

Arah gerakan Muhammadiyah tahun 2025 akan datang, dari refleksi gerakan tahun sebelumnya masih merasakan dampak pasca pandemi covid-19 harus berupaya keras meningkatkan kesejahteraan keluarga persyarikatan Muhammadiyah dalam rangka memelihara ketulusan dan keikhlasan berjuang dalam bermuhammadiyah. Sempat viral yang cukup mengagetkan, perguruan tinggi milik persyarikatan yaitu Universitas Muhammadiyah Tangerang mengalami turbulensi keuangan yang mengakibatkan krisis operasional keuangan hingga berdampak pada kesejahteraan dosen dan karyawan hampir satu tahun lebih tunjangan kinerja tidak dibayarkan. Cukup menyita perhatian publik hingga viral di media online, pasalnya publik mengetahui persyarikatan dicap sebagai organisasi terkaya di dunia, namun fakta informasi berkata lain. Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Diktilitbang dengan cepat melakukan press release menyikapi dinamika yang terjadi di kampus tersebut.

Terlepas dari berbagai informasi yang diterima, benar atau salah data yang dipublikasikan oleh media masa. Kita sikapi dengan baik untuk menjadikan ibroh dan hikmah bagi yang lainnya agar tidak lengah dan abai terhadap hal ihwal pengelolaan sebuah institusi amal usaha Muhammadiyah. Amanah yang diberikan oleh persyarikatan bukan sekedar diberikan, melainkan ada pesan yang sangat minimal untuk dijaga, dipelihara dan ditingkatkan. Lebih baiknya dan seharusnya dimajukembangkan kualitas dan kuantitasnya sehingga meningkatkan kesejahteraan amal usaha dan warga didalamnya. Apa yang terjadi di UM Tanggerang, sebuah warning bagi yang mengalami namun masih diam dan adem ayem. Perlu dipahami dengan seksama, apabila institusi dikelola dengan kreatif, inovatif, agresif dan akseleratif dan berupaya keras mensejahterakan warga amal usaha yang berjuang dan berjibaku menjaga amanah dengan baik akan mendapatkan balasan tunai kebaikan. Sebaliknya, jika amal usaha tidak mensejahterakan warganya berarti ada hal yang masih kurang dan dibawah nilai standar.

Arah gerakan memakmurkan, bagi persyarikatan Muhammadiyah bukan mimpi semata. Dengan kapasitas yang dimiliki, tidak ada alasan amal usaha Muhammadiyah tidak mensejahterakan para penggeraknya selama leader amal ussha benar-benar memiliki karakteristik pekerja keras pejuang militan, bukan pekerja biasa sekedar hadir dan duduk dimeja menggoyangkan kursi dan alat tulis. Apalagi hanya simbol karena panjangnya gelar akademik, amal usaha Muhammadiyah benar-benar swadaya mandiri yang membutuhkan kecerdikan dan kepiawaian tim mampu menggali dan menjemput peluang-peluang dialam semesta. Letupan kecil yang muncul di amal usaha Muhammadiyah di Tanggerang, bukan berati di tempat lain tidak ada melainkan sangat mungkin mengalami hal yang sama, namun mereka diam tak bereaksi. Kesejahteraan pekerja, karyawan, guru, dosen, perawat, dokter dan profesi lain pada umumnya belum memenuhi standar kesejahteraan yang mencukupi secara pragmatis. Tepat sekali persyarikatan Muhammadiyah membuat tema dengan penegasan ” Memakmurkan “, hal itu benar-benar pesan yang harus diwujudkan oleh pimpinan diberbagai unit amal usaha milik persyarikatan Muhammadiyah. Wallahu’alam.

Bandung, 29 Desember 2024

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!